Bab 12 : Kejutan

1.7K 116 13
                                    

Bab 12 : Kejutan

"Sekarang baru sadar, kalau dia adalah sosok yang peduli dan penyayang."

~ Kalam Cinta Pak Tentara ~
Story by Ifa Arifa


Mataku perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Rasanya sangat capek bahkan lebih lelah dari sebelumnya. Aku menguap pelan sambil melirik jam yang berada di ponselku. Mataku membulat sempurna, saat mengetahui sudah pukul 07.05. Aku berlari cepat ke kamar mandi dan menyelesaikan ritual pagi hari sebelum berangkat ke kampus.

Dengan langkah cepat aku menghampiri wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur. "Bunda, kenapa Analisa enggak dibangunin sih?" keluhku dengan wajah kesal.

Wanita itu berbalik dan menatap aku dengan lembut. "Ya bunda kira kamu masuk siang."

"Analisa berangkat dulu, assalamu'alaikum." pamitku dan langsung berlari ke arah bagasi.

"Wa'alaikumsalam hati-hati, Sa." teriak bunda.

Hari ini sama sekali tidak menguntungkan bagiku, bangun kesiangan, jalanan macet, ditambah lagi jam pertama adalah dosen yang terkenal akan kekillerannya.

"Gimana nih? Mampus dosennya killer lagi." gumamku dengan langkah lebar memasuki kelas.

"Assalamu'alaikum pak." salamku sambil mengetuk pelan pintu dan membuat semua atensi mata ke arahku.

Dosen itu berjalan mendekatiku, wajahnya datar seperti kak Faren saat pertama kali bertemu.

"Jam berapa sekarang Analisa?" tanyanya dengan pandangan menyelidik.

"Jam 8 pak." jawabku dengan menundukkan kepala.

Dosan muda itu melipat kedua tangannya sambil bersandar di daun pintu. "Telat berapa menit?"

"Tiga puluh menit pak." ujarku sambil menatap sendu dosen itu. Berharap semoga tidak dikeluarkan dari kelas.

"Keluar! tidak usah ikut jam saya." kata dosen itu dengan mengarahkan pandangannya keluar.

"Tapi pak." ucapku dengan terbata-bata. Namun, ingin melanjutkan kalimat yang lain rasanya tak bisa kala menatap mata tajam milik dosen killer ini.

Aku menghela napas pelan. "Baik pak. Mohon maaf." setelah mengatakan itu, aku langsung pergi tanpa sepatah katapun.

Aku berjalan sambil menghentakkan kakiku ke lantai. Namun, naas hari ini memang tidak beruntung bagiku.

"Aaa, apes banget sih gue." kesalku yang sudah terduduk di lantai. Untung saja keadaan sekitar sini sangat sepi. Kalau tidak, habis aku jadi bahan ejekan.

"Lo kenapa sih duduk di situ?" tanya seseorang membuat aku mendengus sebal.

Aku menepuk kedua tanganku sambil berdiri. Lalu menatap sinis laki-laki di depanku ini. "Berisik lo."

"Lah cewek." cibir laki-laki itu tak lain adalah Ciko, teman SMP ku dulu. Aku langsung meninggalkan Ciko yang menatap kesal ke arahku.

***

Aku memacu motorku dengan kecepatan pelan. Eh, itung-itung sambil refreshing. Seketika mataku melebar dengan pandangan yang tak percaya. Lihatlah seorang anak SMA berlawan dengan empat preman sekaligus.

"Tidak bisa dibiarin gitu aja." gumamku yang akan turun dari motorku.

"Eh tapi lihat dulu aja sih ya. Lumayan tontonan gratis." monologku, kemudian kembali duduk di jok motor.

"Ih, masak iya 1 lawan 4? Cih banci tuh mah." maki ku sambil menunjukkan keempat preman itu.

Melihat anak SMA yang kewalahan itu aku langsung turun dari motorku dan tersenyum miring. Sudah lama aku tidak adu kekuatan otot dengan orang lain.

Kalam Cinta Pak Tentara (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang