Kurang lebih 20 menit Sungjae menunggu, karena tidak tahan berdiri di luar, ia akhirnya memutuskan masuk ke dalam hostel dan menunggu di ruang tunggu.
10 menit berlalu, dan Sohee tak kunjung datang. Ketika Sungjae bermain dengan ponselnya, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang. Pemuda itu secara reflek menengok ke belakang, ternyata yang menepuk bahunya adalah Sohee dengan penampilang yang membuat Sungjae pangling.
Sungjae menatap Sohee dari atas ke bawah, paras pemudi jelita itu yang sebelumnya sudah terlihat sangat cantik walau tak memakai make up tebal, sekarang semakin glowing, ia juga memakai kemeja berwarna light mint yang bagian depannya ia masukkan kedalam celana skinny jeans biru yang membentuk lekuk indah kakinya yang jenjang.
Otak Sungjae untuk sepersekian detik tidak berfungsi dengan normal, dia hanya memandang Sohee tanpa berkata apapun. Dia benar-benar terpana.
"jangan melihatku seperti itu, nanti kau jatuh cinta" canda Sohee sambil tersenyum meledek.
"melihatmu seperti apa? Aku hanya kaget dengan perubahan tampilanmu" bela Sungjae.
Sohee hanya tertawa mendengar pembelaan Sungjae. Ia sadar bahwa dirinya cantik, baginya melihat lawan jenis terpesona akan kecantikannya bukanlah hal yang baru, tapi entah kenapa, melihat Sungjae kehabisan kata-kata membuat jantungnya sedikit berdegup lebih cepat.
"ngomong-ngomong kau belum makan kan? Aku lapar, kita cari makan dulu yuk!" ajak Sohee.
"iya aku juga lapar, kau mau makan apa?".
"aku sedang tidak diet, jadi bebas makan apa saja" gumam Sohee.
Sungjae terdiam sejenak untuk berpikir, "tak jauh dari sini ada restoran pizza yang lumayan enak dan murah, bagaimana menurutmu?".
"aku percaya saja dengan pilihanmu".
"oke kalau begitu, let's go!" seru Sungjae dengan semangat.
"let's go!" Sohee ikut berseru.
Sepasang manusia itu pun pergi meninggalkan hostel tempat Sohee bermalam.
"eh, sebelum makan kita mampir sebentar ke apartemen temanku ya, aku harus menaruh ransel dan biola ini, jalannya satu arah kok" pinta Sungjae.
"oke, tidak masalah" Sohee mengacunkan jempolnya, "kau tinggal di apartemen temanmu selama di sini?" tanyanya.
"uh-huh" Sungjae mengangguk pelan.
"kukira kau tinggal di hotel".
"selama ada opsi gratis kenapa mencari yang bayar kan?" Sungjae mengedipkan mata kanannya.
Sohee langsung terkekeh setelah mendengar jawaban jejaka di sampingnya itu.
"lagipula temanku sedang berada di luar negeri, dia sedang mengikuti kompetisi cello di paris, jadi apartemennya memang kosong" lanjut Sungjae.
"kompetisi cello?".
"iya, kompetisi seperti ini penting untuk musisi klasik yang masih muda seperti kami, ini ajang yang akan membuat nama kami dikenal banyak orang dan jika menang, hadiahnya juga lumayan untuk bertahan hidup" jelas Sungjae.
Sohee ber-oh ria, "kau pernah memenangkan kompetisi seperti itu?" tanyanya.
Sungjae mengangguk, "tahun lalu di Austin, Texas dan bulan Juni kemarin di Moscow".
"kau memenangkan keduanya?".
"uh-huh" gumam Sungjae sembari mengangguk.
"daebak! Ku kira kau hanya pemain biola biasa-biasa saja" canda Sohee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Malam, Satu Cinta
FanfictionDi perjalanan menuju kota Vienna, Yook Sungjae, seorang Violinis muda, bertemu dengan Han Sohee, seorang mahasiswi seni rupa yang sedang berkelana di Eropa. Dalam 2 malam, keduanya saling mengenal dan belajar menghadapi masa lalu mereka. Yook Sungja...