7. About Captain
"Ada perasaan yang tak bisa aku jelaskan, hanya bisa aku rasakan tanpa tahu jawaban yang menyimpan kebenaran."
Story by Ifa Arifa
Aku menatap sekelilingku, ini adalah tempat tinggal baruku. Rumah yang berwarna hijau bahkan semuanya hijau. Ada rasa bahagia namun juga ada rasa tidak rela ketika meninggalkan rumah orang tua.
"Ayo!" ajak seseorang yang tak lain adalah kak Faren. Pria itu menarik tanganku dan menggenggamnya dengan lembut.
Aku memasuki rumah yang tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil untuk di huni lebih dari dua orang. Di depan pagar tadi terdapat tulisan kapten Alfarendra Dirgantara. Rumah ini akan menjadi saksi perjalanan rumah tangga aku dan kak Faren nantinya.
"Saya atau kamu yang mandi dulu?" pertanyaan itu membuat aku mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Kakak dulu aja. Aku mau beres-beres."
Kak Faren hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu memasuki kamar mandi. Sementara aku membereskan pakaian yang berada di dalam koper untuk di taruh di lemari. Tidak lama karena ya aku memang membawa baju sedikit, jadi hanya butuh beberapa menit untuk memindahkannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB, sedaritadi kami belum makan. Pantas saja perutku sudah keroncongan. Aku melirik ke arah kamar mandi, belum ada tanda-tanda jika kak Faren menyudahi aktivitasnya.
Kini aku sudah berada di dapur, ternyata ada sisa bahan masakan yang bisa di olah. Karena hanya ada telur dan mie. Jadilah aku memasak semacam kwetiau namun dengan mie yang berbeda. Untung saja juga ada sosis dan juga sawi jadi lebih komplit deh.
Derap langkah seseorang terdengar di indra pendengaranku, tanpa berbalik aku sudah tahu siapa orang itu.
"Kamu masak apa?" tanyanya yang sudah berada di sampingku.
Aku menoleh kearahnya dan tersenyum manis, "Masak kwetiau, kak."
Kak Faren mengerutkan keningnya, "Lho memangnya ada mie kwetiau, setahu saya tidak ada." jawabnya membuat aku menoleh ke arahnya lagi.
"Memang tidak ada, kak. Tapi ini mienya hampir sama walaupun kurang lebar sih." sahutku yang masih melanjutkan aktivitasku.
"Ada-ada aja kamu. Biar saya yang melanjutkan. Kamu mandi saja, gih." ujarnya seperti perintah sambil mengusap puncak kepalaku. Aku dengan cepat menggelengkan kepalaku.
"No, aku saja, lagipula ini sebentar lagi selesai kok. Kakak duduk dulu aja di sana. Mau aku buatin minuman apa?" tanyaku sambil mengecilkan kompor.
"Tidak usah." jawabnya singkat yang sudah duduk di kursi dekat meja makan.
Aku mengehela napas panjang, "Yakin? Enggak mau minuman apa gitu? Aku mau buat es teh, kakak mau minum apa?" tanyaku dengan menatapnya lekat.
"Sama kan saja biar kamu enggak kerepotan." finalnya membuat aku tersenyum lebar.
"Siap kapten."
Setelah selesai memasak sambil membuat es teh ala chef Analisa, aku tidak langsung mandi melainkan makan terlebih dulu atas perintah sang kapten.
"Kak, aku ingin bicara hal penting dengan kakak." kataku setelah selesai mandi.
"Bicara saja." sahutnya.
Aku menyusul kak Faren yang sedang duduk di karpet bulu depan televisi. Entah kenapa ritme jantungku berdetak tak karuan. Tarik napas keluarkan! Kamu bisa Analisa. Ujarku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Pak Tentara (Sudah Terbit)
RomanceIni adalah kisah dua orang yang dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, namun tak saling memiliki secuil perasaan, entah cinta maupun rasa kasih sayang yang nyata. Semua yang mereka lakukan, semata hanya bentuk bakti terhadap kedua orang tuanya. ...