Chapter III: The Truant

316 42 5
                                    

The Truant
______________

Rasa sebal yang Solar rasakan masih tersemat dihatinya. Pemuda itu.. Halilintar, ia tidak mau menerima permintaan maaf Solar. Andai saja simata merah menerimanya lebih awal, mungkin ia sudah sedari tadi merebahkan tubuhnya di kasur empuk kamarnya.

Selain itu, ia juga merasa bodoh. Kenapa ia tidak melihat lihat ada orang didepannya, setidaknya ia tidak akan merasakan kakinya yang sakit dan bertemu dengan preman sepertinya.

Preman? Ya, jika diingat ingat kembali. Halilintar tidak menggunakan seragam sekolah dengan benar dan rapi. Dasi dilonggarkan. Kancing bajunya yang paling atas terbuka, sehingga menampakan kaos hitam sebagai dalamannya. Pakaiannya juga tidak terlalu bersih karena ada sebagian kecil yang terkena noda darah.

Sepertinya ia habis tawuran.

Mungkin statement itu bisa didukung dengan adanya goresan luka dipipi kanan Halilintar, lalu handsaplas di lengan kiri dan kanannya.

Jika kalian bertanya kepada diri Solar, mungkin ia agak sedikit khawatir dengan masa depannya disekolah. Jujur, ia takut dibully, apalagi kalau orangnya seperti Halilintar.

Sisi kalem Solar, dan sisi babar Solar sedang bergelut untuk menentukan hal apa yang akan Solar lakukan jika Halilintar mencari masalah dengannya.

Sisi kalem gadis itu menyuruhnya untuk menghindari dan bersikap bodo amat jika diganggu Halilintar. Siapa tau pemuda itu akan menyerah dan tidak mengganggunya lagi. Atau berlindung dibalik Gempa saja?

Lalu sisi babarnya mengatakan jika Halilintar mengganggunya, lawan saja!

Ya, Solar tidak sepenuhnya tidak setuju dengan sisi babarnya ini. Sepertinya ia sudah dipengaruhi Blaze.

Tapi! Jika ia melawan Halilintar, berarti masalah akan menjadi besar, dan jika semakin besar maka akan masuk ruang BK, dan jika terus begitu maka akan berdampak kepada nilai sikap Solar yang dapat membuat arkeditasi dirinya turun.

Lawan yang ia hadapi kan Halilintar, si anak kepsek! Bisa bisa ia di blaklist dari daftar beasiswa.

Sialan! Impian Solar yang ingin kuliah di Universitas Oxford bisa kacau.

'Akh! Sudahlah Solar! Kau terlalu banyak berpikir hari ini. Lagipula belum tentu kamu akan menjadi target Halilintar seterusnya!'

Solar menepuk kedua pipinya, mecoba menjernihkan pikirannya dari Halilintar. Gadis itu lalu bangkit dari rebahannya, membetulkan kacamatanya dan meraih HP nya yang ada dimeja nakas. Lebih baik ia melihat media sosialnya.

Namun tak lama kemudian, sebuah notif pesan masuk. Pesan itu ternyata dari Gempa. Karena penasaran, Solar mengetuk notif itu, membuat layar hp itu seketika berubah dari Instagram menjadi kolom Chat.

Gempa:
Hai Solar :D
Maaf ya tentang Hali tadi
Hari ini dia sedang banyak masalah
Mungkin karena itu suasana hatinya sedang tidak baik

Solar:
Tidak apa Gem
Lagipula itu salah ku juga
Dan kamu juga tidak perlu meminta maaf, bukan salah mu kok

Gempa:
Hahaha
Baiklah
Terimakasih Solar^^

Percakapan itu kemudian berhenti setelah Solar membalas pesan Gempa dengan "sama sama".

Gempa adalah anak yang sopan, sangat berbeda dengan kakaknya. Solar menjadi heran kenapa Halilintar beda sendiri diantara mereka bertiga.

I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang