1. Pasutri Baru

40 8 1
                                    

Yuk, sebelum baca follow akun saya dulu, ya.


____

"Apaan sih, deket-deket! Sana, jauh-jauh!" 


"Saya juga gak mau, cuma kasur kamu ini sempit!" 


Berdecak, aku segera bangun dan bersedekap memandang Ardiyas, seseorang yang baru beberapa jam lalu mengubah statusku. Pria yang tak lain adalah saudara jauh dari pihak Bapak, seseorang yang mereka percaya untuk menjadi pendamping hidupku. 


"Ya kalau gitu, kamu tidur di lantai sana!" 


"Enak saja! Kamu saja sana!" 


Sontak saja aku mendelik, yang benar saja dia. Bisa-bisanya Bujang Lapuk itu memerintahku, sementara ini adalah kamarku. 


"Ini kamarku, jadi aku yang paling berhak tidur di kasur ini, bukan kamu!" Kesal, tentu saja. Mentang-mentang berstatus sebagai suamiku, bukan berarti dia bisa seenaknya begitu. 


"Berisik! Saya ngantuk!" ucapnya tak acuh dan malah memejamkan mata. 


Tak terima, aku mengambil bantal guling dan memukul kepalanya. 


"Aduh!" Pria itu mengaduh, mungkin terkejut. "Apa-apaan sih kamu?" gerutunya menoleh padaku. 


"Ini kamarku!" 


"Ya terus, memangnya kenapa? Kamu istri saya, jadi kamarmu, yaaa kamar saya juga!" 


"Dih!" Aku bergidik ketika dia menyebut kata 'istri'. "Turun gak?" 


Aku kembali memukulnya dengan guling. Sekali, dua kali, dan dipukulan ketiga, Ardiyas merebut guling. Bergerak bangun, ia memandangku dengan sangat tajam. 


"Sekali lagi kamu mukul, saya perawani kamu!" ancamnya, tetapi raut wajahnya yang selalu datar tanpa ekspresi terlihat serius. 


Mendengar hal itu, aku segera melindungi diri, memeluk dadaku dengan tatapan awas. 


"Jangan macam-macam kamu!" Kupasang wajah galak, walau sebenarnya sejak mendengar gertakannya itu, aku cukup menciut.


"Kenapa? Toh, memang itu seharusnya yang kita lakukan sekarang." 


Aku semakin beringsut ketika Ardiyas mencondongkan tubuh. "Kamu tampak cukup menarik, meski ukuranmu lebih kecil." 


SAUDARA TAPI NIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang