26. Kalam Cinta Pak Tentara
'Ada sebagian orang yang katanya membenci hujan. Padahal yang mereka benci bukan hujan, melainkan kenangan menyakitkan saat terjadi hujan.'
Kalam Cinta Pak Tentara
By Ifa ArifaSetelah pulang dari kampus, aku mampir terlebih dahulu ke rumah sakit untuk menjenguk mama Ratna. Karena aku ingin tahu perkembangan mama Ratna saat ini. Sedaritadi di jalan seperti ada yang mengikutiku. Namun, aku abaikan.
Sekarang saat aku berjalan ke ruang mama, masih merasakan hal sama. Segera aku membalikkan badan ke belakang dan tak menemukan sosok yang mencurigakan.
"Wah ada yang mau main sama gue ternyata." Gumamku sambil menunjukkan seringai.
Aku memasuki ruangan mama dengan senyuman. Walau aku sedang ada masalah dengan mas Faren tidak mungkin aku tunjukkan ke mama.
Langkahku terhenti ketika mendengar suara laki-laki yang sangat aku cintai. Ada apa ini? Aku melangkahkan kaki ke arah sumber suara. Aku bersembunyi dibalik tembok.
"Saya minta maaf."
Dadaku terasa sesak. Mataku juga ikut memanas. Mas Faren berada di sana dengan wanita yang aku ketahui namanya adalah Danisa. Apa yang sebenarnya akan mereka bicara? Kenapa harus ditempat yang sepi dan jarang dilalui oleh orang lain?
"Udahlah kak, aku tahu ini juga bukan kesalahan kakak. Tapi ini memang jalan takdir cintaku seperti ini. Sampai kapanpun enggak mungkin kita bisa bersama kan?"
Aku mendengarkannya dengan seksama menantikan kalimat apa yang akan diucapkan lagi oleh Danisa. "Tapi apa mungkin kakak masih mencintai aku?"
Jantungku berdegup dengan kencang. Apa mungkin selama ini mas Faren mencintai Danisa?
"Selamanya saya akan terus mencintaimu."
Deg
Keranjang buah yang berada di tanganku kini terjatuh, menimbulkan suara. Aku memundurkan diri dan langsung berbalik meninggalkan mereka. Dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Jadi, dia selama ini mencintai Danisa? Tentang dulu dia bercerita tidak mencintai Danisa hanya sebuah kebohongan belaka? Kenyataan apa ini? Bahkan dia tidak beda jauh dari kak Al.
"Analisa berhenti!" Aku membalikkan tubuhku, sosok tegap berbaju loreng mengejarku. Akan tetapi aku tidak memperdulikan itu.
Diluar hujan begitu deras, aku tak menghentikan langkahku. Terserah mau basah kuyup aku tidak peduli. Aku memandang langit yang mengeluarkan air matanya. Langit seakan tahu apa yang aku rasakan saat ini. Dia juga ikut menatapku dengan sendu. Bahkan angin juga ikut menerpa, membuat pepohonan yang berada disekitar sana bergoyang layaknya mengikuti alunan musik.
"Gue benci dengan semuanya."
Aku terduduk dibawah derasnya air hujan. Berteriak dengan keras. Jika ada yang mendengarnya, mungkin mereka menganggap aku orang gila.
"Tuhan, bagaimana bisa kau menghadirkan sosok laki-laki yang tak pernah mencintaiku dengan tulus. Salah aku apa Tuhan?"
"Takdir seperti apa yang kau rancang ini Tuhan?"
Aku tertunduk, menangis tersedu-sedu. Hingga aku tak merasakan lagi air hujan yang membasahi tubuhku. Aku menatap ke atas, ternyata payung menjadi penghalang.
"Saya minta maaf. Kamu salah paham." Dengan segera aku bangkit dan berjalan menjauh dari si pemilik payung itu.
Tanganku dicekal olehnya. Namun, dengan cepat aku menghempaskannya begitu saja. Kutatap dia dengan senyuman sendu, melihat wajahnya membuat aku tak kuasa menahan air mata.
"Kita bicarakan ini baik-baik." Ujarnya lagi membuat aku terkekeh pelan.
"Apa yang mau dibicarain? Bukannya semua udah jelaskan?" Sinisku sambil berjalan meninggalkannya lagi.
"Lepasin!" Ujarku ketika tanganku ditarik dan tubuhku dipeluknya dengan erat. Bahkan payung yang tadi dibawa oleh mas Faren entah melayang kemana.
Aku memukul dadanya dengan sekuat tenaga yang kupunya. Didalam pelukannya aku menangis dengan keras. "Gue benci sama lo. Gue benci." Makiku yang masih memukul dadanya. Dia membiarkan aku memukulnya tanpa henti. Hingga tanganku melemas. Aku capek, aku capek dengan semua ini.
"Maafkan saya, benci saya dek. Benci saya sepuas kamu." Ujarnya yang masih mendekap tubuhku dengan erat. Aku tak meresponnya sama sekali. Hanya isakan pelan yang terdengar antara kami.
"Saya mencintai kamu."
"Sungguh saya benar-benar mencintaimu."
Ujarnya berulang kali membuat aku mendorong tubuhnya dengan kasar. Apa ini? Bukankah dia sudah mengucapkannya ke Danisa tadi? Untuk kali ini aku tidak akan percaya dengan ucapannya lagi.
"Munafik, gue benci sama lo."
Setelah mengatakan itu aku pergi meninggalkannya. Langkah kakiku mengantarkan aku ke jalan raya yang jarang sekali dilintasi oleh kendaraan karena hujan deras. Dengan langkah gontai aku menyusuri jalan. Hingga ketika aku akan melepaskan sepatuku. Silauan cahaya dari lampu mobil membuat aku panik.
Tiba-tiba tubuhku terdorong, jantungku berdetak tak karuan. Suara dentuman terdengar dengan sangat keras. Bahkan sosok yang menyelamatkan aku terpental jauh. Darahnya mengalir bercampur dengan air hujan. Aku segera berdiri menghampirinya. Meletakkan kepalanya kepangkuanku dengan hati-hati. Air mata ini justru semakin tak ingin berhenti. Orang yang aku cintai sedang mencoba bertahan dalam kesakitan. Dia tersenyum dengan lembut. Tangan lemahnya bergerak mengelus pipiku.
"Jaga diri baik-baik." Ujarnya dengan terbata-bata. Dia berbatuk-batuk membuat hatiku seperti ditikam oleh ribuan belati. Sungguh ini sangat menyakitkan.
"Saya titip kapten kecil kita ya ... Uhuk ... Maafkan saya yang belum bisa menjadi suami terbaik untukkmu ... Uhuk ... Uhuk ..." lanjutnya sambil mengusap perutku dengan lembut.
Aku menggelengkan kepalaku berkali-kali. "Bertahan mas! Aku mohon, jangan tinggalin aku!" Kataku dengan sedikit keras.
Aku berteriak meminta tolong, hingga segerombolan orang menghampiri kami. "Saya mencintaimu." Setelah mengatakan itu dengan senyuman, mata mas Faren tertutup rapat. Aku menepuk-nepuk pipinya dengan keras. Berharap dia segera membuka matanya kembali.
"Mas bangun!"
Teriakku sambil menggoyangkan tubuhnya. Namun, mas Faren benar-benar menutup mata.
"Mas Faren bangun, hiks!"
"Masss, bangunnn!!!"
Hari ini aku sungguh kacau, masalah yang kemarin belum selesai ditambah lagi masalah mas Faren yang mengungkapkan cintanya pada Danisa tadi. Lalu apa lagi ini? Seharusnya aku yang terkapar tak berdaya. Harusnya aku yang diposisinya saat ini. Bukan mas Faren. Kenapa dia menyelematkan aku? Kenapa dia harus mengatakan cinta disaat aku benar-benar sudah tak percaya dengannya lagi.
Hal yang paling aku takutkan saat ini adalah kehilangan dia untuk selamanya. Aku memang kecewa sama dia. Aku memang sangat marah sama dia. Akan tetapi, bukan berarti aku siap kehilangan dia. Mas Faren telah mengubah pola pikirku tentang dunia. Tuhan, aku mohon selamatkanlah dia. Berikan kami kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Berikan kami kebahagiaan walau hanya sementara.
Mas Faren, aku juga mencintaimu.Bertahan untuk aku, dan anak kita. Bukannya kamu menanti kehadiran dia kan? Aku mohon bertahanlah!
I love you my kapten
End
Enggak dulu deh!
See you next chapter!!!Bagaimana perasaannya baca bab ini?
Semoga suka!Bojonegoro, 22 Desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Pak Tentara (Sudah Terbit)
RomanceIni adalah kisah dua orang yang dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan, namun tak saling memiliki secuil perasaan, entah cinta maupun rasa kasih sayang yang nyata. Semua yang mereka lakukan, semata hanya bentuk bakti terhadap kedua orang tuanya. ...