Suara dentuman yang cukup keras menggelegar di ruangan yang sunyi dan cukup besar hingga bunyi nya memantul. Di susul suara tamparan dan pukulan berkali-kali."Bodoh! Kamu itu bodoh! Mau di taruh di mana muka saya melihat kamu mengikuti kegiatan yang sama sekali tidak berguna!"
plak
bugh
"Sudah berapa kali saya peringati kamu! Jangan semena-mena! Hidup kamu itu di bawah awasan saya! Kalau kamu melanggar kamu kena hukum!"
"Bitch."
"Apa katamu!?! Berani sekali!"
plak
bugh
dug
pyarr
bugh
bugh
Suara deru napas yang tidak beraturan memenuhi ruangan. Mata orang itu memerah tanda sangat marah. Tangannya mengepal kuat hingga tampak urat-urat disana. Rahangnya mengeras.
"Kau anak tak berguna!"
bugh
bugh
bugh
"Kenapa kamu harus lahir di dunia! Menyusahkan! Kamu hanya beban! Tak akan ada kebahagiaan di hidupmu! Saya bersumpah!"
Gadis korban kekeras ayahnya sendiri hanya diam sedari tadi. Jika mulutnya ingin berkata pun ayahnya sudah lebih dulu meninju nya dan menendangnya. Tak memberinya kesempatan.
Gadis itu mengumpat dalam hati. Pantas saja hidupnya tak ada kebahagiaan, ayahnya saja mengutuknya supaya tidak bahagia. Ayah macam apa itu.
"Kenapa kau tidak mati saja? Beban di dunia akan berkurang."
"Kenapa kau tidak mati saja? Beban di dunia akan berkurang." Ulang gadis itu.
"Kau..!!"
Tangan pria tua paruh baya itu terangkat. Memukul wajah putrinya dua kali di bagian kanan kemudian menendang perut putrinya tiga kali, kesekian kalinya.
Pria itu mengambil laptop yang berada tak jauh darinya kemudian melemparnya ke arah putrinya. Lemparannya tepat mengenai wajahnya. Pria itu tak peduli dengan darah yang keluar.
Kekerasan terus di lakukan. Sampai setengah jam berlalu pria itu meninggalkan putrinya yang sudah seperti sekarat. Kondisi nya begitu mengenaskan. Darah di mana-mana, lebam di mana-mana.
Gadis itu melihat ke arah pisau yang tadi di gunakan ayahnya untuk menusuk perutnya. Gila. Satu kata yang ia katakan untuk ayahnya saat ini. Ayahnya memang sudah gila, menyakitinya dengan pisau.
"Semoga, karma menunggu mu."
Gadis itu yang awalnya bertopang pada tangannya kini terbaring lemas dengan keadaan tak sadarkan diri. Darah terus mengalir dari wajah, perut, kaki dan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARADERA [on going]
Teen Fiction"Tuhan, dunia itu indah namun menyakitkan." Kata orang, bumi itu berputar kadang kala kita akan di atas kadang juga kita akan di bawah. Lantas mengapa kehidupan Aradera tidak pernah berada di atas? Selalu berada di bawah keterpurukan. Bumi seakan me...