A Plan
______________"Ah.. jadi begitu" Halilintar mengangguk angguk dengan cerita yang dijabarkan Fang.
"Yap! Seingatku dia itu dulunya terobsesi untuk bisa mendapatkan perhatian papanya. Namun tidak pernah mendapatkannya. Hingga akhir sekarang dia sudah lelah dan tak peduli lagi. Tapi akhir akhir ini, papanya mencoba memberika ia perhatian yang seharusnya dari dulu ia berikan kepada Solar. Dan Solar menjadi bingung bagaimana respon yang harus dia berikan. Jadi begitu deh!" Fang kemudian membuat kesimpulan akan masalah Solar.
Halilintar lalu menghelakan napasnya, turut kasihan akan gadis yang ia sukai. 'Daddy issues, toh..' batinnya.
"Oh ya, karena kamu sudah tahu. Jangan dibicarakan disekolah, oke? Dan jangan beri tahu dia kalau kamu tahu dari aku"
"Iya iya, tenang saja!"
Tak terasa kini jam menunjukan pukul 17:45, sebentar lagi jam menunjukan pukul 6 sore. Jika tidak pulang segera, bisa bisa ibunya Halilintar menunggunya dengan rotan.
"Baiklah, aku pulang dulu" Halilintar mengambil jaket yang ia letakan dimeja sofa. "Aku juga!" Begitupun Fang.
"Besok besok, kalau ada info Solar dekat dengan siapa. Kasi tahu ya. Biar bisa aku habisi orang itu!" Ujar Halilintar dengan nada bercanda.
Tapi Fang tetap bergidik ngeri. Tidak percaya dengan Halilintar. "Kalau misalkan itu saudara mu bagaimana?"
Halilintar terdiam. Wajahnya menjadi suram, mengingat Solar yang lebih mengagungkan Gempa daripada dirinya.
"Hehe.. aku hanya bercanda woy!!" Fang seketika merasa bersalah mengatakannya.
"Tidak, tidak apa.." Halilintar lanjut berjalan menuju pintu keluar dengan lesu, "jika sainganku adalah adikku sendiri. Lebih baik aku mundur saja" sambungnya membuat Fang semakin merasa tak enak.
Halilintar hanya merasa, tidak mungkin menyaingi adiknya yang sempurna itu.
◇◇◇
Halilintar menghempaskan badannya diatas kasurnya, lalu menatap langit langit kamarnya. Tapi itu tak berlangsung lama, ia kemudian menggulingkan badannya ke kanan dan kekiri dikasur. Seolah olah tidak tahu apa yang akan ia lakukan.
Ia melihat ke jam dinding kamarnya, pukul sebelas lewat dua puluh menit. Seharusnya ia harus tidur karena besok sekolah. Tapi ia tidak mengantuk.
Pemuda yang tengah galau itu kemudian menatap kearah jendela kamarnya yang masih belum ketutup gorden. Lampu kamar Halilintar yang mati menyisakan cahaya bulan yang hanya menyinari kamar Halilintar.
Malam juga cerah, membuat bulan itu cukup jelas untuk dipandang. Melihat bulan, ia jadi teringat dengan mata Solar yang kelabu itu. Sangat cantik sekali, dibanding mata Halilintar yang seram dan berwarna merah darah, seperti mata monster—kata orang orang.
Halilintar kemudian membuka ponselnya, tidak ada notif dihpnya selain notif pulsa, notif sosial medianya dimana ia mendapat pengikut baru, yang mana ia sudah menebak bahwa itu salah satu fansnya.
Rasanya monoton, ia baru saja sadar jika notif di hpnya jarang sekali yang menarik.
Biasanya ia menunggu nunggu notif jadwal konser terbaru dikotanya, atau pengumuman tanggal rilis lagu/album baru dari musisi musisi favoritnya. Tapi kali ini tidak.
Notif yang ia tunggu tunggu adalah notif dari Solar.
Ia membuka room chat Solar. Berharap jika gadis itu mungkin mengirimnya pesan atau tidak. Room chat itu kosong. Mereka belum pernah saling berkirim pesan. Jadi tidak heran jika room chat-nya kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in Love With You
FanfictionHalilintarxFem!Sol || HighSchool!AU ______ Solar adalah seorang siswi pindahan dari kota sebelah. Disekolahnya yang baru, ia bertemu dengan teman teman yang memiliki sifat beragam dan bahkan teman masa kecilnya. Tiga hari pertamanya disana berjalan...