Chapter 02

2 0 0
                                        

➣ Feliz lectura

Sekarang aku ada di halaman sekolah, bersama empat orang. Tiga diantaranya tidak pernah berhenti bicara dan satu lagi sepertinya bisu.

Tadi pagi sebelum Pak Wira meninggalkan kelas, ia sempat berpesan pada gadis dengan tahi lalat di bawah mata yang merupakan wakil ketua kelas untuk mengajak ku berkeliling sekolah.

Hampir semua tempat sudah ku kunjungi, hanya tersisa perpustakaan dan kantin yang memang memiliki bangunan terpisah.

"Itu perpustakaan" Reina-wakil ketua kelas menunjukkan bangunan besar di arah timur tempat kami berdiri.

Terlihat seperti perpustakaan biasanya, sepi dan juga menyegarkan di waktu bersamaan. Tanaman rambat hijau menutupi dinding luar bangunan. Juga beberapa pot bunga besar di halamannya.

Aku merasa tempat itu akan menyedot waktu ku di sekolah ini.

"Karena gue males ke perpus, kita langsung ke kantin aja ya. Laper" lanjut Reina menunggu persetujuanku. Aku mengangguk sebagai jawaban dan mengikuti mereka yang berjalan lebih dulu ke arah barat menuju kantin sekolah berada.

"Shaka lama banget liburannya" Dipta yang juga ikut dalam rombongan bersama Isabella dan si bisu Johan angkat bicara.

"Tunggu aja gue panggang dia kalau sampai gak bawa oleh-oleh" lanjutnya dengan menggebu-gebu.

Aku diam saja di belakang rombongan sambil mendengar pembicaraan mereka.

"Kesel gue, tugasnya malah gue yang di suruh kerja. Gue cuma wakil ya kenapa gue semua yang kerja. B*jingan memang" Reina menendang batu dengan kesal. Selama perjalanan ke kantin aku harus mendengar semua kata mutiara nya untuk orang yang mereka panggil Shaka si ketua kelas, itu yang aku simpulkan setelah sedari tadi hanya diam mendengarkan.

Saat tiba di kantin semua mata tertuju kepada ku?  Ahh benar, aku lupa kalau aku sekarang adalah aktris papan atas.

Mengabaikan semua itu, aku berjalan santai di samping si bisu Johan menuju tempat yang hanya di isi seorang yang ku kenali. Dia Sofia, murid berprestasi di kelas ku. Tadinya dia ingin ikut dalam penjelajahan ku dengan teman-temannya, tapi tidak jadi saat mendapat panggilan dari kesiswaan, yang katanya adalah kerabat dekat Sofia.

"Cepat sini, udah dingin makanannya"

Rupanya dia sudah memesan makanan. Ada empat mangkuk bakso dan semangkuk bubur ayam yang masih belum tersentuh di atas meja.

"Itu bubur kamu, Han" Johan mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban lalu duduk dan melahap makanannya.

Aku juga ikut duduk di pinggir meja, memakan makanan yang sudah dipesan kan untukku. Sebenarnya hari ini aku tak ingin makan bakso, tapi melihat inisiatif baik Sofia mau tak mau aku harus memakannya.

"Kok cuma Johan yang beda?" Isabella memicingkan mata ke arah Sofia.

"Gak usah protes Bel. Salah kamu gak kasih tahu aku mau pesan apa. Makan aja, yang lain juga udah makan"

"Lo juga gak bilang-bilang kalau mau pesenin, Sof"

"Lho, aku udah kasih tau di grup. Dipta bilang samain aja semuanya. Cuma Johan yang mau bubur"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SurreptitiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang