Chapter IV: Helping Taufan

296 37 6
                                    

Helping Taufan
______________

"Ugh..." Taufan menyandarkan tubuhnya di bahu Ice. Gadis bermata biru itu terlihat tidak bersemangat hari ini.

Ice yang sedari tadi keheranan akan sikap Taufan pun bertanya, "kenapa, Fan?" Kemudian kembali menyeruput teh es nya.

"Hm? Lusa aku ada Ulangan Fisika.. Dan aku tidak mengerti sama sekali tentang materinya" Ucapnya. Mata biru itu menatap sekelilingnya dengan malas. Matanya melihat beberapa siswa sedang melakukan aktifitas mereka masing masing ditaman sekolah, tempat Taufan dan Ice berada. Tidak ada yang menarik perhatian Taufan sama sekali.

"Kenapa tidak meminta Gempa mengajarimu?" Ucap Ice datar. Sepertinya Taufan lupa ia mempunyai adik yang pintar.

"Hah.. Masalahnya, Halilintar menantangku untuk mendapat nilai diatas 95 untuk ulangan besok! Tampa bantuan Gempa!!" Taufan kemudian mulai bercerita. "Dan parahnya, Gempa malah setuju!! Mereka benar benar jahat!"

Ice mendengarkan hal hal yang Taufan katakan. Ia tidak memotongnya, hanya diam sambil membiarkan Taufan mencurahkan semua yang ingin ia sampaikan.

"Ice! Apa kau bisa mengajariku?" Mata Taufan berbinar.

"Haduh Taufan, jelas jelas nilai fisika ku pas pasan.." Ujar Ice dengan nada datar. Mata Taufan yang berbinar seketika lenyap begitu saja.

perhatian Ice yang bermula dari Taufan, berubah saat dua pasang mata, kelabu dan zamrud menatapnya, seorang gadis dan seorang pemuda.

Mereka adalah Solar dan Thorn yang hendak menghampiri mereka.

Ice melambaikan tangannya kepada mereka. Netranya menatap ramah kedua pasang mata itu.

Netra zamrud meneliti raut wajah gadis disebelah Ice. Gadis yang biasanya ceria kini sedang tapak lemah letih lesu. Karena khawatir ia, bertanya kepadanya. "Fan? Kamu kenapa?"

Suara itu membuat kedua mata Taufan terbuka dan menatap balik netra zamrud itu. "T-thorn?!" Taufan bangkit dari sandaran, dan kembali duduk dengan tegap.

Wajahnya yang tadi lesu tak berdaya, kini mulai sedikit ceria karena habis ditanya crush-

Tentu saja kamu tidak ingin merusak image-mu didepan sang pujaan.

Ice kemudian menyeret Solar duduk disebelahnya, dan menyenggol lengan si gadis. Awalnya Solar belum ngeh jika ada sesuatu diantara Taufan dan Thorn. Baru beberapa saat kemudian saat ia memperhatikan gerak gerik Taufan yang mencurigakan, barulah ia paham. Solar tersenyum, menyaksikan momen yang cukup bikin mengiri.

"A-aku tidak apa apa, Thorn. Tenang saja!" Taufan tertawa untuk meyakinkan Thorn. "Baguslah, kau membuatku khawatir.." Balas Thorn.

Ucapan Thorn kemudian semakin membuat Taufan menjadi salah tingkah. "Hah?! Ah-ya! Kau tidak perlu khawatir! HAHAHA!!" Wajah Taufan sudah semakin memerah.

"Ah.. okey. Kalau begitu aku mau nyari Blaze dulu, dada~" Thorn melambaikan tangannya kepada para gadis dan pergi meninggalkan mereka.

Taufan membalas lambaian itu dengan senyuman, hingga saat Thorn sudah tak tampak lagi. Senyumannya perlahan luntur.

"Hmm, mulai lagi" Ice menggeleng gelengkan kepalanya saat melihat Taufan yang kembali murung. Solar yang ketinggalan beritapun bertanya. "Fan, kenapa?"

Taufan beralih menatap Solar. Ia memandang gadis itu sebentar, berpikir bahwa gadis ini bisa membantunya.

"Sol.. apa kau bisa mengajariku Fisika? Lusa aku ulangan hehe.." menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal. Solar kemudia mengangguk. Ia mulai mengerti masalah yang akan dihadapi Taufan.

I'm in Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang