Emosi Marah; 2

119 20 0
                                    

Jihoon menggeliat dari tempatnya. Badannya terus ia goyangkan. Tangannya bergerak tak tentu arah mencoba untuk melepas semua ikatan.

Tubuhnya memberontak dengan kuat. Andai saja mulutnya tidak dilapisi lakban, sudah tentu dia bakal teriak sekencang-kencangnya. Namun sial, lakban itu terus saja menempel meski sudah dijilati berkali-kali.

Ewww....jijik😣

Kriet...kriet

Kursi yang Jihoon duduki bergerak secara perlahan sehabis dia goyangkan tubuhnya kuat-kuat. Perlahan tapi pasti tubuhnya mulai kelelahan. Energinya habis sudah.

Percuma juga lakuin ini itu kalau hasilnya bakal sama. Rupanya sang pelaku berbuat lebih cerdas. Jihoon tak menyangka bakal selama ini.

Ingin rasanya ia menyerah. Dan sepertinya ia bakal menyerah sekarang juga. Terkadang diam adalah jalan terbaik.

Akhirnya setelah berjuang cukup lama, Jihoon memutuskan untuk berhenti saja. Lebih baik tenaganya ia simpan buat nanti, siapa yang tau, mungkin saja akan terjadi baku hantam nanti. Oleh sebab itu lebih baik mempersiapkan diri ketimbang merepotkan diri sendiri.

Oh iya, ada yang Jihoon lupakan. Saking sibuknya dengan rencana pelariannya dari tempat ini, Jihoon lupa dengan satu hal, yaitu...

" Woi gue laper nih ! Kasih makan kali, jangan jadiin gue binatang buruan yang ditinggal begitu aja. Makanan woy !!" teriak Jihoon.

Senyap sekali kawan-kawan. Apa perlu Jihoon teriak lebih keras lagi supaya ditanggapi ?

Ok baiklah, mari kita lakukan.

"OY YANG DIDALAM DENGER NGGAK, GUE LAPER, CEPET KASIH MAKANAN !!" teriaknya sekali lagi. Jihoon jelas misuh-misuh mengetahui tak ada balasan apapun dari pelaku.

" Bisa mati kelaparan kalo gini, " gerutu Jihoon lirih. " WOY, LOH DENGER NGGAK SIH ? GUE LAPER BELUM MAKAN !!"

" Gak Ada !!" saut seseorang dari luar.

Jihoon melototkan kedua matanya. Dia rasa dia tau siapa pemilik suara barusan. Rasanya tidak asing. Itu seperti suara,

" Ruto-ya, elo ada diluar ? Elo yang nyulik gue kan ? Haruto jawab ! Elo kan ?" sergah Jihoon cepat.

Tak ada jawaban apapun. Hanya terdengar suara berisik yang diketahui asalnya dari luar. Jihoon terdiam. Badannya membeku namun pandangannya lurus ke arah pintu.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Dari ambang pintu terlihatlah Haruto tengah berdiri sambil menatap Jihoon secara intens. Perlahan tubuhnya mendekat.

Entah mengapa Jihoon merasa udara disekitarnya perlahan menyusut. Nafasnya terasa berat sekali untuk ditarik. Apa mungkin itu pengaruh dari tatapan Haruto yang sangat mengintimidasi ? Atau hanya Jihoon saja yang merasa keanehan ditempat ini ?

" Kak Jihoon !" panggil Haruto sontak membuat pikiran Jihoon bergetar. Sungguh dia merasa sangat terintimidasi disini.

Pemuda Park itu terdiam memandangi Haruto yang berdiri didepannya. Tangannya yang tadi bergerak mencari celah dari tali yang mengikatnya terkepal dengan kuat. Sedangkan pikirannya menerawang jauh mencoba untuk mencari jawaban atas tindakan yang Haruto lakukan pada dirinya.

" Pada malam rumah Junghwan terbakar Kaka ada dimana ? Dirumah ? Atau ditempat lain ?" tanya Haruto membuka sesi tanya jawab.

" Maksud elo nanya gitu buat apa ? Elo lagi memastikan sesuatu ? " tanya balik Jihoon. " Atau jangan-jangan elo curiga sama gue ? Ya elah Ruto, gue nggak mungkin lakuin itu semua. Lagipula buat apa juga gue pergi ke rumah Junghwan malam-malam. Kayak nggak ada kerjaan aja "

••My Treasure•• √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang