04. Jemput Ayang

64 12 3
                                    

Sore ini seperti biasa, Hima sudah siap untuk menjeput ter-kasihnya di tempat magang pukul 4 tepat. Sebenernya Yaya sudah bilang tadi, kalau Hima masih repot ngga usah jemput nggapapa. Tapi apa daya, seorang Hima tetaplah Hima. Ia tetep kekeuh pengen jemput pacarnya itu, hari ini belum ketemu sama sekali soalnya, hehe.

Anak tunggal keluarga Mardianto ini sudah terkenal seantero fakultasnya dengan predikat 'Si Bucin Bebal'. Walau seharian ini Hima sibuk ngurusin persiapan pameran seni di fakultasnya, tapi demi ayang, apasih yang engga. Benar apa benar?..

Hima cukup beruntung karna kehadirannya di persiapan sore ini sedikit banyak sudah tidak diperlukan. Dia sudah disini dari pagi dan banyak membantu persiapan, izin sebentar buat jemput ayang boleh kali... Toh, masih banyak teman-teman lain yang siap 24/7 untuk direpotkan. Hohoho.

"balik dulu brother.. ciao" pamitnya pada Joan, Jeremmy, Randie dan teman-temannya yang lain yang masih sibuk mengecat properti.

"eh kampret, jangan kabur lo!" omel Randie setengah berteriak pada Hima yang sudah berjalan menjauhi pintu utama.

"jemput bidadariku dulu brother, ntar balik lagi deh, janji. posesif banget sih.." ujar Hima dengan nada meledek.

"HEUUUU, BUCIN" teriak teman-temannya berbarengan.

--

Hima berjalan santai sambil bersenandung ria menuju tempat parkir. Ia sesekali menyapa ramah orang yang ia temui dalam perjalanannya. Tangannya agak sibuk mengetikkan kata "OTW" pada kolom chatnya bersama Yaya.

Padahal dia sampe parkiran aja belum.

Setibanya ia didepan motornya, Hima tiba-tiba saja mengadahkan kepalanya keatas dan mendapati langit sore kini mulai berubah agak gelap. Sial, sore ini mendung. Kalau hujan bisa berabe nih.

Hima jadi menyesal tidak menuruti perkataan Ibun yang menyuruhnya untuk menyiapkan jas hujan sebelum berangkat. Hima sih ngga masalah kalau kehujanan, lah Yaya?. Siapapun orang yang duduk di jok belakang motornya, adalah tanggung jawab Hima. Berhubung sebentar lagi si cantiknya itu yang bakalan duduk di jok belakang motornya, otomatis Hima harus bertanggung jawab penuh atas segala hal yang terjadi sama dia. Termasuk keselamatan dalam perjalanan dan keselamatan dari basah karna guyuran hujan.

"Jangan hujan dulu tolong, plis jangan hujan dulu.." monolognya sambil agak tergesa-gesa untuk melajukan motornya.

--

Tinggal dua menit lagi sebelum Hima berada di belokan terakhir kawasan kantor tempat Yaya magang, hujan tiba-tiba turun lumayan deras. Awalnya cuma rintik kecil yang bisa diterjang, tapi kok tiba-tiba suaranya makin besar, pas Hima menengok kearahnya bajunya, ternyata bajunya sudah setengah basah karna hujan turun lumayan deras.

Akhirnya Hima memutuskan untuk berteduh sebentar, untung didepan ada minimarket. Jadi Hima dan beberapa pengendara motor yang lain bisa menumpang berteduh di teras depan minimarket barusan.

Tapi, apa kalian tau hal apa yang bikin Hima sebal dari hujan kali ini?

Yap, benar. Ternyata hujannya cuma mampir.

Hima sudah terlanjur setengah basah, ia juga sudah membeli dua buah jas hujan plastik di minimarket untuk jaga-jaga. Tapi baru saja ia hendak memakai jas hujan nya, hujannya malah berhenti. Langit abu-abu agak gelap barusan juga tiba-tiba lenyap dan mulai kembali cerah.

Hima jadi kepengen makan orang.

Dengan segala sumpah serapah yang ada di batinnya, Hima jadi gondok maksimal dan cemberut saat melanjutkan perjalanannya untuk menjemput Yaya. Tau ah, males.

Tapi.. walau agak jengkel dengan kejadian barusan. Tiba-tiba saja Hima kembali tersenyum sumringah saat melihat Yaya yang sudah berdiri sendirian didepan kantornya menunggu Hima.

"atas nama Neng Yaya?" sapa Hima tengil dengan nada yang dibuat-buat mirip bapak-bapak ojek online.

"astaufirllah, kok baju kamu basah yang?" panik Yaya tepat saat melihat Hima yang baru saja datang dengan keadaan agak berantakan.

"ngga usah dibahas lah, males. Hujannya ngeledek" adunya pada Yaya.

"gitu ngga pake jaket lagi, hadeh.."

Saat Yaya menyinggung terkait jaketnya, Hima jadi inget kalau dia menyimpan jaket denim kesayangannya di jok motor. Buru-buru ia membuka jok motornya dan benar, disana ada helm untuk Yaya dan jaket denimnya yang tersimpan sembarangan disana.

Kok Hima bisa lupa ya, kalau pake jaket kan seengaknya dia ngga bakalan sampe hampir basah kuyup kaya gini.. ya sudahlah.

"itu bawa jaket... kenapa kok ngga dipake??" omel Yaya saat ia juga melihat isi jok Hima.

"hehehe, lupa. Aku ngga inget nyimpen jaket disini" ujar Hima sambil cengengesan, tangannya ia gerakkan untuk memberikan helm pada Yaya.

"Heuu, dasar"

Hima mengelap tempat duduk motornya yang agak basah bekas hujan singgahan tadi sekilas dan menurunkan pijakan kaki penumpang sebelum mempersilahkan Yaya untuk naik.

"Helm nya jangan lupa di ceklek'in.." ujar Hima.

"Udah.."

"Kaca nya turunin, lagi angin ini"

"Iya.."

"Berdoa dulu jangan lupa.."

Yaya menurut, lalu menutup matanya dan berdoa. Selepas berdoa, gadis itu perlahan menaiki motor Hima dan berujar, "bismillahirrahmanirrahim"

"Doa yang bener, masa cuma bismillah aja" omel Hima sambil menggeplak pelan kaca helm Yaya.

"aku lupa doa sebelum berkendara apa, emang kamu inget?"

"Inget lah.."

"Yaudah coba, nanti aku ikutin.." tantang Yaya.

Hima yang melihat itu kemudian tersenyum meremehkan, bisa-bisanya Yaya lupa doa sebelum berkendara gimana. "nih, ikutin ya.. Bismillahirrahmanirrahim.."

"Bismillahirrahmanirrahim.." Yaya membeo mengikuti Hima yang sedang membaca doa.

Ada hening agak lama setelah Hima mengucap basmalah barusan. Yaya melirik Hima sekilas sebelum pria itu tiba-tiba berdehem agak lebay.

"Yaudah nggapapa, kepercayaan masing-masing aja deh Ning, yuk berangkat." ujar Hima setelahnya.

Ternyata doi juga lupa gais, doa sebelum berkendara gimana.







kritik, saran dan komentar yang membangun dipersilahkan disini.

TERIMAKASIH.

BEST (BOY) FRIEND [haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang