Akhir Kata

12 0 0
                                    

Sudah hampir sepertengah windu aku menahan rindu akan hadirmu, kau berlalu lalang dan tanpa sadar meninggalkan bekas yang senantiasa ku ukir sebagai prasasti dari sebuah kesendirian.

Dikala sunyi merasuki diri, kau seketika hadir bagai permadani yang seakan memberikan tumpangan untuk berkeliling menikmati sunyi. Indahnya malam kota, menyaksikan ribuan sepasang dari kejauhan tatkala kau berkata "Asik ya seperti mereka, bisa ada yang saling mengerti dan mau saling berbagi hati".

Kau Mengajakku menyaksikan indahnya rasi bintang, jelitanya purnama hingga sayup - sayup angin malam yang seakan memberikan isyarat bahwa akan ada sesuatu yang datang dan kukira itu adalah sebuah kehangatan.

Namun, bukannya kehangatan yang datang, angin malam yang sayup itu berbalas dengan rinai hujan yang seketika menghentikan perjalanan atas rasa yang hampir menemui titik asa diantara kita. Begitu harapanku

Pertanda apa ini, apakah semua ini hanya akan menjadi sekejap yang membekas didadaku?

Mentari bersambut pagi, ditemani kesunyian dengan harap yang tak kunjung terucap, berucap rasa yang dibalas air mata. Namun, kapanpun sunyi merasuk jiwamu kau tau harus kepada siapa mengadu, berkeluh kesah tentang apa yang sudah terjadi tempo hari hingga harapan harapan manis yang berujung tangis. Aku siap mendengarnya


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROFILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang