- 17

37 13 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Sekolah tidak lagi terasa semenyebalkan itu sekarang.

Bitna tidak mendengar sapaan menyebalkan sepanjang hari ini. Semuanya diam, bahkan tidak berani menatap matanya.

Apa yang dia lewatkan selama sakit, Bitna bahkan tidak berniat mencari tahu.

"Makan siang, Nona?"

"Kalau kamu masih memanggilku begitu, akan aku laporkan ke polisi kalau kamu adalah Lupin si pembunuh berantai."

Kai tertawa remeh, "Dan membiarkan kamu menggantung nyawa selama aku membusuk di penjara?"

"Apa kini kamu mengakui kalau kamu adalah Lupin?"

"Kamu melaporkan Huening Kai sebagai Lupin, sementara tidak ada yang pernah tau identitas aslinya."

Lupin punya banyak topeng. Bersembunyi di balik wajah demi lolos dari hukum dunia. Karena kewajibannya membersihkan hama, tidak bisa diturunkan pada siapapun sekarang.

"Jika Lupin tertangkap, jangan menggerutu soal koruptor dan penggelapan ilegal yang marak, ya?"

"Jika Lupin tertangkap, aku harap aku sudah mati sebelum itu," gumam Bitna, menyelesaikan makan siangnya sebelum beranjak tanpa peduli sang pemuda.

Sulit untuk menyalakan sumbu yang beku. Namun Lupin selalu berhasil meski berujung kabur.

Benar, dia selalu berhasil.

Karena kini, sumbu yang beku telah mencair, dipersiapkan untuk kembali menyala.







Lagi lagi sekuntum mawar menyambut atensi Bitna. Namun kini, disertai kehadiran seorang pemuda, bukan lagi kartu putih.

Berdiri di depan sang gadis, membolak balik tangan yang kosong, kemudian mengambil sekuntum mawar dari belakang kepala gadis itu.

Bitna sempat terkesiap.

"Apa itu sulap?" tanyanya, menerima hadiah dari sang pemuda.

"Bukan. Itu ilusi."

"Mau membeberkan rahasianya?"

Kai tertawa, "Ada hal yang sepatutnya tetap menjadi rahasia agar dunia ini seimbang."

"Ini hanya sulap biasa."

"Dan perumpamaan tidak memandang bulu."

Berjalan ringan di setapak yang biasa dilewati, muda mudi ini menunggu lampu lalu lintas penyebrangan berubah hijau.

Sembari menanti, Kai bertanya, "Punya makanan favorit, Nona?"

"... Punya. Kenapa?"

"Apa itu?"

"Hanya kue manis."

"Aku melihat itu di sekitar sini tadi."

Kai menoleh, mendapati toko yang dimaksud, kemudian menarik Bitna untuk mengekornya. Tidak jadi menyebrang.

Memesan dua kemudian di makan bersama, Kai mengatakan, "Kalau kamu mati, lidahmu tidak akan lagi mengecap kue semanis ini, Nona."

Lupin selalu berhasil, meski berakhir kabur. Dan kini, dia berhasil menyalakan sumbu meski dengan api kecil.

[continued]

"two weeks," Lupin said. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang