8. Pacar Orang Menyapa

1.6K 207 1
                                    

Setelah perkataan tidak sopanku kemarin di telepon, sekarang aku merasa seperti terpidana di ruangan pak Tedjo. Duduk seorang diri di depan laptop yang sudah dalam mode sleep karena lama tidak kusentuh sejak tadi. Sementara si pemilik ruangan, sedang berbincang dengan salah seorang petinggi principal di ruang depan dan meninggalkanku kebingungan di tengah – tengah revisi format yang ia minta ubah lagi. Aku mengirim pesan di grup 'Mari Semua Sambat Denganku', mengeluhkan tingkah si Bos yang suka seenak jidat buang waktu bawahannya untuk hal sepele.

Aku yakin dia lupa dengan ucapanku kemarin, atau dipikirnya tidak terlalu penting. Karena aku yakin, sudah banyak hal kurang ajar lainnya yang frontal kulakukan di kantor dan pasti pak Tedjo juga menyadarinya. Dan sekarang, dia mungkin juga lupa menyuruhku kembali ke meja sementara dirinya terlibat percakapan penting yang cukup lama di luar sana.

Gadis membalas dengan stiker meledek, seirama dengan Risa. Amido kulihat di tempat duduknya, masih sibuk memijat dahi. Tanda bahwa dirinya sedang mentok dalam berpikir, atau terlalu mumet menghadapi apapun yang terbentang di layar laptop.

Aku kembali menengok, melihat di mana bosku berada sekarang. Ia bersalaman dengan tamunya, berbicara sebentar pada Amido dan Gadis, kemudian kembali melangkah masuk ke dalam ruangannya. Aku pun segera kembali dalam mode serius, pura – pura mengubah beberapa warna grafik yang sedang kubuka.

"Ayo lanjut! Saya ada meeting di luar satu jam lagi." Titah yang mulia tuan Sawung Tedjo Buwono.

Dia yang bikin meeting ini jadi lama, nggak nyadar, hiih!

"Yang ini warnanya dibeda kan dong, Tisha. Kesannya jadi satu kategori."

Ini nih yang bikin semua hamba sahaya tuan Tedjo muak dengannya. Gimana nggak, perkara warna header tabel tiap data harus beda, per kategori dan eye catching. Nggak boleh sama – sama biru di kolom yang bersebelahan, meski yang satu biru muda dan tua.

Aku mengubah format sesuai instruksinya, setelah dirasa selesai, kami me-review tampilan format itu bersama.

"Nah, ini kan enak dibaca." Gumamnya sambil menyorotkan sinar laser berwarna merah ke sekitar whiteboard yang menampilkan format laporanku.

"Ini kamu update, yang tahun lalu dan tahun ini. Saya mau lihat growth-nya. Terus..."

Seterusnya perintah dari pak Tedjo adalah template yang sudah kuhapal puluhan kali sejak aku mengetahui kalau beliau ini memang hobinya mengulang – ngulang perintah yang sama, dengan omelan yang seolah – olah dirinya lelah memberitahu kami. Padahal, kami sudah hapal di luar kepala.

"Biasakan yah, Tisha, kayak gitu." Tidak lupa kalimat penutupnya yang khas.

Dan seperti biasa, template, aku hanya bisa menganggukkan kepala sambil menjawab. "Baik, Pak."

*****

BACA LENGKAP DI KBM APLIKASI / KARYA KARSA YA GENKS!

Jangan lupa, simpan bukti dukunganmu karena nanti aku akan membuat EBOOK / BUKU 'LEMON' & hanya untuk pendukung full saja ^^

Terima kasih,

JULIE

L E M O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang