Ini aku, jelas masih aku yang akan melanjutkan kisah kita yang tak sampai itu. Apakah aku harus marah ? apakah aku harus menangis ? apakah aku harus ? apa yang harus kulakukan ditengah kehampaan ini ? tenang.. tenang.. benar tenang takkan datang. Lagipula apa yang harus di tenangkan dari ombak yang tlah karam. Sampai pada saat ini hanya hampa yang memelukku erat dan kupikir berbalik dengan mu yang telah lepas bebas bersama dia yang kulepas dengan ikhlas. - Bayanaka
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
"la, cape ga sih hidup tuh ?" gadis yang masih mengunyah cilok itu mendoangakan kepala nya, menatap heran kepada sahabatnya yang memandang langit siang ini tiba tiba mendung.
"tumben nanya begituan, kenapa mau modar ?" nama lengkapnya Alayya Farhana biasa dipanggil ala, gadis tomboy dengan mulut bon cabe level 30, yang entah bagaimana bisa menjadi sahabat seorang Suraya Chandra si imut tapi pecicilan.
"Sembarangan lu kalo ngomong, lagian mati tuh ga gampang ege, enak pas dah lepas dari raga nah pas ketemu malaikat mau ngobrol apaan lu, harga minyak di pasar yang lagi ilang ilangan ?" jawab raya sembari memukul tengkuk sahabatnya itu
'Uhuk Uhuk'
"ANJI-usahdkshcaoih umm ummm" 'plak plak' ala mencoba melepas tangan raya yang masih nemplok di wajahnya
"Ga usah bacot, banyak anak baru dimari yang bener ajah" ucap raya masih membekap mulut sahabatnya itu, ala mencoba melepaskan tangan raya dari mulutnya
'PLAK' suara keras itu menarik atensi beberapa pengunjung kantin siang ini
"asem ga bisa nafas gua, begoo" ucap ala, mengelap sekitar mulutnya dengan tisu, tangan bekas sambel nemplok dimulutnya ya jelas panas lahhhh
'lomboken' jawanya mah ehe 😊
"udah ah, bentar lagi kelas AMDAL nih, paper lu dah dikumpulin ?" sembari bangkit dari duduknya raya melirik ala yang masih berkutat dengan lipstick touch up dulu sebelum kelas
"udahlah DL dari kapan hari, cepet gua mah " sewotnya, bangkit dari duduk Bersama raya melangkah menuju kelas siang ini
'uhh panas panas kelas AMDAL, alamat menuju botak ni kepala' menggurutu dalam kepala nya, raya berjalan sembari mengecek jadwal kuliah nya hari ini tanpa sadar menabrak sesuatu yang keras didepannya membuat pantat indahnya hampir saja silahturahmi dengan ubin Lorong kampusnya
"aduh neng, nabrak nya ga bisa kanan dikit " suara dengan jenaka tepat didepannya mengawali disusul dengan suara bebeda intonasi deep mengalun tepat di depannya
" Lo gapapa ?" membuat iya mendongak melebarkan matanya
'MAMPUS KA NAKA ANJIR ANJIR ANJIR' suara brisik di otaknya ternyata juga mengalir di jantungnya detak nya mungkin juga terdengar samar oleh orang didepannya
"lo gapapa ray ? ray ? haloooo" ala mencoba mengguncangkan lengan raya yang entah mengapa hanya terdiam sembari memejamkan matanya
"e-eh ga- gapapa ka" ucap raya masih sedikit linglung, ala yang mengerti keadaan nya langsung mengandeng lengan raya
"ehm, permisi ka kami ada kelas 5 menit lagi jadi, Permisi ka selamat siang" ucap ala yang segera menyeret raya dari situasi membingungkan tadi
Kedua pria itu hanya saling memandang, yang satu menggeleng sembari terkekeh lucu satunya lagi menatap punggung gadis yang menabraknya tadi tanpa mengedip.
'ctak ctak' mencoba menyadarkan teman nya dengan menjentikan jarinya tepat didepan wajah sahabat nya itu, tersenyum mengejek "jadi dia cewe yang lu suka ?" ucapnya, terpangpang di baju PDH nya Fahrel Aji Prakoso, sahabatnya hanya menggeleng sembari melangkah Kembali lebih dulu
"NAKA HEHH NAKA BAYANAKA, ANJIR JANGAN NINGGALIN OYY" ucap fahrel mengejar sahabatnya itu menggeleng samar, yang suka dalam diam tuh ginini, nyangkal kaga jawab iya juga kaga.
Dan itu jadi pertemuan kedua kita- naka
.
.
See you
bayangin si mamas baru balik kampus asekk~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathe : Hard for Live Without
FanfictionAwalnya kita saling melepaskan agar tidak menyakitkan. Tapi nyatanya sakitnya lebih mudah diobati dari pada kehilangan. Kenapa tidak bilang dari awal ? Kenapa aku harus menyerah dibelakang ? Kenapa tidak bilang ! Setidaknya bila menghilang jangan...