The Doll 13

452 99 6
                                    

Happy reading






Rania bingung saat Tian memberhentikan mobilnya di depan rumah Ghava. Dia menengok ke arah Tian yang sedang melepas sabuk pengaman. Pemuda itu balik menatap Rania, seakan tahu apa yang Rania pikirkan, Tian menjawab pertanyaan yang ada di kepala Rania.

"Semuanya akan terjadi di sini, aku minta tolong sama kamu, agar kamu bisa meyakinkan Jake."

"Meyakinkan untuk apa?" tanya Rania.

"Meyakinkan agar dia berhenti dari penyembahan sesat ini, karena dengan begitu dia akan mati tanpa aku bunuh. Hanya itu cara satu-satunya selain membunuh."

Rania terdiam, matanya kembali berembun. Bukan itu yang Rania mau, memang benar itu adalah cara selain membunuh, tetapi Rania ingin Jake hidup. Dia ingin Jake kembali bersamanya. Sepertinya rasa benci Rania terkalahkan oleh rasa cintanya.
Yang mana itu mampu menutupi semua sisi negatif Jake.

"Aku tau kau tidak rela Ran, tapi aku mohon pikirkan dengan baik, ini tidak hanya menyangkut nyawa Jake saja, tapi Nata, kakaknya Ghava, Sano dan diri kamu sendiri. Sedangkan orang yang kamu bela itu adalah penyebab dari terancamnya nyawa kita semua. Jadi aku mohon pikirkan dengan baik!"

Tian yang melihat Rania diam, hanya bisa membuang napas gusar. Sejujurnya Tian tidak tega dengan Rania, dia pasti sangat sakit hati mengetahui fakta ini, apalagi Rania sedang mengandung. Rania sendiri juga tidak mau jika anaknya terlahir tanpa seorang ayah. Akan Rania jawab bagaimana nanti jika anaknya bertanya? Tidak mungkinkan Rania menceritakan yang sebenarnya kepada anaknya kelak? Jelas tidak, itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk diceritakan atau diumbar.

"Maaf Ran, aku gak tau harus bagaimana. Untuk sekarang, kamu pakai kalung ini." Tian menggantungkan sebuah kalung dengan liontin permata berwarna putih.

"Buat apa kalung ini?" tanya Rania dan mengambil kalung itu dari tangan Tian.

"Itu buat melindungi kamu dari hantu dan Teivel, boneka suruhan pelaku."

Mendengar kata 'pelaku' Rania memandang kalung itu dengan sendu, mau tidak mau dia harus melawan suaminya. Sebesar apapun cinta Rania untuk Jake, masih ada setitik kebencian, iya hanya setitik. Rania mengusap perut buncitnya, setelah itu dia memakai kalung jimat pemberian Tian.

"Itu akan membuat hantu terhalang untuk menyentuh kamu, tetapi jika untuk Teivel mungkin sedikit sulit, tapi kamu tenang saja dan percaya bahwa semuanya akan aman. Ayo, kita masuk." Tian dan Rania berjalan masuk ke dalam rumah Ghava. Tidak seperti orang biasa, Tian bisa merasakan aura gelap dari rumah yang baru saja dia pijakan. Udara terasa sesak, sampai membuatnya sedikit sulit untuk bernapas. Tapi anehnya itu hanya ada di seputaran ruang tamu.

"KAU AKAN MATI HARI INI!"

"KAU MATI SANO!"

Tian dan Rania spontan melihat ke arah atas, di mana suara yang amat menggelegar itu berasal. Tanpa menunggu lama, Tian segera menggandeng Rania untuk naik tangga ke lantai dua, tidak lupa Tian juga selalu merapalkan doa untuk melindungi Rania.

Betapa terkejutnya Tian saat melihat adiknya diserang oleh Teivel yang sedang menyamar. Tangan kiri Teivel diarahkan ke leher Sano, yang membuat Sano merasa tercekik, walaupun Teivel tidak menyentuhnya secara langsung. Dengan sekuat tenaga, Sano mencoba untuk memercikkan air suci kepada Teivel. Untungnya dia berhasil dan membuat cekikkan di lehernya melonggar. Teivel mengerang kepanasan, air suci itu mengenai wajahnya hingga membuat wajah Harsya palsu melepuh dan mengelupas. Teivel marah, dia menatap tajam Sano. Cekikkan yang sudah melonggar itu, kini kembali mengencang, bahkan lebih kencang dari sebelumnya.

The Doll ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang