- 10

48 18 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Bitna itu kaya raya.

Tapi apa guna materi kalau hatinya saja mati. Diam memandang jalanan dari jendela rumah sempitnya, sampai perawakan pemuda mengambil atensinya.

Kai, pemuda Amerika yang menurut Bitna misterius.

Padahal bagi orang asing, Kai hanyalah pemuda normal yang mudah bergaul, juga puitis.

Dari bawah, bibirnya tergerak. Mengucap sepenggal ajakan, "Mau pergi denganku?"

Bitna terlihat tidak minat. Menggeser pandangan ke arah lain dan tidak berniat ingin tahu kemana perginya si pemuda Amerika.

Tok tok

Raganya tersentak, menelisik heran pada tamu yang datang di pagi sejuk ini.

Kai, berdiri di depan pintu rumahnya dengan senyum lebar, "Ayo pergi bersama!"

"Darimana kamu tau rumahku?"

"Ah, aku hanya menghitung lantai gedung dan mengira ngira letak pintu kamarmu. Itu mudah."

"... Pikirmu kita sedekat apa untuk pergi bersama?"

"Kita mendengarkan musik dari perangkat yang sama."

Bitna bungkam. Tidak punya pilihan daripada terus melamunkan Tuan Lupin-nya.

Bertujuan ke museum seni gaya Prancis Kuno, kini muda mudi itu mengamati beberapa lukisan dan artefak.

Ujarnya, "Apa kamu tahu tokoh detektif terkenal, Sherlock Holmes?"

Bitna mengangguk, masih asik mengamati busana mode Paris kuno, jaman abad ke-19.

Antik dan anggun. Menawan.

"Kalau Arsene Lupin, apa kamu tau dia?"

Bitna kembali mengangguk, kali ini berusaha mendengarkan dengan seksama karena menyinggung Lupin.

"Harry Potter punya Hermione dan Ron sebagai sahabat remajanya. Tapi apa kamu tau kalau Sherlock Holmes punya Arsene Lupin dan Irene Adler sebagai sahabat masa remajanya?"

Bitna menyangkal, "Sherlock dan Lupin bahkan bermusuhan."

"Ada versi kisah remaja dimana mereka bersahabat, ditulis oleh penulis Italia yang menceritakan ketiga sekawan yang menemui banyak kasus di masa liburannya¹."

"Itu seperti kisah milik Enid Bulton²."

"Tepat. Irene adalah gadis kalangan atas, berteman dengan Lupin yang dulunya hanya rakyat biasa."

Kai menunjuk salah satu gaun, "Ini cocok dipakai oleh Irene."

"Arsene Lupin adalah penyuka seni," gumam Bitna.

"Dan Irene Adler adalah sahabat terbaiknya."

Gadis itu menoleh sejenak. Mengamati Kai dan senyum tipisnya.

"Apa kamu masih tidak mengerti?"


Irene Adler adalah gadis kalangan atas. Yang artinya kaya raya dan biasanya, bangsawan bergaul dengan bangsawan.

Tapi gadis ini berbeda. Memilih sering pergi dari rumah saat liburan, dan bertemu dengan temannya yang dari kalangan biasa. Lupin dan Sherlock.

Bukan berarti orang tuanya tidak menyayangi Irene—pun demikian dengan Bitna.

Menemukan Lupin-nya dan berkelana mencari alasan hidup.

Ada kisah dimana Irene dan Lupin lebih dekat daripada dengan Sherlock. Dia tokoh utama, mendapat lampu sorot, sementara pemeran figuran hanya bisa mendukung.

Irene dan Lupin berbagi perasaan yang sama, mereka dekat begitu saja dan menjadi tokoh utama dalam kisah mereka sendiri.

Bitna menemukan Lupin yang mengajaknya mencari alasan untuk hidup. Karena bagi Lupin—sang hakim duniawi—Bitna belum pantas meninggalkan dunia.

[continued]

¹ : seri Sherlock, Lupin, dan Aku karya Irene Adler (nama pena dua penulis asal Italia)
² : seri Lima Sekawan karya Enid Bulton

ngga harus paham bukunya sih, ini cuma perumpamaan. jujur juga aku lupa lupa inget buat seri Sherlock, Lupin, dan Aku. semoga ga melenceng jauh:')

dan lagi keknya aku nulis chapter yang ini sambil ngelindur.... gajelas soalnya...

"two weeks," Lupin said. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang