#2

3.3K 21 0
                                    

Dm Author untuk yang belum masuk ke grup wattpad cerita gratis.

Ini adalah part terakhir yg di publish di Wattpad

Dapatkan 30 ebook dengan kode
promo.

(3)

Sperma kental Jeno menyembur begitu saja secara terus menerus ke muka dua mahasiswa yang ingin kabur tersebut, tidak ada yang melihat aksinya membuat pemulung itu semakin gelap mata. Ia membaluri muka Abram dan Billar dengan spermanya menggunakan telapak tangannya agar merata.

"Anjir kenapa gua gak bisa ngomong! Gua mau kabur , tapi malah dipaksa jalan entah kemana. Sialan itu orang!" Billar ngedumel di dalam hati masih sambil punggung mulusnya di dorong agar ia dapat melangkah cepat. Begitupun Abram yang juga dipaksa untuk jalan ke sebuah tempat asing.

Dengan penampilan kece dan hits sebagai seorang mahasiswa berprestasi, muka Abram dan Billar malah amburadul karena dipenuhi sperma dan bulu jembut di lubang hidung mereka. Rasanya mereka ingin segera lari sambil membersihkan diri, tetapi efek kentut dari pemulung tersebut bukan sembarang dahsyat.

"Jalan jangan lama, jangan pelan! Nanti elu berdua masuk rumah yang ada bengkelnya di ujung gang ini, itu rumah bekas yang udah jadi tempat tinggal gua selama ini. Jadi, cepat jalannya!"

Abram maupun Billar dengan perawakan macho kini seperti orang linglung yang sedang berjalan sambil di dorong dorong dari belakang oleh seorang pemulung yang dulu pernah jadi mantan narapidana karena kasus pelecehan seksual pada seorang pemuda. Itu terjadi pada sepuluh tahun yang lalu, membuat Jeno dipenjara.

"Tuan... Tu.. Tuan... Kita harus melakukan apa di rumah ini?" tanya Abram yang sebenarnya tidak ingin berkata seperti itu. Ia bahkan bukan saja hanya memaki maki pemulung tersebut, tetapi juga ingin meludahi wajahnya yang sangat jelek dan kotor.

Jeno tidak menjawab, ia langsung menjambak kuat rambut Abram dan Billar lalu memaksa mereka masuk ke rumah bekas yang terdapat bengkel tutup. Sudah di duga, rumah tersebut sangatlah bau , sampah berserakan di mana-mana, debu pun begitu tebal. Barang - barang bekas juga memenuhi rumah kecil yang ada di kawasan kumuh

"Duduk di kursi itu. Cepetan!" Jeno meminta paksa Abram dan Billar duduk di kursi roda bekas yang tersedia di rumah tersebut. Mereka berdua pun menurut dan masing masing duduk di kursi roda yang besinya telah berkarat.

Jeno menelanjangi dirinya, banyak daki dimana mana walau tak dapat dipungkiri jika badannya termasuk kekar karena mungkin sering berjalan kaki dan mantan kuli bangunan. Rumah rengsek tersebut sangat panas, membuat kedua mahasiswa dan pemulung itu penuh keringat. Terutama Jeno.

"Mau ngapain dia anjir! Keteknya item banget, sumpah, gua geli! Geli... " Billar takut dan panik ketika melihat ketiak Jeno yang hitam karena penuh daki. Keringatnya bersatu dengan daki hitam tersebut yang menghasilkan bau yang amat sangat busuk. "Mau nyium?"

Jeno yang memamerkan seluk beluk tubuhnya terutama ketiaknya dengan mengangkat kedua lengannya ke atas itu bertanya pada Billar. Karena ia tahu pemuda tersebut melongo memperhatikan ketiaknya sedari tadi.

Mendengar itu, Billar kaget dan menoleh ke arah Abram yang raut mukanya menunjukan ekspresi  takut sekaligus jijik. Semuanya bercampur aduk. Walau gerakan tubuh dan perkataan mereka masih dikendalikan oleh efek kentut ajaib penghinotis tersebut, tetapi muka ganteng mereka tidak bisa dikendalikan

Seakan mereka berdua melontarkan dialog seperti ini . "Bram, gua disuruh nyium ketek itu pemulung.. Gua geli, jijik, liat dakinya bikin gua mual mau muntah. Gua harus gimana Bram. Elu mau cium?"

Begitulah sekiranya ucapan Billar ketika menoleh ke arah Abram yang membalas dengan dialog seperti ini. "Gua juga takut sob, pasti bau banget. Tapi mau gimana lagi, kita cuma bisa nurut dan patuh terhadap perintah dia, turuti aja."

Beralih kembali ke Jeno yang bugil, memamerkan seluruh badannya secara per lahan lahan, mulai dari ototnya yang terbentuk karena dulu sering mengangkat beban berat seperti karung beras dan batu bata. Lalu memperlihatkan kontolnya yang memang besar walau tidak sange. Ia juga menunjukkan bulu jembut, ketek atau  kakinya dengan kuku kuku hitam yang penuh kotoran dan bau busuk.

"Gua aja yang pemulung, terlantar di jalanan, makan jarang, mandi jarang, bisa punya badan bagus. Yang orang lain idam idamkan. Masa kalian yang orang kaya, masih muda punya badan kalah sama gua. Dasar gak berguna!"

Abram hendak bangun dari kursi roda untuk menyerang Jeno, tetapi tidak bisa karena tubuhnya masih dikendalikan oleh efek kentut tersebut. Jelas ia merasa marah dan tersinggung ketika dikatakan tidak berguna. "Dasar anjing!"

Begitulah makian Abram dalam hati, membuat Jeno membekap mulutnya erat erat dengan telapak tangannya yang sebelumnya diusapkan ke ketiak lebih dulu dalam waktu cukup lama.

"Gila... Si Abram dibekep pake tangan pemulung itu yang abis ngusap ketek penuh daki. Gua takut... Tuhan tolong gua... Gua gak mau cium ketek itu pemulung, sekalipun harus cium, gua belum siap ya Tuhan... Belum siap... "

Billar melirik ke arah temannya yang sekarang mendapat antrian lebih dulu untuk merasakan betapa busuknya bau ketek pemulung tersebut yang membekap dengan sepenuh hati. Sampai ia mendengar Abram mengeluarkan suara seperti orang yang kesulitan untuk menghirup napas.

"Bram... Elu yang kuat ya, gua gak tau gimana rasanya dibekep sama telapak tangan bekas dipeperin ke ketek pemulung gila itu. Pasti rasanya menjijikan dan baunya bukan main. Semoga dia aja yang di bekep, gua gak mau disiksa seperti ini, gua harus kabur"

Billar sekuat tenaga untuk bangun dari kursi roda bekas yang sudah usang tersebut, bahkan sampai lengan dan lehernya tercetak jelas urat urat yang timbul. "Sialan. Efek kentut ini gak hilang hilang, gua gak bisa kabur!"

Ia kembali melirik Abram, yang semakin disiksa lebih parah! Mukanya dibenamkan ke ketiak Jeno, pemulung yang tidak mandi selama lima hari lamanya. Bayangkan, seorang pemuda ganteng, kece tapi bernasib buruk dimana harus menjilat ketek pemulung yang penuh daki dengan lidahnya.

"Enak gak? Enak gak? Enak gak? Enak DONGGG masa ENGGAK?!! HAHAHA!"

ledek Jeno pada Abram yang terpaksa menjilat keteknya yang super bau penuh keringat dengan lidahnya. Karena efek kentut lah Abram jadi super nurut seperti ini. "Ampun... Ampun bang... Gua mau muntah... Stop bang.. Stop!" Abram berkata di dalam hati seperti itu, ingin ia mengeluarkan kata katanya tapi tak bisa karena tubuhnya masih dikendalikan.

Hidung mancungnya kembang kempis, meski begitu, Abram tetap mencium ketiak sang tuan yang mulia, yang mau tidak mau harus ia sanjung, harus ia sembah. "Gua gak boleh muntah, gua harus kuat menghadapi cobaan hidup seperti ini. Gua pasti bisa, gua akan nikmati penyiksaan ini dan menjadikannya pelajaran hidup gua."

Abram mulai teguh, yang tadi wajahnya memerah dan beberapa kali hendak muntah, kini mulai enjoy dan kalem, menikmati mencium ketek pemulung yang mengenalkan dirinya pada dunia Bdsm dan beragam fetish lainnya.

"Mulai nikmatin ya? Bagus, terus jilat ketek gua, bersihin daki gua yang banyak banget itu. Hisap keringatnya, jangan lupa juga cium ketek gua pake idung lu yang mancung biar ada gunanya. Ayo cepat laksanakan!"

Abram semangat , ia menjilat lebih cepat dan kencang, merasakan betapa asamnya keringat pemulung tersebut, betapa pahitnya daki seseorang jika dirasakan dengan menggunakan lidah.

"Ya terus... Jilat terus... Jangan lupa dicium cium ya... Dihirup sambil menikmati bau ketek yang akan membuat lu bahagia di muka bumi ini. Elu orang yang paling bahagia di dunia ini karena mendapat kesempatan untuk mencium ketek gua yang spesial. Haha"

Mahasiswa vs Pemulung (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang