- 03

45 21 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Hai, jelek!"

Beberapa murid tertawa kecil mendengar panggilan itu. Sementara yang dipanggil masih diam, pura pura tidak dengar dengan alat elektronik sumbat telinga.

Srak

"Jangan keseringan pakai ini. Telingamu jadi rusak nanti."

Menatap tajam ketika anak laki laki menarik paksa penyumbat telinganya, gadis yang dipanggil 'jelek' tadi membela diri, "Kembalikan, Jae."

"Ini? Hei, aku peduli denganmu, jadi aku menghindarkan mainan tidak berguna ini agar tidak merusak telingamu. Masa tadi aku panggil saja kamu tidak dengar."

Tawa menggema setelah itu. Tidak peduli meski sang gadis beranjak kesal, berusaha merebut.

"Jelek, coba ambil! Hahaha!"

Berjinjit, melompat, mengangkat tangan setinggi mungkin. Rasanya tetap mustahil merebut benda itu dari tangannya.

"Jaesim, kembalikan!"

Melompat sekali, sayangnya kaki si gadis tersandung kaki lain. Tersungkur kemudian di tengah kelas, menciptakan tawa renyah bagi isi ruangan.

Tontonan menarik setiap harinya.

Tapi tidak bagi Kai. Pemuda itu duduk mengamati, diam bahkan ketika sang gadis tersungkur. Tidak tertawa, pun tidak iba.

Wajahnya datar, seakan tidak peduli namun masih memberi atensi. Tidak ada yang tahu isi kepalanya saat ini.

"Ck." Marah, lantas gadis itu bangkit dan melempar buku paketnya ke arah murid bernama Jaesim.

Ini biasa terjadi. Gadis itu terus melawan tapi dianggap lelucon. Perlawanannya tidak berpengaruh besar pada perundungan yang dia dapat.

Mengerti kalau tidak akan merubah tawa mereka, gadis itu beranjak keluar kelas. Pergi ke toilet untuk merapikan diri dan mengecek lutut yang lecet.

Seraya membenahi ikatan rambut, bibirnya tidak absen menyumpahi sang Tuan Lupin. Merutuk mengapa dia harus diberi waktu dua minggu.

"Sial! Lupin sialan! Menyebalkan—"

Emosinya mereda ketika menyadari ada selembar kartu di balik kantung almamaternya. Putih bersih dengan tinta yang digores oleh pena lama.


"Alasan kamu ingin meninggalkan dunia. Kirim ke nomorku."

-Lupin



[continued]

"two weeks," Lupin said. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang