Sukuna tidak pernah punya perasaan selama ini. Baginya manusia hanyalah makanan dan pelampiasan. Dan (y/n) seharusnya tetap menjadi salah satu diantara dua itu. Tapi kenapa sekarang Sukuna justru merasakan hampa?
Hatinya seolah tercabik dan berdarah. Membiarkan tubuh dingin (y/n) tetap dipelukannya sementara orang-orang itu masih sibuk bertarung satu sama lain.
Ingatan Sukuna kembali berputar pada masa-masa dulu. Sama seperti saat ini, dia akan kalah dan dilenyapkan. Dan sebagian lagi disegel dengan penyegel yang kuat.
Sukuna tersenyum miris, berpikir bahwa semua kutukan akan berakhir sama. Mati atau tersegel. Sukuna sesekali mengusap kasar rambutnya. Mencoba mengajak berbicara Itadori Yuuji yang tertidur didalam sana.
Hanya satu, dia hanya ingin (y/n) tetap menjadi miliknya. Tapi sayang, manusia itu adalah makhluk yang sangat dekat dengan kematian. Seolah saling berdampingan, membuat Sukuna mencerca makhluk lemah tidak berdaya.
Bagi Sukuna, (y/n) berbeda. Caranya bertahan hidup, caranya tidak peduli dengan apapun yang tidak.menguntungkan baginya. Dan caranya memperlakukan setiap makhluk sama.
Berteman dengan kutukan ganas sejenis Sukuna? (Y/n) adalah satu-satunya gadis gila yang kelewat tidak peduli pada Sukuna.
Sukuna menyukainya.
Rasa seperti kembali saat dia masih dihargai dan dianggap sama dengan orang lain.
Sukuna memeluk erat tubuh (y/n) yang sudah tinggal cangkang kosong itu. Cahaya kecil merambat dari tanah. Beberapa rumpun liar tumbuh menjalar, meraih dan memeluk tubuh (y/n).
Sukuna bisa melihat betapa layunya para tanaman. Begitu rupanya, Sukuna menyimpulkan satu sisi.
(Y/n) disayangi alam.
Alam menyukai sisi (y/n) yang ceria dan baik hati tanpa membedakan ras dan jenis.
Bunga kecil berwarna putih menjadi kemerahan ketika menyentuh darah (y/n). Sukuna mencabutnya, membawa bunga itu kedepan hidung. Menghidu aroma manis harum pencampuran darah dan nektar bunga.
Sukuna menunduk, menempelkan bibirnya pada bibir (y/n). Menyesap sisa kehangatan dalam-dalam. Tubuh keduanya mulai tertutupi rimbunan dedaunan.
Membawa mereka kembali pada waktu yang seharusnya.
"Ayo pulang."
.
.
.Sasaki menatap cucu kecilnya dalan pelukan laki-laki berambut hitam lancip. Mengamati keduanya yang terlihat tertawa sesekali karena guyonan kecil.
"Kau menyukainya?"
Sasaki berjalan menuju Fushiguro Megumi yang sibuk menimang anak (y/n). "Ya," ucap Fushiguro tegas. "Ini pertama kalinya aku memegang makhluk semungil dan selembut ini."
"Namanya..." Fushiguro diam menatap Sasaki.
Sasaki mengangkat bahunya pelan, "anakku (y/n), belum memberinya nama hingga saat ini."
Fushiguro mengernyitkan dahinya, "kenapa? Bukannya sudah sangat terlambat?"
Sasaki memandang ke arah luar jendela, "nama adalah sebuah doa dan harapan, kau tidak bisa memaksa seseorang memberi doa pada makhluk yang mereka benci bukan?"
Fushiguro menatap manik coklat yang berkedip lambat, senyum dan tawa tak pernah enyah sedikitpun dari bayi tidak bersalah itu. "Apa... Aku boleh memberinya nama?"
Sasaki tersentak pelan. Menelan ludah kasar, Sasaki menatap Fushiguro bingung, "tapi... Apa kau yakin?"
Fushiguro tersenyum tipis, hidung mancungnya mencium pipi gembul bayi itu, "bukan masalah besar," ujarnya.
"Naki... Nama itu akan cocok untuk bayi laki-laki kuat sepertinya." kata Fushiguro.
Sasaki ikut tersenyum, "terimakasih sudah memberi anak itu nama."
Hujan diluar sana masih setia turun, Sasaki menatap keluar. Menemukan siluet laki-laki yang tengah menggendong seseorang dipunggungnya. Sasaki lantas langsung bergegas keluar. Melihat siapa yang sudah datang ke kediaman kecilnya.
"Maafkan aku... (Y/n)-san sudah tiada."
.
.
.Udara bergetar halus, seolah tengah menangis langit kelabu terus menurunkan airnya. Membasahi bumi yang membuat tidak ada satupun yang keluar dan lebih memilih diam dan menghangatkan diri didalam rumah masing-masing.
Itadori Yuuji duduk termenung. Di atas pahanya terdapat jasad (y/n). Kedua tangannya terkulai lemas, meski tertidur dia bisa mengingat rasa dan seperti apa Sukuna memperlakukan wanita dipelukannya ini seperti apa.
Itadori bingung, secara tidak langsung dialah yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa (y/n) selama beberapa minggu belakangan ini.
Tangannya mengusap kasar rambut yang ada didepan keningnya keatas. Itadori tidak tahu harus kemana lagi saat ini. Itadori mengutuk perbuatan bejad Sukuna yang dia lakukan menggunakan tubuh Itadori.
"Sialan kau Sukuna."
Itadori lesu, matanya tak lagi berbinar. Laki-laki itu menggendong (y/n) dipunggungnya. Melintasi trotoar, tidak ada yang berubah dengan kematian (y/n) dimasa lalu. Semuanya tetap berjalan semestinya. Sukuna tidak menyahut sedikitpun meski Itadori masih mencercanya.
"(Y/n)-san," lirih Itadori. Matanya terlihat memerah dan siap menumpahkan air mata. Sebuah rumah kecil kini ada dihadapan Itadori. "Kau sudah di rumah sekarang."
Itadori melihat Sasaki, ibu (y/n), keluar dari rumah dan berdiri dihadapannya. Tidak peduli dengan hujan yang ikut membuat wanita itu basah.
"Maafkan aku, (y/n)-san sudah tiada."
Berat rasanya bagi Itadori, laki-laki itu menangis dibawah hujan. Membiarkan air hujan menutupi tangisannya agar tidak terlihat oleh Sasaki yang berdiri syok di dekat nya.
"Itadori," suara Fushiguro terdengar. Ditangannya Naki tengah digendong dengan sebuah payung melindungi keduanya. "Gojou-sensei ingin berbicara denganmu mengenai ini."
.
.
..
.
..
.
..
.
.
T
B
C.
.
..
.
.San: episode depan episode terakhir :V
.
.
..
.
..
.
.See you last chapter 🧎🏻♀
11 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
☑ ⃟ ⃟ ⃟ Timeless (Ryomen Sukuna X Readers)
FanficIngatan yang tak seharusnya diusik kembali muncul perlahan, akal sehat berganti perasaan takut berlebihan. Ide gilanya terbesit halus didalam benak. "Berhentilah menyentuhku bajingan! Aku membencimu hingga kesudut jantungku." "Seharusnya kau berbang...