The Doll 1

3.1K 251 78
                                    

Happy reading






Derap langkah terdengar semakin dekat, jantungnya berdetak tak karuan, keringat membanjiri wajah dan tubuhnya. Dia kini merasa was-was dengan hal yang mungkin saja bisa mengetahui keberadaannya yang bersembunyi di dalam lemari. Dia menahan napas dengan kedua tangannya yang terkepal kuat. Sebenarnya dia tidak perduli jika harus mati malam ini, karena dia sendiri tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa selain Tuhan. Tapi, itu tidak boleh terjadi, dia tidak boleh menyerah jika dia ingin anaknya selamat maka dia juga harus selamat.

Sring sring sring

Matanya membulat saat mendengar suara cekikikan dan suara dua belati yang sengaja saling digesekkan. Kepalanya dia arahkan pada sela-sela lemari guna melihat seseorang yang mencarinya. Dia terkejut kala orang itu membanting bingkai foto pernikahannya yang cukup besar dan menginjak pecahan kaca yang tajam itu. Dengan raut wajah tanpa ekspresi atau rasa sakit, orang itu kembali berjalan mencarinya. Darah berceceran di lantai, menjadikan genangan-genangan kecil yang meninggalkan noda menjijikkan, serta bau anyir darah yang menusuk penciuman.

Dia yang tak kuasa menahan baunya ingin muntah, namun dengan sekuat tenaga dia menahannya. Mulut dan hidungnya dia tutup dengan baju yang berada di dalam lemari. Perlahan air matanya jatuh, rasa takut menguasai penuh dirinya. Segala bayang-bayang negatif tentang dirinya yang ditikam dengan pisau dapur dan tusukan pisau yang begitu sadis mulai menghantui. Pisau satunya ditusukkan tepat pada bagian jantungnya hingga menembus punggung, dan yang satunya lagi ditusukkan pada perutnya. Itu hanya bayangan, lalu bagaimana jika sungguhan?

Kepalanya menggeleng cepat untuk menepis semua pikiran buruknya. Jangan sampai, jangan sampai itu terjadi. Tangannya dia arahkan untuk mengusap kandungannya yang sudah berusia 8 bulan, kurang satu bulan lagi dia bisa berjumpa dengan anaknya dan mengusap wajah mungil yang lucu, kurang satu bulan dia bisa menimang anaknya dengan manja dan penuh kasih sayang, kurang satu bulan keluarga kecilnya akan ramai dengan kedatangan buah hatinya.

"Sembunyi dimana kamu?"

"Keluarlah aku tak akan membunuhmu."

"Aku hanya akan bermain-main denganmu sampai kau mati."

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Berteriak minta tolong? Sama saja akan membuat ajalnya semakin mendekat. Menelepon seseorang? Dia saja tidak tahu ponselnya sekarang ada di mana.


"Nata, keluar lah. Jangan takut."

"Aku kan sudah bilang, kalau aku ingin bermain denganmu dan anakmu itu, hihihi."

Bola matanya yang putih terus berputar ke setiap sudut ruangan, mencari keberadaan Nata. Tidak tahu saja orang itu kalau Nata bersembunyi di dalam lemari.

Badannya membungkuk untuk memastikan jika Nata bersembunyi di bawah tempat tidur. Senyum seram yang amat lebar terukir di wajahnya saat mengetahui tak ada siapapun di bawah kasur. Orang itu kembali berdiri dan berjalan mendekati gorden besar yang panjang. Pergelangan tangannya dia putar sampai berbunyi seperti tulang yang remuk, dilakukannya seolah sedang peregangan. Dengan cepat diayunkan pisaunya ke arah gorden dan membuat gorden itu robek. Tawa melengking keluar dari mulutnya.

The Doll ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang