Part 3

72 7 1
                                    


"Gue kecewa sama lo."

Bella hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Sementara suasana semakin tegang di ruangan mereka bertiga berkumpul.

"Emang gak ada kerjaan lain?"

"Gue gapunya pilihan lain, Gi. Udah dari tahun lalu gue lamar kerja disana disini, tapi gak ada yang nerima samsek."

"Gak diterima? Bukannya lo kemaren jadi cashier juga di toko kue?" Tanya Gigi yang menatap Bella dengan tatapan kecewa.

"Gajinya kecil." Jawab Bella. Gigi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Emang buat apasih duit banyak-banyak?"

Bella diam, ia menundukkan kepalanya. Tidak berani menjawab pertanyaan kakaknya itu. "Gue juga dulu kerja gajinya kecil kok, tapi ya gapapa yang penting pengalaman dulu."

"–seenggak-enggaknya kita bertiga bisa makan buat setiap harinya, beli kebutuhan juga, walaupun gak bisa beli banyak tapi bersyukur." Sambung Gigi.

"Lo sama gue itu lulusan senior high school, yang gak mungkin kalau kerja langsung dapet jabatan tinggi, Bel."

"Setia sama perkara kecil, contohnya gaji lo kecil. Ya gapapa kan? Yang penting lo ikhlas ngerjainnya dan gak boros." Ucapnya lagi.

"Ntar kalau udah ada banyak pengalaman, baru coba di perusahaan yang gede, tapi itu juga dari posisi kecil dulu. Kalau lo setia sama posisi lo, ya lo pasti bakalan naik pangkat." Rose tertegun mendengar nasehat kakak pertamanya itu.

Gigi menoleh ke arah Rose, "bukan cuma buat Bella doang. Tapi lo juga, Se. Gue harap lo gak ngecewain gue." Lalu Gigi pergi meninggalkan mereka berdua diruang keluarga.

Bella masih setia dengan posisinya yang sedang duduk, Rose juga tidak berani membuka percakapan.

Pandangan Bella hanya lurus ke depan dengan tatapan kosong. Ntah apa yang ia pikirkan, yang jelas Rose tidak bisa menebak itu.

"Kak udah makan malam? Kalau belum—"

"Gausah." Tolak Bella tanpa menunggu perkataan Rose selesai. Lalu ia meninggalkan Rose sendirian.

———

Hari ini tidak ada kelas karna dosennya positif covid. Kebetulan Rose juga hanya ada satu matkul.

Jadi hari ini Rose bisa lembur di tempatnya bekerja, kalau dipikir-pikir lumayan nambah pemasukkannya si Rose.

"Pagi, kak!" Sapa Jeno dengan semangat. Rose tersenyum hangat. "Pagi juga, anak ganteng."

Seketika Jeno langsung salting mendengar pujian dari Rose, sang crush-nya.

Pintu cafe terbuka, tiga lelaki yang tingginya kisaran 180 cm memasuki cafe. Dimana wangi parfum mereka langsung tercium sampai ke hidung Rose.

"No, no, ada pelanggan." Rose mengingatkan Jeno, Jeno mengangguk lalu Rose berjalan menuju tempat kasir.

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu untuk pesanannya?" Ucap Rose dengan ramah, lalu ia menyadari bahwa itu Chanyeol.

Mata mereka sempat bertemu, namun tak lama Rose memalingkan wajahnya. Berharap Chanyeol tidak ada membahas kejadian semalam.

"Americano tiga, dark chocolate slice cake tiga."

"Totalnya jadi 143$, pak. Pembayarannya melalui apa?" Tanya Rose.

Chanyeol menyodorkan black card miliknya, "duh, mesin edc-nya belum nyala pula." Gerutu Rose dalam hatinya.

Mau tidak mau, Rose harus memberanikan diri menatap Chanyeol. "Maaf pak, mesin EDC kami belum menyala dan itu juga harus menunggu selama–"

"Gapapa, saya gak masalah." Jawab Chanyeol, dan sekarang mata mereka bertemu lagi.

Between Us [ Rose Blackpink, Chanyeol Exo & Jaehyun Nct ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang