3 - sentuhan (y/n pov)

213 38 9
                                    

Asan, Oktober 2012

Aku menunggu Jisoo yang masih berada di klub lukisnya dengan gugup. Jisoo berkata dia ingin pulang bersama denganku hari ini. Tidak peduli menunggu berapa lama, yang penting aku harus bisa pulang bersama dengannya. Bahkan demi bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Jisoo hari ini, aku sampai sengaja meminta libur dari toko pada Eomma.

Hmm tapi bagaimana kalau ternyata Jisoo hanya akan langsung mengantarku pulang? Ani. Aku tidak akan membiarkan kami hanya pulang seperti biasanya. Hari ini aku harus berhasil untuk mengajaknya jalan-jalan! Aku harus melupakan diriku yang serba tidak beranian ini!

Sudah tiga bulan aku berpacaran dengan Jisoo tapi yang kami lakukan hanyalah makan bersama saat jam istirahat. Setiap Jisoo mengajakku pergi, aku selalu tidak bisa karena harus menjaga toko kue hingga akhirnya waktu kami bisa bersama adalah dengan Jisoo membantuku di toko. Jadi tidak hari ini. Khusus hari ini aku akan membuatnya senang.

Tes!

Eh? Aku sontak mengangkat wajahku dan melihat hujan yang tiba-tiba turun dengan deras. Mwoya? Bukannya barusan langit masih sangat cerah? Tapi kenapa... PLAK! Sontak ku menepuk kedua pipiku keras. Kalau begini caranya rencanaku akan gagal...

"Hmm deras." Tiba-tiba ku mendengar suara dari sisiku.

Shua.

"Cuaca yang buruk untuk pergi date, bukan?"tanyanya kini menoleh padaku.

Tidak bisa membalas ucapan Shua, aku hanya menatapnya balik dengan melas. Entah mengapa aku jadi ingin menangis.

"Heol." Shua tampak meringis malas menatapku. "Jangan bilang kau benar mau pergi date hari ini?"

Dengan lemas, ku mengangguk pelan.

"Ha..." Shua tampak menatapiku sebelum akhirnya tertawa. "Hahahaha..."

"Kenapa tertawa?!"tanyaku jadi kesal mendengar tawanya yang semakin keras. Meski kami akhirnya sudah bisa mengobrol tapi tidak merubah kenyataan bahwa si kembar seram ini tingkahnya sangat menjengkelkan! Sangat berbeda dengan Jisoo yang lembut dan serba pengertian!

Masih dengan sisa tawanya, Shua tampak menghapus air mata dari ujung matanya. "Ah... pantas kau menampar wajahmu sendiri tadi. Ternyata kesialan ini sebabnya ya? Hahaha..."

"Jinjja..." ku mendengus keras. "Berhenti tertawa, dasar manusia menyebalkan."

"Ahaha.. arasseo.. ha.. hahahaha..."

"Yaaaa!"

Melihatku hendak memukulnya, Shua sontak mengangkat tangannya padaku. "Arasseo. Arasseo. Aku akan.. ehem! Aku akan berhenti."ucapnya meski masih dengan cengiran yang tergambar dibibirnya.

Aku sontak menghela napas keras. "Haaah... memang sial..."ucapku lalu duduk bersandar pada tembok.

"Memangnya kalian mau kemana hari ini?"tanya Shua yang ikut duduk disampingku.

"Hmm.." setelah ditanya seperti ini aku baru sadar kalau aku hanya fokus akan mengosongkan waktuku untuk Jisoo tapi selain itu aku tidak tahu apa yang harus kami lakukan.

"Aaargh..." ku memeluk kepalaku erat.

"Kenapa lagi?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan. "Hanya baru sadar kalau aku ini perempuan payah. Kenapa Jisoo mau berpacaran denganku?"

"Entah ya, aku juga tidak habis pikir kenapa di antara perempuan cantik lainnya dia malah memilihmu."

"Ya!"

sunshowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang