Bab 10

46 2 0
                                    

***

Zia terkejut melihat Zayyan datang dengan keadaan telapak tangannya berdarah. Dia berpamitan dengan pria yang pernah ia temui di taman bersama anak kecil bernama Fero.

"Kak Zayyan,  dapat dari mana luka ini?". Tanya Zia sambil  membawa Zayyan masuk ke dalam ruangan untuk membersihkan luka di telapak tangan Zayyan. Zayyan menatap ke arah pria yang mendekati Zia dengan tatapan dingin dan tajam. Pria yang di tatap oleh Zayyan biasa saja dan tersenyum penuh arti. Pria itupun pergi dari lorong rumah sakit masuk ke dalam ruangan rawat di sampingnya.

"...". Tidak ada jawaban apapun oleh Zayyan karena pria itu sedang kesal dan cemburu. Zayyan menatap ke arah Zia yang begitu khawatir dan serius membersihkan lukanya. Zia mengomel tentang luka yang ia dapat.

"Baiklah sudah selesai. Apa kamu akan tetap diam sambil memandang ku seperti itu". Ucap Zia dengan kesal karena tidak ada tanggapan dari pria yang ia bersihkan lukanya tersebut. Zia yang tidak memperdulikan dengan keterdiaman Zayyan, diapun membereskan peralatan dokternya. "Kak Zayyan!" Seru Zia dengan kesal. Zayyan dengan tiba-tiba langsung berdiri dari duduknya dan ingin melangkah keluar dari ruangan Zia. "Kembali seperti semula. Apa pernyataan cintanya waktu itu hanya bualannya saja". Gumam Zia.

Zayyan yang belum benar-benar keluar langsung membalikkan tubuhnya.

"Ayo makan malam bersama". Zia terkejut mendengar ajakan dari Zayyan padanya. Zia menatap Zayyan dengan bertanya melalui tatapannya. "Mama meminta ku untuk mengajak mu makan malam karena kemaren lusa aku membuat mu menangis".  Mendengar ucapan Zia pikiran gadis itu kembali pada kemarin malam dengan pernyataan dari Zayyan padanya mengenai dia mencintai Zia juga tapi nyatanya semua itu bukan dari hati Zayyan yang dulu.

"Kakak tidak perlu melakukan hal itu demi Mama Hera. Kakak bisa menolak keinginan itu kalau bukan dari hati kakak sendiri". Ucap Zia sambil membelakangi Zayyan. Zia menahan air mata di pelupuk matanya. Zayyan yang merasa suara dari Zia berbeda mendekati gadis kecilnya itu dan memeluk tubuh mungil itu.

"Kata siapa itu bukan keinginan hatiku. Aku menyetujui keinginan Mama untuk mengajak mu makan malam bersama ku. Maaf kakak ya, sudah bersikap dingin lagi. Kamu harus tahu kakak cemburu dengan kedekatan mu dengan pria jelek itu". Zia menyerngit mendengar ucapan dari Zayyan.

"Cemburu? Pria jelek? Siapa itu. Ohhh... Kakak cemburu dengan Bimo pasien yang berbicara dengan ku tadi. Terus luka yang kakak dapatkan ini karena cemburu ya". Zia merasakan kepala Zayyan mengangguk. Zia tersenyum, gadis itu menyentuh tangan Zayyan yang memeluk dirinya dari belakang. "Kakak tidak perlu cemburu, Bimo sudah memiliki Kekasih koq". Zia membalikkan tubuhnya dan menyentuh wajah tampan dari Zayyan dengan penuh sayang.

"Benarkah? Kamu tidak bohongkan". Zia menggeleng dan mencium bibir Zayyan sekilas tapi dengan tiba-tiba Zayyan menarik tengkuk Zia dan ciuman panjang itu terjadi kembali.

****

Dilara terbangun  dari pingsannya. Dia melihat kesekelilingnya tempat itu tetap sama seperti beberapa jam yang lalu. Dia khawatir dengan ibunya yang dirumah sakit sendirian tidak ada yang menjaganya. Dia mencoba bangkit dari berbaringnya, Dilara merasakan tubuhnya remuk semua karena perbuatan sugar Daddy nya itu.

"Daddy, buka pintunya. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, aku ingin menemani ibuku di rumah sakit dia sendirian di sana Dad". Dilara menggedor pintu kamar tersebut dan sambil memanggil sugar Daddy nya. "Izinkan aku untuk menjaga ibu ku yang sedang sakit hiks". Mohon Dilara pada pria yang menjadi sugar Daddynya selama ini.

Kenapa hidupnya menjadi seperti ini. Dulu dia pikir akan bisa bebas ketika dia menerima ajakan pria berumur itu tapi nyatanya pria itu seperti pscyopath yang kapan saja bisa menghancurkannya. Tiba-tiba dia teringat dengan Zayyan, orang yang di masa lalunya dan juga menjadi cinta pertamanya dengan teganya dia membuatnya pergi sebelum dia mengatakan cintanya kepada Zayyan.

How If, I Love You TooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang