The Doll 7

502 107 32
                                    

Happy reading







"Hai kak Rania," sapa anak laki-laki dengan langkah girangnya. Tangan kanannya membawa kantung plastik, Rania yakin bahwa isinya adalah makanan ringan yang Jake belikan.

"Halo ... Raka. Gimana, seneng gak beli jajan sama kakak Jake?" Rania menuntun Raka, anak berusia 7 tahun. Rania menuntunnya untuk duduk di kursi ruang tamu sebelahnya.

"Seneng dong kak, nih Raka tadi juga beli roti coklat buat kakak." Raka mengambil bungkusan roti dari dalam kantung plastik yang berada di pangkuannya.

"Wah... terima kasih, ya.." Rania mengusak rambut Raka, dia gemas sekali dengan anak tetangganya itu. Bahkan Rania sudah menganggap Raka sebagai anaknya sendiri, mengingat selama ini tetangganya itu sering menitipkan Raka di rumahnya, saat mereka sibuk bekerja atau ada urusan lainnya.

Rania menatap sebentar ke arah Jake yang kini sedang tersenyum melihat tingkah lucu Raka. Rania menghela napas, dia teringat dengan rahasia yang Sano beritahu.

"Ran, kenapa?"

Rania menggeleng. "Nggak kak, sebentar ya aku mau ke kamar. Ambil ponsel." Jake mengangguk dan membiarkan Rania pergi.

"Kak Jake."

Jake tersenyum. "Apa?"

Raka diam menatap Jake, sorot matanya berubah marah. Senyum sinis terukir di wajahnya. " Yang. Jahat. Akan. Kalah."

Jake terkejut, dia mengerjapkan matanya berkali-kali, apa dia salah dengar? Bagaimana bisa Raka berbicara seperti itu? Apakah anak ini sedang mengajaknya bercanda?

"Kak Jake, kak Jake."

"Ah.. iya?"

"Kakak kenapa melamun, aku panggil dari tadi juga."

Jake menggeleng dan tersenyum, dia usap rambut belakang Raka. "Gakpapa, kalau gitu Raka nonton kartun dulu ya, kakak mau pergi sebentar."

Raka mengangguk, dengan semangat dia berlari ke arah ruang tengah dan menyalakan televisi. Dicarinya kartun spons kuning dan bintang laut merah muda.
















































































Sano berjalan mengendap di sebuah gang kecil, dia sangat was-was dengan sesuatu yang mengikutinya sejak dia pulang dari rumah Rania. Sano mengambil ponselnya yang berdering, panggilan masuk dari seseorang.

"Sebentar lagi gue sampai. Tetap hati-hati, ada mahluk gigi tajam yang ngikutin gue." Sano menengok ke belakang.

"Iya pasti." Ponselnya ia masukkan kembali ke dalam kantung jaketnya. Sano mempercepat langkahnya dengan mulut yang bergerak merapalkan sebuah doa.

Tepat 3 meter di belakangnya, mahluk bergigi tajam itu berhenti, dia tak bisa lebih dekat ke arah Sano karena doa.
Langkahnya berbelok ke arah gang yang lebih sempit, dengan penerangan yang minim dia menyipitkan matanya untuk mencari seseorang yang sudah ada janji dengannya.

"Kak, lo di mana?"

Sano yang mendengar suara bisikan dari arah kanan, dia segera menghampiri asal suara tersebut. Ada sebuah pintu kayu kecil yang tertutup dengan karung. Sano yakin, orang itu ada di dalam. Tangannya bergerak memutar engsel pintu, setelah terbuka dia dapat melihat seseorang dengan baju serba hitam. Sano tersenyum dan segera masuk ke dalam.

The Doll ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang