SMF || BAB. 03

167 18 0
                                    

Hari-hari berlalu dengan baik. Kehidupan mereka juga berjalan seperti semestinya. Hari menjelang pagi, matahari sudah mulai memunculkan dirinya di sebelah timur, membuat langit yang tadinya gelap perlahan mulai terang. Seorang pria dengan tampang kesalnya tengah berkacak pinggang memandang seseorang di atas kasur yang masih membalut dirinya dengan selimut.

"Ya!! Park Jimin! Jika kau tidak bangun dalam hitungan ketiga maka hyung akan menyirammu dengan air!" Kesal Hoseok yang terhitung sudah hampir satu jam berada di sana. Dari mulai cara paling halus sampai dengan ancaman lantaran putus asa sudah ia lakukan untuk membangunkan Jimin.

Tapi yang dibangunkan hanya sesekali menggeliat karena tidurnya terganggu, tanpa beranjak bahkan menjawab. Membuat Hoseok tambah naik darah. Dengan kesal ia menarik selimut Jimin dengan paksa, membuat Jimin mau tidak mau harus bangun.

"Ah! Aku membencimu hyung!" Kesal Jimin.

"Apalagi aku!! Aku sudah lelah membangunkanmu dari tadi! Jika bukan Seokjin hyung yang memintaku, aku tidak akan sudi."

"Kau ini, di suruh bangun saja susah." Lanjut Hoseok yang masih kesal. Lantaran membangunkan Jimin adalah hal yang paling ia hindari. Karena sudah bukan rahasia lagi jika Jimin memang se susah itu untuk dibangunkan.

"Kau terus saja seperti ini! Bermain game sepanjang malam dan tidak tidur. Sekarang lihat? Siapa yang susah juga?" Celoteh Hoseok tak henti hentinya meluapkan kekesalannya.

"Ada apa sih ini? Aku hanya memintamu membangunkan Jimin, kenapa malah marah marah seperti ini? Kau tau? Suaramu itu terdengar ke seluruh penjuru rumah ini. Pagi pagi buta sudah ribut saja." Omel Seokjin yang akhirnya datang karena mendengar kerasnya suara Hoseok.

"Hyung tau sendiri bagaimana susahnya membangunkan anak ini. Salah hyung juga kenapa memintaku untuk membangunkan nya? Tau sendiri aku menghindari hal itu, hyung." Keluh Hoseok dengan nada sedikit manja.

Seokjin menghela napas lelah. Tidak bisakah rumah ini damai untuk satu hari saja?

Seokjin mengusap kepala Hoseok, walaupun berisik, Seokjin suka mendengar keluhan dari adik-adiknya. Karena dengan itu, ia merasa berhasil untuk menjadi kakak karena ia akan tahu apa yang tengah adik-adiknya rasakan.

"Dengan Seokjin hyung saja langsung menciut. Dasar." Cibir Jimin yang memperhatikan kedua orang di depannya. Mendengar itu Hoseok hanya menjulurkan lidahnya.

"Jimin, sampai kapan kau akan terus susah untuk bangun? Bahkan saking susahnya tidak ada yang tidak kesal membangunkanmu kecuali hyung. Sedangkan kau tahu, hyung tidak bisa terus melakukannya." Ucap Seokjin dengan nada lembut. Jimin itu orangnya sangat perasa, maka dari itu Seokjin selalu berusaha se halus mungkin jika bicara padanya.

"Maaf, hyung." Hanya itu yang bisa Jimin katakan.

"Berhentilah bermain game hingga larut malam. Kau tidak bisa terus seperti ini. Hyung akan sangat sibuk kedepannya, bagaimana juga jika hyung sudah tidak ada?" Ucap Seokjin membuat Jimin maupun Hoseok menatapnya.

"Hyung! Kau ini bicara apa!" Kesal Hoseok mendengar perkataan Seokjin yang aneh menurutnya.

"Hyung, jangan bicara seperti itu. Jika hyung tidak ada, kami mau jadi apa? Kami membutuhkanmu hyung, tetaplah bersama kami." Ucap Jimin yang tiba-tiba menjadi sensitif.

"Ah sudah hyung hanya bercanda." Ucap Seokjin disertai tawa.

"Jangan bicara seperti itu lagi, hyung." Sahut Jimin kesal.

"Iya, maafkan hyung. Ya! Cepat bangun dan bersiap-siap, jika tidak kita semua akan telat nanti."

Seokjin pergi meninggalkan kamar Jimin dengan Hoseok yang mengikutinya di belakang. Jimin juga segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi bersiap-siap.

Set Me Free || Min Yoongi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang