✥ 1 ✥

12 3 5
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

_ _ _ _ _ _ _ _ _

▼△▼△▼△▼△

"Mas udah sejak kapan?" Bapak kini sedang duduk di ruang tamu bersama para putranya. Yang tadinya ingin pergi berjualan, kini dipending dahulu beberapa menit.

"Udah enam bulan, Pak," Jawab Rian tertunduk.

Bapak tampak menghela napasnya. Terlihat sedikit kecewa. Namun semua itu tetap bapak sembunyikan rapat-rapat agar Rian tidak merasa sangat bersalah pada bapak.

"Seagama tapi sama kita?" Tanya Bapak lagi.

"Atheis, Pak!" Sahut Attana tanpa dosa.

Gathan pun langsung membekap mulutnya dan meredam jeritan nya. Attana hampir saja membuat Rian naik pitam dan menyerang adik laknatnya itu.

"Kalau ngomong dijaga, kabayan!" Tandas Gathan pada Attana.

"Dia islam 'kok, Pak," Jawab Rian kemudian.

Bapak pun mangut-mangut. "Bapak sebenarnya sedikit kecewa sama Mas, tapi itu udah pilihan Mas dan bapak gak bisa apa-apa. Bapak cuman mau ngasih saran, coba Mas kasih tau dia biar pakaiannya lebih tertutup. Kantor itu bukan alasan buat pakaian terbuka, Mas," Tutur bapak.

"Muhun, Pak, nanti Rian kasih tahu Jenifer." Balas Bang Rian dan mendapat anggukan dari bapak.

"Denger tuh, yang hijabeerrr!!" Semprot Attana pada Rian. Dan Rian pun langsung memberikan tatapan maut pada adiknya tersebut.

Kemudian bapak berdiri dari duduknya. Lalu diikuti oleh para putra-putra nya juga. "Yasudah, kalau begitu bapak mau pergi ke kedai. Bang Gathan sama Bang Atta bantu bapak bawa barang-barang nya, ya?" Pinta Bapak pada putra ke tiga dan ke empat nya.

"Siap, bapak!" Attana memberi hormat pada bapak.

"Lagak kayak abri." Cibir Nanda melihat tingkah abangnya.

"Aamiinin atuh. Biar nanti abang bisa nafkahin Teh Rengganis dengan harta yang melimpah ruah terus punya barang-barang mewah."

"BUCIINNN!!" Semprot seluruh putra bapak Sutisna. Dan Bapak hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkekeh ringan melihat betapa besar cinta Attana pada pujaan hatinya.

"Rengganis Manisku." Gumam Nares namun masih terdengar oleh semuanya.

"Jelas!" Sahut Attana dengan bangga.

"Kayak dapet restu aja, lu, dari bapak," Gathan mencibir.

"Dih, gue dapet dong, iya 'kan, pak?" Attana menatap Gathan tidak suka lalu menoleh pada bapak, meminta jawaban.

"Kalau itu baik buat abang mah bapak restuin." Jawab bapak.

"Direstuin, blooo," Attana menjulurkan lidahnya pada Gathan dengan wajah yang sangat menjengkelkan. Rasanya memang tidak adil sekali untuk Gathan, sebab untuk mendapatkan pengiyakan dari bapak soal percintaan, Gathan seperti harus mendirikan seribu candi dahulu agar keseriusan nya terlihat jelas oleh bapak.

"Gak bisa! Lo sama si Amis Amis itu harus dapet penolakan dari bapak!" Ujar Gathan menggebu-gebu.

"Anis kali, bang," Koreksi si bungsu.

"Mau Anis 'kek mau Amis 'kek mau Anas juga gue gak peduli!" Gathan bersungut-sungut.

"Iihhh, kalau abang kayak begitu itu berarti pencemaran nama baik!" Balas si bungsu lagi.

VertikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang