5 - sempitnya dunia (y/n pov)

148 37 5
                                    

6 bulan kemudian

Seoul, Oktober 2021

"Whoaaaahm..."

Entah sudah keberapa kalinya ku menguap hari ini. Dari awalnya ku masih menutup mulutku ketika menguap sampai akhirnya ku sudah tidak peduli lagi. Aku terlalu mengantuk karena begadang semalaman untuk bereksperimen dengan berbagai macam resep baru.

"Whoaaahm..." lagi dan lagi.

Dak! Dak! Dak! Tiba-tiba bunyi memalu yang keras terdengar kembali. Aku sontak menutup kedua telingaku jengkel. Bunyi itu sudah berulang kali mengacaukan niatku untuk sejenak mengistirahatkan mataku.

Itu adalah bunyi dari penghuni baru yang mengisi lantai kosong di atas. Padahal aku sudah mengincar tempat itu dari sejak awal mendirikan toko kue ku di gedung ini, namun apa daya minggu lalu pemilik gedungku mengabari bahwa akan ada penghuni baru yang akan mengisinya. Sudah kesal karena tempat impianku direbut, sekarang ditambah lagi bunyi pekerjaannya sangat berisik!

"Woah, aku tidak tahu kalau ternyata langit-langitnya tidak sekedap yang ku kira."ucap Seungcheol yang kini ikut duduk di sudut dapur, tempat kami biasanya beristirahat sejenak.

"Haaah..." aku hanya bisa menghela napasku pasrah.

"Gwaenchanha."ucapnya sambil menyikutku pelan. "Kita akan bisa mendapatkan tempat lebih baik lagi untuk rencana kafe kecilmu itu."

Aku mengangguk pelan pada ucapan Seungcheol, sahabat terdekatku sejak menjadi apprentice patissier, yang kini juga menjadi partner bisnisku. Kalau bukan karena dukungan Seungcheol dan keluarganya, mungkin aku tidak akan bisa memiliki toko kue-ku ini.

"Jadi kalian berleha-leha di sini, hmm?" Kini Mingyu datang dengan tangan dipinggangnya. Dari gayanya jelas dia akan protes karena ditinggal sendiri menjaga kasir.

"Sini." Ku menepuk-nepuk sisi kosong disampingku.

Menurut, Mingyu akhirnya duduk. Dengan santainya, ia menyenderkan kepalanya pada bahuku. Meski sudah berulang kali ku bilang aku tidak suka skinship seperti ini, namun Mingyu tetap saja melakukannya membuatku akhirnya lelah sendiri dan membiarkan.

Dak! Dak! Dak!

"Ck." Ku mendengar Mingyu berdecak keras. "Apa aku tegur saja tetangga baru itu?"

"Lebih tepatnya, kita harus menyapa mereka."sahut Seungcheol.

"Hah? Menyapa? Buat apa?"tanya Mingyu kini beralih pada Seungcheol.

Seungcheol kini mengangkat sebelah tangannya lalu menggosok-gosokkan ibu jarinya dengan telunjuknya. "Tetangga baru artinya pelanggan baru. Uang, uang, uang!"

"Oho!"seru Mingyu. "Maja! Apalagi aku lihat papan namanya tadi pagi, sepertinya mereka itu kantor start up, Hyung! Kita bisa tawarkan langganan dessert makan siang! Oho! Joha joha!"

Sontak ku geleng-geleng melihat Mingyu yang tampak bersemangat. Kemana larinya kejengkelannya tadi?

"Ne, Noona. Bagaimana?"

"Hmm? Apanya bagaimana?"tanyaku bingung.

"Noona pergi ke atas untuk menyapa tetangga baru kita sambil bawa sample cake terbaik kita."jawab Mingyu dengan sorot matanya yang tampak berbinar. "Kau bisa sambil bawa ini juga, Noona!" Kini ia mengeluarkan berberapa lembar pamflet toko dari balik kantong apronnya.

Aku sontak meringis melihatnya. Entah kalau memang mereka ingin melakukannya, menyapa tetangga atau apalah itu. Tapi jangan libatkan aku. Aku benci bertemu orang baru.

sunshowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang