PART 2

1 0 0
                                    

°
°
°

Semua pasang mata tertuju ke arah pintu, telinga mereka semua sangat tajam. Lihatlah mendengar suara tertawanya saja sudah membuat seisi kantin melihat ke arah most wanted SMA Angkasa. Keempat lelaki berwajah tampan ini berjalan dengan santainya memasuki kantin. Mendudukan dirinya di bangku tengah yang notabenenya adalah tempat duduk keempatnya. "Makan-makan jangan liatin gue mulu," Faiz menyuruh para siswi untuk kembali memakan-makanannya.

"Berasa artis ya kalau sama Doni, tapi wajah tampan gue juga gak kalah sih sama lo." Rian menaik turunkan alisnya, menepuk-nepuk pundak Doni, membuat lelaki ini memutar bola matanya malas. "Mau makan apa lo?"

"Gue es teh sama mie ayam, sambelnya banyak." Faiz menyebutkan pesanannya. "Jangan lupa beliin kerupuknya," tambah Fauzan.

"Gue samain aja," Doni menyenderkan tubuhnya, mengeluarkan satu batang rokok. Lihatlah ketika anak-anak lain takut untuk merokok di sekolah, tapi Doni lelaki itu dengan berani mengeluarkan dan menyalakan pemantik untuk membakar ujung rokok tersebut.

Fauzan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Doni yang benar-benar tidak bisa diberikan nasihat, "gue pernah mikir, gimana kalau gue kayak lo gitu suka ngerokok di jam sekolah." Fauzan menatap Doni.

"Ini jam istirahat,"

"Lo gak salah, Don. Yang salah Fauzan, sih." Faiz mengusap punggung Fauzan, namun ditepis begitu saja oleh Fauzan. "Sabar, Zan. Lo selalu salah,"

"Lo mau? Ambil aja," Doni mengeluarkan bungkusan rokoknya dan menyodorkannya kepada kedua sahabatnya. "Gak usah, Don. Gue masih sayang diri kalau di sekolah," Fauzan menggeserkannya.

"Alah sok-sokan lo, nanti juga abis pulang sekolah lo beli." Rian menggeplak tengkuk Fauzan.

"Itu beda lagi,"

"Ngapain lo takut? Peraturan ada untuk dilanggar."

"Enggak gitu konsepnya mas bro, gue gak mau orang tua gue dipanggil."

"Halah bullshit!"

Rian dan Fauza  saling berpandangan satu sama lain, rasanya Faiz ada salah dalam kata-katanya. "Lo bayangin, kalau ketahuan orang rumah bisa abis gue." Doni mengepulkan asap rokoknya membuat temannya menggelengkan kepalanya.

Uhuk uhuk uhuk

Doni, Rian dan Fauzan menolehkan kepalanya saat mendengar suara batuk yang tak jauh dari mereka. "Kenapa tuh? Tiba-tiba aja batuk," Doni kembali duduk dengan tenang, menghisap kembali rokoknya dan mengeluarkan asapnya.

"Uhuk uhuk uhuk!"

"Aduh, lo kenapa sih?"

"Bau asap, uhuk!"

"Tenang-tenang, lo tarik nafas pelan-pelan."

Arletta melirik Doni yang beberapa kali menghembuskan asap rokoknya, tempat duduk mereka lumayan berdekatan yang memungkinkan asap rokoknya mengarah ke arah Arletta. Gadis ini anti sekali dengan yang namanya rokok. Dan lihat sekarang dia harus menghirup udara yang sudah tercemar ini.

"Minum dulu, mungkin lo jarang hirup udara gak segar ya." Lika memberikan air putih, membantu Arletta agar tak terbatuk lagi.

"Gue gak biasa sama asap rokok, gue balik kelas duluan aja." Arletta berdiri dari duduknya, karena tidak mungkin dia yang memarahi Doni di tempat umum seperti ini. Lagian di kantin

I'm Fine but i'm not fine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang