Chapter 1

50 5 20
                                    

Cast : Haechan, Seo Hyeon Ae dan Xiao Dejun.
Support Cast : Doyoung dan Jaemin.
Genre : AU, Friendshipe, Short Story, crime dikit, Sad.

 
 
Hyeon Ae masih duduk diam di bangku panjang, airmatanya terus keluar sampai membuat kedua matanya sembab. Sudah 2 jam dia seperti itu, sejak 2 jam lalu kekasihnya yang bernama Xiao Dejun memutuskan hubungan asmaranya yang terjalin selama 5 tahun. Alasannya, karena ayahnya terus sakit-sakitan dan ingin fokus merawatnya.
 
Waktu terus berjalan, bahkan langitpun semakin gelap, udara semakin dingin dan orang lalu lalang pun sudah mulai sepi. Tidak ada rasa takut akan ada orang jahat atau hantu yang akan menghampirinya. Karena suasana hati gadis itu sedang tidak bahagia.
 
-***-
 
“Ayo kita akhiri saja hubungan ini.” Ucap Xiaojun tiba-tiba.
 
Hyeon Ae melonjak kaget. “A–apa maksudmu?! Oppa, jangan bercanda. Kenapa_”
 
“Ayahku belakangan ini sering sakit-sakitan. Aku ingin fokus merawatnya dan tidak akan ada waktu untuk membaginya dengan hal-hal lain.”
 
“Kalau begitu, ayo kita rawat Ayahmu sama-sama. Aku tidak keberatan, kalau waktu kita untuk bertemu sangat sedikit.”
 
Xiaojun memandang Hyeon Ae. “Tidak Hyeon Ae, aku tidak bisa lagi bersamamu. Aku ingin fokus merawat ayahku. Karena, hanya beliau keluargaku sekarang.”
 
“Tapi kenapa harus mengorbankan hubungan kita? Apa tidak ada cara lain?”
 
Xiaojun menggeleng. “Aku sudah memikirkannya matang-matang.” Ucapnya lalu beranjak berdiri. “Maafkan aku, mulai sekarang, hubungan kita berakhir dan jangan hubungi aku lagi. Permisi.”
 
“Oppa! Aku mohon jangan seperti ini! XIAO DEJUN!”teriak Hyeon Ae saat pria itu berlalu meninggalkannya. Tidak ada respon sedikitpun, hanya bisa menapa punggungnya yang semakin menjauh.
 
-***-
 
“Aaaarrghhh!” teriak Hyeon Ae sambil terus menangis dan meremas rambutnya frustasi.
 
Jangan tanyakan bagaimana perasaannya saat ini. Di tambah hari ini adalah pertemuannya yang pertama dengan kekasihnya setelah Xiaojun mengenyam pendidikan di Jerman selama 4 tahun. Rasa rindu yang amat sangat menyiksa itu malah terobati dengan racun yang membuat luka semakin membesar.
 
Lelah, Hyeon Ae sudah merasa lelah dan tangisannyapun berhanti. Dia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan gontai meninggalkan taman Kota.
 
-“””-
 
Seorang pemuda berkulit eksotis sedang sibuk meracik kopi di beberapa cangkir untuk pengunjung cafe. Ini sudah larut malah tapi pengunjung masih saja berdatangan. Jelas saja, ini malam Minggu ... cafe akan buka sampai jam 12 malam.
 
“Haechan, cappucino sudah selesai, belum?” tanya salah satu teman pelayannya.
 
“Ini, dua gelas cappucino, sudah siap.” Ucapnya masih begitu semangat.
 
Lee Haechan, pemuda manis yang begitu giat dalam bekerja ini, tidak pernah terlihat lelah atau mengeluh sedikitpun. Dia seperti robot atau ponsel yang baterainya selalu full.
 
Tidak hanya itu, dia juga termasuk pelayan yang ramah tapi terkadang dia usil pada teman-temannya terutama pada Doyoung, seniornya di cafe.
 
“Selamat da---tang ...” ucapan Haechan sedikit menggantung saat melihat seseorang datang dengan raut wajah muram serta kedua matanya membengkak.
 
“Hyeon Ae, apa yang terjadi?” tanya Haechan melihat sahabatnya datang ke Cafe dalam kondisi menyedihkan.
 
Hyeon Ae ingin kembali menangis tapi melihat kondisi yang ramai dan sedang berada di tempat kerja Haechan. Akhirnya, dia menahannya.
 
“Haechan-ya, bisakah kau temani aku sebentar saja?”
 
Pemuda itu bingung. Dia harus kerja ekstra saat ini karena banyak pengunjung, kalaupun di alihkan sementara, dia tidak tahu pada siapa. Karena semuanya sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Di sisi lain, sahabatnya sepertinya sedang sangat membutuhkannya saat ini.
 
“Maaf Hyeon Ae, bisakah kau menunggu sampai aku selesai? Aku akan buatkan kop_”
 
“Tidak usah, lebih baik aku pulang saja. Aku tidak ingin menganggumu, lebih baik kau fokus kerja saja.” Ucap Hyeon Ae dengan nada lemas tanpa gairah sedikitpun lalu pergi.
 
“Tunggu dulu!” Haechan menghentikan langkahnya lalu memberikan secup kopi dan cake. “Ini bawalah, kau harus makan ini sampai habis. Karena, makanan manis dan coklat bisa suasana hatimu menjadi sedikit lebih baik.”
 
Hyeon Ae tersenyum tipis. “Terima kasih.” Ucapnya lalu pergi.
 
Haechan terus memfokuskan pandangannya pada gadis yang merupakan sahabatnya sejak SMA sampai menghilang dari jangkauannya. Dia penasaran dengan apa yang terjadi namun bisa merasakan kesedihannya.

-“””-
 
Hari ini, Haechan libur kerja. Dia ingat sesuatu dan segera pergi ke suatu tempat. Saat di perjalanan, netranya tidak sengaja menangkap sosok orang yang di kenalnya di tepian kota. Dia terkejut sekaligus marah melihatnya, ingin rasanya dia turun dari motornya dan menghampiri orang itu. Tapi, waktunya sedang tidak tepat.
 
Setelah membeli beberapa buah tangan, akhirnya sampai di tempat tujuan. Yaitu rumah sahabatnya, Hyeon Ae.
 
Berkali-kali dia mengetuk pintu tapi tidak ada respon sama sekali. Akhirnya pria berwajah manis itu mencoba meneleponnya. Kemudian pintunya di buka.
 
“Haechan? Masuklah.”
 
“Ini aku bawakan ayam goreng pedas kesukaanmu.”
 
Hyeon Ae terlihat tidak begitu semangat, matanya masih terlihat sembab bahkan wajahnya kini ikut membengkak.
 
“Apa yang terjadi semalam? Wajah dan matamu terlihat membengkak seperti habis menangis.”
 
Hyeon Ae membuang napasnya begitu terdengar berat dan lemah.
“Xiaojun sudah kembali dari Jerman. Semalam kami janji untuk bertemu, tapi ....”
 
“Tapi apa?”
 
“Dia tidak datang. Padahal aku sudah menunggunya sampai berjam-jam.” Ucap Hyeon Ae berbohong. Dia tidak ingin sahabatnya itu tahu, kalau hatinya sedang terluka.
 
Seketika itu juga, Haechan memutar ingatan saat di perjalanan tadi.
“Kenapa? Apa alasan dia tidak menemuimu?”
 
Hyeon Ae lagi-lagi mendengkus. “Dia bilang, dia lelah ingin istirahat karena perjalanan jauh.”
 
Haechan tidak merespon. Biji matanya masih menatap fokus wajah Hyeon Ae. Dia tahu betul, kalau sahabatnya itu sedang berbohong. Tapi, Ia enggan memperkeruh suasana.
 
“Makanlah yang banyak dan jangan pikirkan apapun! Kau harus menjaga kesehatanmu.” Pesan Haechan.
 
Hyeon Ae mengangguk sambil tersenyum simpul. Iya ... suasana hatinya sedang kacau saat ini. Dan yang Hyeon Ae lakukan saat itu adalah makan ayam goreng pedas sebanyak-banyaknya, setelah itu hatinya akan merasa lega.
 
-“””-
 
Suasana Cafe selalu ramai oleh pengunjung. Haechan yang sedang meracik cappucino, tiba-tiba sakit perut. Ia segera meminta Jaemin untuk menggantikannya sebentar.
 
Setelah 15 menit, Haechan kembali. Matanya membulat saat melihat sepasang pengunjung yang sedang bercanda tawa dengan mesranya.
 
“Sialan! Berani sekali dia_”
 
“Siapa yang sialan eoh?! Sudah ku bantu harusnya kau berterima kasih, malah mengumpat!” kesal Jaemin.
 
Haechan terkesiap mendengar ocehannya.
“Bu–bukan kau, tapi orang yang duduk di sana.”
 
Jaemin mendelik kearah yang di tunjuk Haechan. Dahinya mengernyit, matanya menyipit karena tidak terlalu jelas pandangannya.
 
“Siapa mereka? Kau mengenalnya?”
 
Haechan tidak menjawab. Ia kembali meracik minuman kopi yang di pesan beberapa pengunjung. Sesekali matanya melirik sepasang pengunjung tersebut dengan tajam.
 
Hyeon Ae masih merasa hampa dan kecewa. Tapi, dia masih menghubungi Xiaojun hanya untuk menanyakan kabar ayahnya. Tapi tidak ada respon sama sekali.
 
Berkali-kali dia mendengkus mencoba membuat hatinya lega. Tapi tetap saja gelisah. Entah kenapa, dia masih butuh penjelasan yang lain. Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Senyumnya merekah seolah tanaman layu yang di siram air, jadi segar kembali.   
 
Setelah membaca pesan, Hyeon Ae segera mengganti pakaiannya lalu bergegas pergi.

Gimana, udah ngena belum di hati teman2 readers? Kalau ngena, yuk lanjut bacanya ke chapter selanjutnya 😊.

Terima kasih juga sudah mampir ke ceritaku ini. Jangan lupa vote dan comennya atau penyemangatnya ya bestie 🥰

GOOD PERSON  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang