Sudah hampir sepertengah windu aku menahan rindu akan hadirmu, kau berlalu lalang dan tanpa sadar meninggalkan bekas yang senantiasa ku ukir sebagai prasasti dari sebuah kesendirian.
Dikala sunyi merasuki diri, kau seketika hadir bagai permadani yang seakan memberikan tumpangan untuk berkeliling menikmati sunyi. Indahnya malam kota, menyaksikan ribuan sepasang dari kejauhan tatkala kau berkata "Asik ya seperti mereka, bisa ada yang saling mengerti dan mau saling berbagi hati".
Kau Mengajakku menyaksikan indahnya rasi bintang, jelitanya purnama hingga sayup - sayup angin malam yang seakan memberikan isyarat bahwa akan ada sesuatu yang datang dan kukira itu adalah sebuah kehangatan.
Namun, bukannya kehangatan yang datang, angin malam yang sayup itu berbalas dengan rinai hujan yang seketika menghentikan perjalanan atas rasa yang hampir menemui titik asa diantara kita. Begitu harapanku
Pertanda apa ini, apakah semua ini hanya akan menjadi sekejap yang membekas didadaku?
Mentari bersambut pagi, ditemani kesunyian dengan harap yang tak kunjung terucap, berucap rasa yang dibalas air mata. Namun, kapanpun sunyi merasuk jiwamu kau tau harus kepada siapa mengadu, berkeluh kesah tentang apa yang sudah terjadi tempo hari hingga harapan harapan manis yang berujung tangis. Aku siap mendengarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
PROFILE
RandomKau bebas menempatkan posisimmu dalam cerita, bebas merangkai peristiwa dalam asmara hingga bebas menjalin cinta dengan siapa saja dan untuk urusan diterima itu nomor dua. Cerita ini tidak akan pernah berakhir dan akan terus berawal. Update setiap h...