#1

5.2K 40 0
                                    


Dapatkan ebooknya dengan harga mulai dari 30 ribu rupiah + bonus 3 ebook lainnya.

0895604159020



Di pinggiran jalan raya, beberapa mahasiswa dari sebuah kampus ternama di kota Jakarta ini sedang menjalankan gerakan "peduli sesama" Yakni sebuah kegiatan positif yang membantu orang-orang kurang mampu di pinggir jalan dengan memberikan makanan sehat  juga pakaian layak pakai. Beberapa mahasiswa dengan almamater abu abu itu telah mencerminkan nilai kepedulian manusia

"Stok makanannya masih ada kan? Sepertinya kita harus ke wilayah lain untuk mencari orang-orang yang kurang mampu. Secara... Mereka yang berada di sekitar jalan ini udah terbagi rata."

Ungkap Abram, nama lengkapnya Giorgino Abraham. Pemuda yang ramah , manis, peduli dan menjadi memiliki jiwa pemimpin yang tinggi. Kulitnya sawo matang, hadir lesung pipit dan bentuk muka yang sedikit padat membuatnya begitu manis seperti gula.

Badannya tegap, bidang, kurang lebih sama dengan Rizky Billar, yang juga memiliki wajah manis dan badan yang oke. Hanya saja, Billar ini memiliki setitik tahi lalat di bawah dagunya. Rambutnya kecoklatan sama seperti kulitnya yang eksotis. Mereka berdua adalah sohib dekat bahkan sebelum mereka tergabung menjadi mahasiswa.

"Iya, mungkin ada di gang kecil itu, siapa tau ada... Sayang kan makanan banyak tapi gak dibagikan. Yuk ah kita cari." Billar menyetujui sambil melangkahkan kakinya ke seberang jalan, dimana sebuah gang sempit dan kumuh berada disana. Siapa tau mereka bisa menemukan orang orang susah disana karena stok makanan masih banyak.

Mereka berdua tetap semangat, tidak kenal lelah walah muka manis mereka di penuhi oleh keringat yang membuat kulit mereka tampak menyala di siang bolong. Mungkin para perempuan akan kegelinjangan penuh napsu tatkala Abram dan Billar membuka baju mereka dan membiarkan badan bidang mereka itu mengkilap licin penuh keringat.

Tentunya SANGAT MENGGAIRAHKAN.

"Bau banget! Eh tapi bener ada tuh disana, tapi cuma sendiri nih bro." Keluh Billar sambil menunjukkan ke arah depan dimana ada seorang pemulung yang sedang mengais sampah di comberan yang penuh oleh limbah.

Mereka berdua lantas mendekati seorang pemulung kumal yang tentunya berpenampilan dekil, urakan, dan bau sambil membawa sebuah karung putih berisikan sampah yang bisa dijual  kembali. "Permisi, pak. Kami mahasiswa yang sedang menjalankan kegiatan kepedulian pada sesama."

ungkap Abram membuka perkenalan sambil tersenyum dengan nada yang tenang. Lantas pemulung dengan rambut gimbal yang kusut dan muka yang bengis serta cemong itu menatapnya dengan dalam, sampai Abram sekaligus Billar merasa risih.

"Kami ingin memberikan ini ke bapak, sebagian tanda kepedulian kami. Mohon diterima ya pak." lanjut Abram sambil menyodorkan satu kotak makanan dan satu setel pakaian layak pakai untuk pemulung aneh tersebut.

Mereka berdua, menjadi canggung ketika pemulung tersebut tidak menerima pemberian dari mereka dan malah menatap dengan aneh secara terus menerus. "Maaf, pak. Ini tolong diterima pemberian dari saya, pasti ini membantu untuk bapak kan?" tanya Billar membantu Abram berkomunikasi dengan pemulung aneh tersebut.

"Kita makan bareng, boleh mas? Saya suka gak napsu makan kalau makannya sendirian. Saya juga punya makanan di dalam karung yang saya bawa ini, hehe."

akhirnya pemulung itu berbicara namun sekali lagi tetap dalam pembawaan yang aneh, diakhiri dengan senyuman yang tidak dapat di mengerti oleh Abram maupun Billar. Seperti sebuah seringaian mesum daripada ramah?

"Terimakasih, pak. Tapi kami berdua sudah makan tadi, lebih baik bapak simpan makanan bapak untuk dimakan nanti malam. Sekali lagi terimakasih tawarannya, ini tolong diterima pak."

Abram menolak dengan sopan, sambil menyodorkan sekali lagi pemberian yang telah ia siapkan. "Maaf mas, bisa tolong ambilkan?" Pemulung itu menjatuhkan alat pengait sampah ke bawah setelah menerima pemberian dari Abram dan juga Billar, dengan sigap Abram langsung mengambilkan benda yang bagi pemulung amatlah penting.

Saat Abram dan Billar mengambil alat pengait itu, secara mengejutkan pemulung aneh dan gembel tersebut membalikkan badan ke belakang sambil  menungging dan menyodorkan pantatnya ke arah muka manis kedua mahasiswa baik hati tersebut.

"BRUT!" Kedua mahasiswa tersebut, Abram maupun Billar langsung terkejut ketika mendengar letupan kentut pemulung tersebut sampai bau kentut pemulung itu tercium oleh hidung mancung mereka. Kedua mata Abram dan Billar mendelik kaget, lalu tak bergeming beberapa saat ketika untuk pertama kalinya mencium bau pemulung secara jelas pada saat ini.

Pemulung itu, tersenyum kegirangan lalu menggantikan senyum nya dengan seringaian yang tadi ia perlihatkan kepada kedua mahasiswa tersebut. Abram dan Billar masih terdiam dan syok, sampai keduanya saling memandang satu sama lain dengan ekpresi wajah yang begitu kaget.

Hidung mancung mereka kembang kempis, siapapun yang melihat mereka berdua pasti merasa tertawa karena ekspresi Abram ataupun Billar sama sama menampakkan raut yang konyol sekaligus kebingungan. Kedua alis lebat mereka tertaut, mereka masih belum bisa berbicara apa-apa dan seakan hanya bisa terdiam untuk menikmati.

PRET!

Pemulung itu gila rupanya! Kentut dua kali dan seenaknya tanpa merasa bersalah, memanfaatkan keadaan selagi kedua mahasiswa manis dan gagah tersebut belum menghindar dari kentut yang pertama. "Bagaimana kentut gua yang kedua, lo berdua suka?"

Tanya pemulung itu kini telah berbalik badan, pemulung tersebut memiliki badan yang cukup tambun dengan lemak bergelambir beserta daki daki yang menumpuk bersamaan dengan keringat yang bau apek. Belum lagi kulit hitamnya yang busik itu, praktis membuat siapapun yang melihatnya risih dan enggan mendekatinya.

Tapi Abram dan Billar memiliki hati yang baik, hanya saja pemulung itu tidak tahu diuntung, sudah dibantu tetapi malah mengentuti yang membantunya. Dia benar benar gila... Tapi kedua mahasiswa yang sedang bertugas itu pun juga saat ini aneh, mereka tidak menghindar ataupun memilih marah.

"Su... Suka... " Itu lah yang keluar dari mulut Abram dan juga Bara, dengan muka yang datar serta kebingungan seakan terkena efek hipnotis. Apakah kentut bau pemulung tersebut dapat mengendalikan pola pikir mereka???

Bayangkan saja, Abram dan Billar masih bertekuk lutut dan tidak berdiri dari posisi rendah mereka. Sedangkan pemulung itu berdiri dengan bertolak pinggang sambil memasang raut yang bengis, penuh aura buruk. "Jadi lo berdua mau kan makan bareng gua?!"

tanya pemulung tersebut yang namanya Jeno, kedua mahasiswa itu tidak langsung menjawab, tatapan mereka linglung, bibir tebal sekaligus mungil milik Abram dan Billar terbuka kecil persis seperti orang yang telah terkena pengaruh hipnotis dari para penjahat.

"Ma... Mau.... Mau, bang..." Suara mereka juga datar dan parau, selalu menjawab secara bersamaan. Sudah di pastikan, kentut Jeno, sang pemulung yang jahat menjadi penyebab utama mengapa Abram dan juga Billar menjadi linglung dan menuruti perintah dari nya.

Jeno dengan pakaian compang camping dan penuh kotoran itu mengeluarkan sesuatu dari karung putihnya yang berisikan banyak sampah dan juga barang-barang bekas. Sedangkan Abram dan Billar, seperti dua ekor anjing yang patuh menunggu majikan nya memberi makan mereka.

PISANG BUSUK DAN ROTI BASI??!

Itulah yang dikeluarkan oleh Jeno dari dalam karung bekas, makanannya sehari hari itu kini akan diberikan oleh kedua mahasiswa tersebut yang masih menunggu dengan bertekuk lutut.

"Elu berdua makan siangnya ini ya? Sedangkan gua makannya makanan dari lo berdua. Oke gak nih?!" Jeno memperjelas yang padahal memaksa dan sudah tau jawaban dari kedua mahasiswa tersebut yang akan mengiyakan segala perintahnya.

Itu karena efek kentut yang ajaib, yang baru saja dikeluarkan dan langsung terkena ke muka Abram dan Billar secara bersamaan. Tidak ada yang tahu jika kentut dapat mengendalikan pola pikir seseorang hingga menjadi penurut.

Mahasiswa vs Pemulung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang