Prolog

108K 3.1K 19
                                    

Aku bergidik saat dia tiba-tiba datang ke rumahku tengah malam. Aku ketakutan setengah mati karena aku hanya sendirian di rumah. Suamiku sedang ada urusan kantor di Bandung. Tanpa melepas mukena dan dengan tubuh gemetar, aku berdiri. Ya Allah, lindungilah hamba.

“Apa yang kamu lakukan di sini tengah malam begini?” tanyaku berusaha tenang meskipun tubuhku gemetar.

“Bukankah sudah ku katakan kalau aku akan merebutmu kembali?” Laki-laki itu menyeringai sambil berjalan santai menuju tempat tidurku.

“Kamu benar-benar sudah gila.” desisku sambil berjalan mundur mendekati pintu.

“Aku gila gara-gara kamu.” ucapnya sambil membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

Melihat hal itu, aku segera berlari meninggalkan kamarku menuju ke pintu depan. Pintu terbuka saat aku memutar knopnya. Ternyata pintu tidak terkunci. Pantas saja dia bisa masuk.

Tanpa peduli dengan keadaanku, aku membuka gerbang dengan terburu-buru. Saat aku hampir meninggalkan halaman rumahku, aku merasakan tanganku ditarik dengan kencang hingga aku nyaris terjungkal.

“Kamu pikir bisa lari dariku, huh?” tanyanya dingin. Aku ketakutan. Aku berusaha melepaskan diri.

“Lepaskan!” seruku sambil menangis. Aku memberontak saat dia menyeretku. Dengan susah payah, aku menendang tulang kering kaki kirinya. Aku kembali berlari saat tangannya melepaskanku.

“Dasar perempuan sialan!” makinya sambil mengejarku.

Ya Allah... Lindungilah aku. Selamatkan aku dari dia, ya Rabb!

Dengan takut aku berdoa dalam hati sambil berlari. Tanpa ku sadari, aku berbelok ke sebuah gang kecil yang sangat sepi.

“Kamu nggak akan bisa lari kemana-mana.” umpatnya saat berhasil meraih tanganku.

Dengan cepat laki-laki kesetanan ini membawaku ke sebuah rumah usang yang separuh hancur. Dengan kasar ia menjatuhkanku ke bangku kotor yang ada.

“Jangan!” teriakku sambil menangis saat tangan besarnya hendak melepaskan mukenaku. Tapi dia tidak peduli. Dengan sangat cepat ia berhasil membuang mukenaku.

“Tidak! Hentikan! Jangan, Robi!” teriakku sambil memegangi bajuku.

“Malam ini kau akan menjadi milikku, Kirana.” katanya lalu merobek lengan bajuku dengan kasar.

“Jangan, Robi. Jangan lakukan ini padaku. Hiks... Tolong...!” teriakanku terhenti saat ku rasakan pipiku ditampar.

“Berisik!!” makinya lalu berusaha menciumku.

“Tidak. Tolong....!”

Robi menyeringai. “Percuma saja kamu berteriak.” katanya lalu mencium bibirku dengan kasar.

Sekuat tenaga aku berusaha melepaskan diri dan mencoba mendorong tubuh Robi. Tapi percuma saja. Tenaganya jauh lebih besar dariku. Aku hanya mampu menangis. Air mata mengalir deras dari mataku. Aku benar-benar perempuan hina.

“Mas Faisal...!!!” aku melolong memanggil nama suamiku saat tangan laki-laki itu hendak merenggut bawahan mukenaku.

DUAKK!!!

@@@

Hehe... Sedikit aja ya prolognya ya. :P

.: Februari 2015 :.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang