Woonjin's secret

106 17 0
                                    

.
.
.

Maret, 2017

Woonjin berjalan dengan gusar menuju rumah sakit. Pandangan pemuda itu terlihat sangat lemas. Tak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya.

Tadi dia mendapatkan sebuah telepon dari kepolisian. Begitu mendengar kabar dari sana, pemuda itu segera berlari menuju rumah sakit.

Begitu tiba disana, gerombolan polisi adalah yang pertama ia temui. Jangan kaget, masih ingat kan dengan keadaan ibunya yang ditahan karna tuduhan palsu. Sungguh hati Woonjin sakit setiap mengingat kejadian itu. Andai saja dia bisa memutar waktu.

Namun bagaimanapun keadaannya Woonjin harus tetap tegar. Ia ingat setidaknya masih ada ibunya. Setidaknya ada seseorang yang ia tunggu kedatangannya walau tahun-tahun akan berlalu dengan lama.

Mungkin 5, 10, 15, atau 20 tahun lagi ibunya bisa bebas. Mengingat hal itu selalu membuatnya tersenyum gembira.

Jika ibunya bebas nanti, Woonjin mau menyambutnya dengan meriah. Mungkin pesta kecil bakal cukup. Ditambah dengan kehadiran anaknya yang mungkin saja sudah lahir.

Tak salahkan jika ia mengharapkan hal itu ?

Woonjin tau, mungkin semuanya terdengar sangat berlebihan. Ia hanya mau menyemangati diri sendiri. Apa salahnya ? Biarlah orang mengutuk dan mencaci ibunya. Karna bagi Woonjin, dia tetap seorang wanita yang paling berjasa di hidupnya. Terlebih setelah kepergian ayahnya. Ibu adalah orang satu-satunya bagi Woonjin.

" Nak ibumu ada dirumah sakit sekarang. Dia sedang sekarat dan memintamu untuk datang !"

Sakit, hatinya terasa begitu hancur. Woonjin kecil yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama harus menerima kenyataan pahit kalau ibunya sudah meninggal akibat bunuh diri.

Kata pak polisi, ibu Woonjin mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara menenggelamkan kepalanya sendiri. Apakah segitu sulitnya hukuman itu hingga ibunya memilih untuk meninggalkannya sendiri ?

Woonjin tak habis pikir. Bagaimana bisa ibunya memilih untuk menyerah ? Dia tak menyangka pilihan itu yang dia ambil.

Ini tak adil. Semuanya yang menimpanya sangatlah tidak adil. Namun bagaimanapun juga Woonjin tak akan membenci ibunya. Tak akan bisa.

Setidaknya mengikhlaskan kepergiannya bisa membuat hati Woonjin sedikit lega. Ia sadar bahwa hidupnya masih panjang. Masih ada mimpi yang harus ia gapai. Ia sadar kalau ada masa depan yang harus ia raih.

• • • •

Pagi itu, sebelum pemakaman ibunya berlangsung, Woonjin dikejutkan dengan kedatangan ayah Jeongwoo. Ya, dia datang dengan wajah yang terbilang sedih. Entah benar atau tidak. Tapi bagi Woonjin itu cuma akal-akalannya saja. Bisa saja itu cuma pura-pura.

" Nak saya turut berdua akan kepergian ibumu, saya sangat terkejut mendengarnya. Begitu dapat kabar ini saya langsung datang kemari. Kau yang sabar ya !" kata pak Park.

Woonjin tertunduk lemah. Sedari tadi ia hanya menundukkan kepalanya pasrah. Sama sekali tak terlihat gairah disana.

" Kami para orang tua murid sepakat untuk menghentikan kasus ini. Biarlah kasus ini berlalu dan menjadi pelajaran buat kita supaya lebih berhati-hati kedepannya. Kau harus melanjutkan kehidupanmu !" ucap pa Park namun tak mendapatkan respon apapun dari Woonjin.

Pak Park beranjak dari duduknya. Dia mendekatkan tubuhnya dan merangkul tubuh Woonjin yang lemah. Woonjin hanya terdiam tanpa membalasnya. Hingga beberapa menit berlalu dan pelukan itu dihentikan.

••My Treasure•• √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang