33.»Ambivalen

44.5K 4.7K 275
                                        

VOTEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

INI PERINTAH KOMANDAN 😅

.
.
.

32»Ambivalen

Agraven terdiam duduk di sofa. Sudah hampir dua jam ia hanya berdiam diri dan bergelut dengan pikirannya.

Selama itu pula istrinya belum sadarkan diri.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu diabaikan oleh Agraven.

Tak lama pintu itu terbuka menampilkan sosok rusuh bernama Galva. Ia langsung duduk di samping Agraven.

"Apa yang terjadi, Rav?" tanyanya mendesak.

Agraven tidak menjawab, ia hanya memberi kode untuk Galva melihat sendiri kondisi Aza, istrinya.

"Ya ampun, Degem! Kenapa bisa, sih?" Ia mendekat ke arah Aza. Ia melihat pergelangan tangan Aza yang dibalut perban.

"Rav Rav Rav!"

"Diam!" sentak Agraven. Galva sangat berisik.

"I-itu tangannya?"

"Lo bisa pulang dulu? Tinggalin gue sama Aza berdua," tekan Agraven.

"Lo usir gue? Itu adek gemesnya gue lagi sakit, Rav! Gue juga baru sampe!" tolak Galva tidak terima langsung diusir.

"Pulang ke rumah atau pulang ke--"

"Eeiits!! Ke rumah, dong! Tega bener, lo. Aza itu udah gue anggap seperti anak sendiri ... eh, salah! Maksudnya seperti adek sendiri!"

"Nanti. Kalo Aza udah membaik, gue kasih tau," ujar Agraven sedikit melembut.

"His! Ya udah gue pulang! Awas kalo nggak ngabarin waktu degem udah bangun," ancamnya.

"Hmm," gumam Agraven.

Brak

Dengan keras Galva menutup pintu.

"Fuck!" umpat Agraven karena ulah Galva.

Agraven kembali terdiam. Beberapa detik setelah itu, ia mendekati Aza. Ia berlutut di samping Aza.

Dengan sangat perlahan ia mengangkat tangan Aza yang dibungkus perban.

Ia tidak bisa menyimpulkan keputusannya sekarang. Ia juga perlu mendengarkan penjelasan dari Aza.

Setelah itu ia kembali duduk di sofa.

Beberapa menit dari itu, jari Aza mulai bergerak.

Ia langsung mendekat dan duduk di kasur samping Aza yang kosong.

Mata Aza mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.

Aza tersentak karena keberadaan Agraven di sampingnya. Dengan cepat ia menoleh untuk menghindari tatapan Agraven.

"Za ...."

Aza tetap mempertahankan posisinya. Ia tidak terpengaruh sama sekali oleh panggilan bernada penuh penekanan dari Agraven.

"Azananta. Liat saya!" Aza masih tetap diam.

"Gue nggak mau aja, cewek polos kayak lo bakal jadi korban Agraven selanjutnya."

Perkataan Ludira kembali berputar di pikirannya.

"Kenapa lo yakin banget Agraven cinta sama lo, bodoh!"

"Kenapa lo mau aja dinikahin sama orang yang nggak cinta sama, lo?"

"Seorang psikopat tidak akan pernah bisa merasakan apa itu cinta. Jika pun ada ... itu hanya cinta semu."

𝐀𝐆𝐑𝐀𝐕𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang