"Ada dimana surat itu?.. bibi berkata suratnya ada di atas nakas meja tapi tidak ada..."
Tangan kurus terus-menerus meraba nakas meja besi yang terletak di sebelah kasur, tangannya yang lain juga mencoba membuka lemari bagian bawah nakas tersebut dan mencari sesuatu disana. Sayang, dia tidak menemukan apapun.
Ia juga meraba sprei kasur dan selimut serta bantal, berharap sesuatu yang ia cari terselip di salah satu benda disana.
"Tidak ada.. siapa yang mengambil nya?..."
Kepala berpikir dengan keras dan menduga-duga siapa yang mengambil suratnya yang jelas-jelas terletak di atas meja, tidak ada seorangpun yang berani memasuki ruangannya kecuali bibi perawat.
".. Riku-san... Pasti dia yang mengambilnya.. tapi dia tidak pernah mengambil apapun disini tanpa se-izin ku.."
Kepala menggeleng pelan guna menyingkirkan dugaan yang berkemungkinan besar tidak benar adanya, ia berpikir jika dirinya hanya takut surat itu di ambil oleh seseorang sebelum dia bisa membuang surat itu.
Dia memang buta dan tidak bisa melihat tapi ia tahu surat apa yang di maksud dan sering di antar oleh bibi perawat.
"Mungkin hanya terselip.. ya.. aku terlalu takut, aku tidak bisa melihat. Pasti surat itu berada di sekitar ku sekarang, hanya saja aku tidak bisa melihatnya."
"Apa yang kau cari Aika-san?"
Aika segera berbalik ke suara yang berbicara itu dengan ekspresi terkejut yang tak biasanya terpasang di wajah miliknya, pemuda itu menatap heran ke arah Aika. Jarang sekali gadis muda itu terkejut sampai terlihat ketakutan.
"..Ri-Riku-san?.."
"Iya. Ini aku. Tumben sekali Aika-san terkejut.. biasanya selalu tahu aku masuk ke dalam kamar ini."
Dari nada polos dan keheranan itu, Aika tahu Riku sedang menatapnya dengan raut wajah penasaran atas tingkahnya yang sedikit aneh. Terlebih kamarnya pasti sedikit berantakan mengingat sejak tadi dia terus meraba-raba kasur dan nakas meja.
Riku jelas melihatnya dia tampak mencari sesuatu, Riku tahu apa yang dia cari namun berusaha bertingkah seperti biasa. Ia tahu Aika buta tapi itu tidak melumpuhkan indra nya yang lain, terkadang hanya dari suara saja Aika mengerti apa yang tengah terjadi.
Sekarang Riku paham jika kehilangan penglihatan bukan berarti tidak bisa mengandalkan indra mu yang lain.
"Sedang mencari apa?"
Riku bertanya sekedar untuk basa-basi dan tidak terlihat mencurigakan, ia berusaha menetralkan suaranya dan bersikap seperti biasa.
"..bukan apa-apa. Hanya sesuatu yang tidak penting.."
"Begitu.."
"A-ah Riku-san datang di jam seperti ini. Apa tidak bekerja? Ini masih siang.."
"Aku off. Dua hari lagi tahun baru jadi mungkin besok dan lusa aku akan sibuk."
"Souka.. Ganbatte Riku-san~"
Dia tersenyum dengan sangat lembut, senyum yang jarang sekali di perlihatkan dan hanya di tampilkan pada orang tertentu termasuk dirinya.
Semburat merah menghiasi wajahnya seketika, Riku dengan cepat memalingkan wajahnya. Entah kenapa melihat senyuman itu wajahnya menjadi panas seketika, padahal sekarang musim dingin dan salju sedang turun di luar sana.
"Arigatou Aika-san."
"Sama-sama. Aku tahu Riku-san pasti akan sangat sibuk, jadi tidak perlu berkunjung kesini setiap hari. Riku-san juga perlu menjaga kesehatan."
"Iya.. aku selalu menjaga kesehatan ku dengan baik."
Riku sedikit melirik Aika yang kembali berekspresi seperti biasa, terlihat datar dan dingin walau sebenarnya gadis itu sangat hangat. Mungkin karena tidak ada satu orang pun yang dekat dengannya.
Rambut panjang berwarna putih itu selalu saja terurai, cocok sekali dengan latar jendela di belakangnya dimana salju turun. Terlihat indah bagaikan sebuah lukisan.
Tetiba saja di kepala Riku muncul satu ide yang menurutnya bagus, ia berjalan mendekati Aika dan sekarang berdiri tepat di depan gadis itu.
"Riku-san?.."
"Anoo... Boleh ku bertanya sesuatu?"
Pucuk silver itu mengangguk kecil menjawab pertanyaan Riku.
"Aika-san mau pergi dengan ku berkeliling saat malam pergantian tahun nanti?"
Rona tipis kembali muncul di wajahnya, ia sangat gugup sampai tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
Aika berpikir beberapa saat dan kemudian mengangguk dengan senyum manis yang sekali lagi terpampang di wajahnya. Sekali lagi membuat Riku sendiri terpesona kemudian merona.
"Um!~ aku mau--eh?.. tapi.. Riku-san pasti akan sibuk dengan pekerjaan, bukan? Apa boleh keluar saat malam? Bagaimana jika Riku-san sakit?"
"Tidak apa. Lagipula ini hanya jalan berkeliling biasa, sama yang seperti kita lakukan setiap saat."
"Baiklah.. jika tidak mengganggu Riku-san, aku akan ikut."
"Hehe.. Arigatou."
Aika hanya tersenyum dan kembali menganggukkan kepalanya.
•
•
•
Langit jingga sudah bertukar menjadi malam yang cerah dengan hujan salju berwarna putih mewarnai pemandangan langit. Cahaya bulan tetap bersinar walau terlihat lebih redup dari malam sebelumnya.
Di satu ruangan terdapat dua insan yang sedang bercengkrama dengan akrab, tak jarang mereka tertawa bersama karena suatu hal. Walau suasana di luar sana dingin tapi dalam ruangan tersebut mereka membuat suasana yang hangat.
Manik merah melirik ke arah jam yang menunjukkan bahwa hari sudah larut dan saatnya untuk tidur. Ia kembali menatap gadis yang terdiam menatap dirinya dan memiringkan kepala.
"Sudah malam.. Aika-san harus tidur."
"..eh?.. Riku-san juga tidak kembali?"
Riku menggeleng pelan kemudian tersenyum.
"Bukankah aku selalu kembali larut malam? Aika-san tidur saja, akan ku temani."
Aika mengubah posisi duduknya menjadi berbaring, sedikit membenarkan bantal kemudian menarik selimut sampai menutupi setengah tubuh.
Pandangannya yang mula-mula menatap langit mulai terpejam secara perlahan, Riku pun sedikit tersenyum melihat itu.
"..Mou..ikanai yo doko e mo~"
Tanpa sadar dirinya mulai bernyanyi, suara yang indah dan menenangkan menyeruak ke penjuru ruangan.
"Kimi ga koko ni iru kagiri..."
Dia mendekat, menyentuh surai perak itu dengan lembut dan menatap wajah tertidur yang terlihat tenang.
"Kogoesou na.. yoru no naka ni~"
Tangannya yang bebas menarik selimut yang di kenakan Aika, menutupi tubuh kecil tersebut.
"Omoi wo koete asu wo negau~"
Pemuda bersurai merah itu beranjak dari duduknya namun tangan masih mengelus kepala Aika tersebut, Riku menatapnya dengan penuh senyum dan lanjut bernyanyi.
"Zutto.. la la la Lullaby~ Boku.. to Kimi no Lullaby~"
Dia menarik tangannya kemudian berbalik, berbalik berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Saat ingin melangkah keluar dia sedikit terhenti lalu menatap Aika yang sudah tertidur pulas di ranjangnya.
"Samenai you ni..."
Kemudian ia melangkahkan kaki keluar, menutup pintu dan berjalan sendiri di lorong yang sepi untuk kembali ke dorm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say Goodbye✓
FanfictionIDOLiSH7 Fanfiction Ucapan selamat tinggal yang tidak pernah terucapkan. Pergi begitu saja meninggalkan jejak jelas di memori. Idolish7 © Bandai Namco Online Cover by: @AristaKujo