Rasa Takut

51.4K 2.2K 7
                                    

Kirana terlihat tidak bersemangat hari ini. Wajahnya tampak murung dan ia sering menghela nafas.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Faisal saat melihat istrinya murung. Saat ini ia sedang bersiap untuk berangkat kerja. Ia memakai baju yang dipilih Sang istri untuknya.

"Aku nggak tahu, Mas. Rasanya ada sesuatu yang kurang." jawab Kirana sambil duduk di tepi tempat tidur.

"Kamu bosan di rumah?" tanya Faisal lagi. Kirana mengangguk. Faisal tersenyum sambil mengancingkan kancing kemejanya.

"Mas ...." panggil Kirana saat Faisal memakai jasnya. Wanita muda itu mendekati sang suami dengan dasi di tangan kanannya.

"Hm?" gumam Faisal saat Kirana memasangkan dasi untuknya.

"Aku ingin ke rumah singgah. Boleh nggak?" tanya Kirana sambil menatap mata hazelblue milik suaminya.

"Tentu saja boleh, Sayang. Itu kan rumah singgah milikmu. Kamu tidak perlu meminta ijin Mas untuk pergi ke sana. Nanti naik apa?" tanya Faisal lalu mengecup puncak kepala Kirana yang tertutup kerudung warna abu-abu putih. Kirana berpikir sejenak.

"Mm ... naik bus mungkin." jawab Kirana ragu-ragu.

"Jangan naik bus! Nanti biar diantar Pak Didit saja, okay?" usul Faisal. Kirana mengangguk. Pak Didit adalah sopir pribadi keluarga Maheswara. Kemanapun Faisal dan orang tuanya hendak bepergian, Pak Didit yang akan mengantar mereka.

"Tapi apa nggak apa-apa, Mas? Pak Didit kan sopir pribadi Mama dan Papa. Aku tidak ingin merepotkan Pak Didit. Soalnya nanti sebelum ke rumah singgah, aku mau ke swalayan dulu." kata Kirana.

"Swalayan?" tanya Faisal sambil menatap sang istri. Kirana mengangguk.

"Aku ingin membelikan anak-anak mainan, buku bacaan, dan beberapa peralatan tulis. Mereka pasti akan senang. Sudah lama juga aku tidak memperbarui koleksi buku di perpustakaan rumah singgah." jawab Kirana. Wanita muda itu terlihat gembira saat membicarakan anak-anak di rumah singgah miliknya. Membuat Faisal tersenyum melihat istrinya ceria.

Faisal mengambil dompetnya dari saku celana panjang yang dipakainya. Ia mengambil sebuah kartu ATM dan memberikannya kepada Kirana.

"Pakai ini. Kata ibu, kamu tidak suka menggunakan kartu kredit. Jadi Mas memasukkan uangmu di ATM ini. Belikan apa pun yang kamu mau untuk anak-anak di rumah singgah." Kata Faisal sambil menyodorkan kartu ATM tang dipegangnya. Membuat Kirana merasa bingung.

"Jangan, Mas! Aku masih ada sedikit tabungan untuk keperluan anak-anak rumah singgah. Aku tidak ingin merepotkan Mas dengan keperluan mereka." tolak Kirana. Hatinya merasa tidak enak dengan kebaikan sang suami.

Faisal tersenyum melihat kepolosan istrinya. Dengan gemas ia mencubit hidung mancung Kirana.

"Ini milikmu, Sayang. Kamu bisa memakainya sesukamu. Mas bekerja untukmu, jadi jangan ragu untuk memakai uang itu. Kamu istri Mas, semua keperluanmu adalah tanggung jawab Mas. Mas akan sedih kalau kamu menolak pemberian Mas untukmu, Kirana."

"Tapi ...,"

"Pakai saja!" bujuk Faisal. Kirana menatap mata suaminya sesaat lalu dengan sedikit ragu ia menerima kartu ATM pemberian laki-laki tampan di hadapannya itu. Membuat Faisal tersenyum senang dan memeluk istrinya dengan erat.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang