prolog

5 0 0
                                    

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

00 | the beginning
Cora

Tidak salah lagi, ramalan cuaca tadi pagi memang benar.

Aku melihat keluar jendela. Memandang pohon-pohon yang bergoyang diterpa angin kencang dan hujan deras. Bila dilihat lebih teliti pohon itu seperti akan tumbang. Aku langsung menggeleng, menghapus pikiran negatif.

Aku menutup tirai kamar, menghela nafas. Ibu dan Ayah sedang pergi ke acara perkumpulan penghuni Pine's Residence, dan ya, seperti biasa aku tidak ikut.

Dalam hati, aku berharap mereka tidak kenapa-napa disana, dan saat perjalanan pulang nanti. Bila sedang hujan dan angin kencang seperti ini, aku merasa gusar dan tidak aman. Seakan-akan angin besar dan hujan ini akan bertambah besar dan mengakibatkan sesuatu yang buruk bagiku dan keluargaku.

Tapi... mungkin itu hanya ketakutan biasa terhadap bencana alam.

Aku teringat sesuatu. Hari ini aku benar-bener sendiri. Barbara—asisten rumah tangga rumah ini harus pulang tadi sore karena anaknya sakit, dan tentu saja Ibu dan ayah mengijikannya.

Hari ini hari sabtu. Dari sore—setelah mengunci pintu-pintu sampai malam aku terus berada di kamar, tidak berani turun ke lantai bawah. Maka dari itu perutku terus protes, meronta-ronta meminta makan.

Sebenarnya aku ingin memesan makanan online, tetapi mengingat sedang ada badai seperti ini tidak memungkinkan untuk melakukan itu sekarang, jadi ya... bisa dibilang aku merana sendirian disini.

Helaan nafas lagi-lagi keluar dari mulutku. Ya ampun. Kedua tanganku menyisir rambut pirangku kebelakang.

BLAR!

YA TUHAN!

Aku terperangah seketika. Posisiku yang masih berada di depan jendela, membuatku dapat melihat kilatan petir dengan jelas karena hanya terhalang vitrase tirai. Aku otomatis mengelus dada dan reflek melihat keluar jendela lagi ke arah pohon-pohon.

Untung saja pohon itu tidak tersam—

TING TONG
TING TONG
TING TONG

Suara nyaring bell yang tersambung ke pengeras suara yang terpasang di 2 lantai itu benar-benar membuatku terkejut. Hampir saja aku jatuh dari kursi belajar, untung aku mencengkram tirai terlebih dahulu. Kepalaku reflek menoleh ke arah pintu keluar kamar.

Siapa yang bertamu saat seperti ini?

Apa ada perampok?

Collide AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang