Kehidupan Baru

63.5K 2.5K 17
                                    

Kirana

Air mataku menetes saat mendengar Mas Faisal mengucapkan ijab qabul dan kata Sah diucapkan saling menyahut di lantai satu rumahku. Aku benar-benar sudah menikah. Mulai detik ini aku sudah resmi menjadi istri dari seorang Faisal Maheswara.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamarku diketuk. Ibu, Nia dan Windi terlihat di depan kamarku. Ibu mendekatiku dan mengecup puncak kepalaku dengan sayang.

"Selamat ya, sayang. Kamu sekarang sudah menjadi seorang istri. Ayo turun. Suamimu sudah menunggu." kata ibu lalu meraih tanganku.

Aku berdiri dan mengikuti langkah ibu pelan. Kebaya muslim yang ku pakai cukup menyulitkanku berjalan. Nia dan Windi mengiringi langkahku dan ibu. Saat di tangga, aku melihat suamiku memakai jas hitam dan di dalamnya ia memakai kemeja berwarna putih. Dasi yang melingkari lehernya berwarna hitam. Ditambah sebuah peci berwarna hitam yang bertengger rapi di kepalanya membuatnya terlihat sangat tampan. Dia tersenyum menatapku yang menghampirinya.

Ibu membantuku duduk di sisi Mas Faisal. Tanpa diminta, aku mencium punggung tangan kanannya dengan khidmat sebagai bakti awalku menjadi istrinya. Mas Faisal tersenyum dan membalasnya dengan mengecup dahiku dengan lembut. Setelah itu, suamiku menyematkan sebuah cincin emas di jari manis kiriku.

Acara ijab qabul baru saja selesai. Aku dan suamiku melangkah beriringan menuju ke kamarku. Saat sampai di depan kamar, kepalaku pusing. Aku hampir saja terjatuh kalau saja Mas Faisal tidak meraih bahuku.

"Astaghfirullahal'adzim, Kirana. Kamu kenapa?" tanyanya cemas. Ia membantuku masuk kamar dan membantuku duduk di ranjang.

"Aku nggak apa-apa, Mas. Hanya pusing saja." jawabku jujur. Raut wajah suamiku terlihat begitu khawatir.

"Aku tidak apa-apa kok, Mas. Sungguh! Maaf jika aku sudah membuat Mas khawatir."

"Kamu sakit?" tanya mas Faisal. Aku menggeleng pelan.

"Sejak tadi aku sangat gugup, Mas. Makanya aku sangat pusing begitu meninggalkan ruangan. Rasa gugup yang tadi ku rasakan kini sudah hilang. Tapi sebagai gantinya, mendadak tubuhku terasa lemas." Jawabku menjelaskan. Mas Faisal tersenyum menatapku. Tangan kanannya mengusap pipi kiriku dengan lembut.

"Mas sangat terkejut saat kamu hampir terjatuh tadi." Kata Mas Faisal lirih. Aku tersenyum menatap suamiku.

"Terima kasih Mas sudah menopang tubuhku saat aku hampir terjatuh." Ucapku penuh rasa syukur. Membuat mas Faisal tersenyum lembut tanpa melepaskan tatapannya dariku.

"Kirana, mas boleh meminta sesuatu darimu?" tanya Mas Faisal sambil menggenggam tanganku setelah terdiam beberapa saat setelah menatapku.

"Boleh, kalau aku bisa mengabulkannya." jawabku.

"Maukah kamu membuka kerudungmu? Mas ingin melihat rambutmu." tanyanya sopan. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Karena Mas sudah menjadi suamiku, tentu saja Mas boleh melihatnya." kataku sambil berdiri. Satu persatu hiasan di kerudungku ku lepaskan.

Melihatku kerepotan melepaskan hiasan kerudungku, Mas Faisal berdiri dan membantuku sampai selesai. Lalu dengan perlahan, mas Faisal melepaskan kerudung warna putih itu dari kepalaku.

Mas Faisal membuka pita yang menggelung rambutku. Perlahan ia menarik rambutku dan membuat rambut hitam panjangku tergerai. Mas Faisal menatapku, bibirnya tersenyum tipis.

"Kamu cantik, Kirana." bisiknya lembut membuat wajahku merona.

Mas Faisal meraih leherku dengan kedua tangannya.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang