PROLOG

282 18 0
                                    

"Apa kau sudah gila?!"

"Kau yang sudah gila!! Apa kau tidak berpikir jika kita tetap mengurus mereka maka kita akan mati kelaparan!"

"Tapi mereka anakmu!! Anak kita!!"

"Lalu? Apa kau bisa menjamin mereka tetap hidup dengan keadaan ekonomi keluarga kita yang seperti ini?! Lantas apa bedanya jika mereka ku bunuh sekarang!!"

Teriakkan dan bentakkan itu terdengar jelas hingga penjuru ruangan. Seorang anak laki-laki yang masih belum tahu apa-apa hanya bisa menutup kedua telinganya rapat atas permintaan dari kakaknya. Sedangkan satu anak laki-laki yang sedikit lebih tua darinya tengah berdiri di samping sang adik sembari menahan pintu kamarnya yang terkunci.

Anak kecil yang menutup telinganya itu mendongak menatap sang kakak yang menangis dalam diam.

"Apa yang terjadi hyung?"

"Diamlah dan terus tutup telingamu! Jangan dilepas."

Anak kecil itu hanya mengangguk polos dan menutup telinganya lebih rapat. Sebenarnya sekuat apapun ia menutup kedua telinganya, teriakkan itu tetap terdengar, ia takut. Tapi ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Kakaknya yang menariknya ke kamar saat dirinya sedang bermain, hingga kini kakaknya itu sedang menangis ketakutan sambil sesekali terkejut.

"Hyung ini masih terdengar, aku takut." Ucapnya lirih.

Sang kakak yang mendengar itu langsung duduk di dekat sang adik dan membantu untuk menutup telinganya.

"Jangan takut, hyung di sini."

"Tapi kenapa mereka berteriak hyung? Kenapa kau menangis?" Tanya anak itu beruntun.

"Diamlah! Kau tidak akan mengerti."

"Kita. . . Akan di bunuh." Lanjutnya lirih.

"Apa itu buruk? Mengapa mereka melakukannya?" Tanya nya polos.

"Aku tidak tahu."

"Kenapa hyung? Apa karena aku nakal? Mengapa mereka terus berteriak?" Anak itu mulai menangis, pasalnya ini kali pertama ia mendengar orang tuanya saling berteriak. Walaupun ia tak tahu mengapa, tapi ia yakin keluarganya sedang tidak baik-baik saja.

"Yoongi, hyung mohon diamlah, jangan menangis, hyung takut." Ucap sang kakak yang terus menangis. Walaupun ia jelas lebih dewasa dari adiknya, tetap saja ia masih anak kecil yang tidak tahu harus melakukan apa. Sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang tengah terjadi.

Yang ia tahu, belakangan ini orang tuanya sering bertengkar. Ayahnya yang terus marah marah saat pulang ke rumah. Dan ibunya yang terus mendesak sang ayah untuk pergi mencari uang. Entahlah ia tak mengerti, bukankah selama ini mereka berkecukupan dan tidak pernah kekurangan?

Prangg

Bunyi keras itu cukup membuat kedua anak itu terkejut. Mereka menangis ketakutan saat bunyi benda yang jatuh terus terdengar. Sepertinya keadaan kian memburuk di luar sana. Keduanya masih menangis hingga mereka mendengar pintu kamar mereka di pukul keras.

"Seokjin!! Buka pintunya! Cepat!"

Mendengar namanya dipanggil oleh sang ibu, anak laki-laki bernama Seokjin itu berdiri dan bersiap membuka pintu dengan tangannya yang bergetar. Sebelum ia membukanya, ia menoleh ke arah adiknya yang tengah diam menatapnya.

Dengan takut, Seokjin membuka pintu kamarnya. Sebelum ia sempat bereaksi apapun, ibunya langsung masuk dan menarik tangan adiknya serta tangannya lalu membawa mereka keluar. Kaki Yoongi kecil tidak bisa menyamakan langkah ibunya yang sangat cepat, alhasil ia terjatuh beberapa kali. Melihat itu, ibunya langsung menggendong Yoongi dan lanjut berjalan menuju luar rumah.

Set Me Free || Min Yoongi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang