Keduanya sekarang duduk berhadap-hadapan, Sohee duduk di sofa, sedangkan Sungjae duduk di atas ujung kasur.
Suasana sunyi, musik sudah mati, dan tak ada satupun di antara mereka yang berani berbicara duluan.
Mata Sungjae mencoba melirik ke arah Sohee. Wanita di depannya itu juga melihat ke arahnya, tak sengaja pandangan mereka pun bertemu.
"maaf" ucap Sungjae.
"kenapa kau minta maaf? Aku juga berpartisipasi tadi, apakah aku harus minta maaf juga?" gumam Sohee. Sorot mata mereka masih bertaut, saling menerka apa yang mereka pikirkan.
"bu..bukan begitu" jawab Sungjae gugup. "kita baru saja bertemu, seharusnya aku mengenalimu lebih dalam dahulu sebelum.. sebelum kita..".
"berciuman?" potong Sohee.
Sungjae mengangguk.
"apakah kamu menyesalinya?".
Sungjae menatapnya bingung.
"menyesali ciuman tadi maksudku" lanjut Sohee.
Sungjae menggeleng, "aku tahu ini aneh, secara kita baru saja bertemu, tapi kejadian tadi lebih menakjubkan dibanding tepukan tangan 2000 penonton setelah aku tampil bersama Berlin Philharmonic, mana mungkin aku bisa menyesali hal tersebut".
Senyuman hangat langsung tersimpul di wajah Sohee setelah mendengar jawaban Sungjae, "aku tidak pernah tampil di depan 2000 penonton, tapi sepertinya aku merasakan yang kamu rasakan juga".
"Sohee-ssi bolehkah aku berbicara jujur kepada mu".
Sohee mengangguk.
"aku ini amatir dalam hal seperti ini, aku tidak tahu selanjutnya aku harus berbuat apa, sepanjang hidupku, aku hanya pernah sekali berpacaran, itupun ia meninggalkan ku" ucapnya sambil menundukkan kepalanya malu.
Image Sungjae sebagai lelaki yang dewasa dan berpengalaman di mata Sohee tiba-tiba runtuh berantakan, tapi entah kenapa itu malah membuatnya lebih tertarik kepada lelaki di hadapannya itu. Berarti perhatian-perhatian kecil yang Sungjae berikan kepadanya bukanlah modus belaka, tapi karena memang itu sifat aslinya, dan itu membuat jantungnya berdegup kencang.
"walaupun ciuman tadi juga menakjubkan untukku, tapi satu kali ciuman bukan berarti kita pacaran, kita masih bisa saling mengenal satu sama lain" jelas Sohee.
"i look pathetic, right?" tanya Sungjae memelas.
Sohee menggeleng, "no, you look cute".
"cute? Maksudmu handsome kan?" canda Sungjae.
"no, still cute, tapi nanti kalau kamu tiba-tiba menjadi handsome aku pasti beritahukan kepadamu".
Sungjae langsung berdiri dan berjalan pelan ke arah Sohee. Sesampainya di depan Sohee ia menundukkan badannya lalu berbisik tepat di telinga wanita itu, "Sohee-ssi, walaupun aku amatir dalam percintaan, bukan berarti aku amatir dalam merayu dan menggoda, jangan salahkan aku kalau kau tergila-gila padaku ya".
Jantung Sohee tiba-tiba berdebar dan pipinya terasa hangat. Ia langsung mendorong pelan tubuh Sungjae, lalu berkata "jangan melakukan itu lagi bulu kuduk ku berdiri mendengarnya".
"tapi suka kan? Lihat saja pipi mu memerah begitu" goda Sungjae.
Sohee langsung menangkup pipinya, "jangan terlalu percaya diri ya, ini karena suhu ruangan ini sangat hangat".
"yeah, sure I believe you" sindir Sungjae.
Sohee yang tak tahu mau memberi alasan apa lagi, tiba-tiba teringat sesuatu, "hey katanya kita mau cari makan? Pizza katamu?" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Malam, Satu Cinta
FanfictionDi perjalanan menuju kota Vienna, Yook Sungjae, seorang Violinis muda, bertemu dengan Han Sohee, seorang mahasiswi seni rupa yang sedang berkelana di Eropa. Dalam 2 malam, keduanya saling mengenal dan belajar menghadapi masa lalu mereka. Yook Sungja...