- 14

25 15 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Orang seperti itu pantas diberi perlawanan lebih agar jera. Ekstrem, tapi tidak akan menukar nyawa."

"... Jadi, apa kamu Lupin?"

Kai tertawa, "Lupin punya sejuta topeng, dia aktor yang handal. Kamu tau kenapa dia pencuri yang cerdik? Karena dia juga seorang pesulap. Pandai membual dan cepat tangkas."

"Itu tidak menjawab pertanyaanku."

"Aku di sini tidak untuk memberi jawaban, tapi pertanyaan, Bitna."

"Darimana kamu tau aku ingin mati? Kamu membicarakan ini dari kemarin."

Kai diam. Seketika Bitna ikut bungkam. Saling menatap di belakang gedung sekolah, sampai Kai tersenyum tipis.

"Mata tidak pernah berbohong, Nona. Seberapa dalampun aku tenggelam di pandanganmu, jawabannya masih sama."

"... Apa?"

"Menyerah."

"Kalau kamu adalah Lupin, kumohon bunuh aku. Aku tidak butuh perlawanan seperti tadi, hanya—"

"Mati?"

Bitna mengangguk, menyetujui sepatah kata pelengkap kalimat. Menciptakan hela napas berat dari pemuda di depannya.

"Lupin melihatmu berharga, Nona..."

"Apa peduliku? Aku hanya satu dari sekian jiwa berharga lain—"

"Kamu satu dari beribu permata dunia, unik dengan sinarnya. Bisa bisa semesta yang menyesal bila kehilanganmu."

"Itu tidak mungkin terjadi," bantah Bitna.

"Ada manusia yang sulit mengungkapkan perasaannya."

Bitna diam, mendengar ungkapan pemuda yang dia yakini sebagai Tuan Lupin-nya.

"Sayangnya, kamu adalah anak dari mereka."

"Siapa?"

"Ayahmu dan ibumu. Mereka sulit mengungkapkan perasaan dan emosi. Satu dari sekian alasan mereka berpisah dan seakan tidak memedulikanmu.

Yakin kalau mereka tidak menyayangimu?"

Sebaris pertanyaan sederhana yang tidak punya jawaban. Sang gadis kembali dalam diamnya.

"Kamu bukan mereka, Bitna. Kamu hanya mengurung perasaanmu, membiarkan hatimu mati dan sinarmu redup."

"Itu tidak merubah apapun... Itu tidak penting—"

"Itu penting Bitna. Bayangkan efek apa yang akan terjadi jika kita membunuh salah satu bintang."

"Dunia bisa hancur."







"Itu perumpamaan semesta. Singkatnya, meski kamu merasa bukan apa apa dalam dunia, ada seseorang yang menjadikan kamu dunianya.

Aku yakin itu."

[continued]

"two weeks," Lupin said. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang