Chapter 2 | Circle

121 55 112
                                    

"Hm... Jaehyun."

"Why?" guman Jaehyun tanpa berbalik menatapku, dia baru saja video call dengan salah satu gebetannya dan sekarang dia lagi mengirim stiker hati ke cewek lain. Dengan gestur kaku aku mendekat dan duduk di sampingnya.

"Kamu ada siaran radio jam delapan malam dengan Johnny, setelah itu kamu free," beritahuku.

"Iya aku tau. Kamu sudah seratus dua kali bilang gitu," gumannya masih fokus ke handponenya.

"Hm~ sebenarnya aku mau—"

Ucapanku terpotong saat tiba-tiba saja Jaehyun berbalik kearahku dan membuatku harus mundur sedikit agar tidak canggung. "Sebagai perempuan kamu lebih suka yang warna gelap atau warna yang terang?"

Percuma saja aku memberi jarak, Jaehyun malah menarikku mendekat kearahnya agar aku bisa melihat sesuatu yang ingin dia perlihatkan di layar handponenya. Aku langsung terbelalak saat melihat gambar lingerie dengan model yang berbeda-beda. Aku tau dia super mesum, tapi aku juga wanita.

"Dasar mesum, apa kamu udah ga ada teman lain buat ditanyain? Harus aku banget gitu?"

"Aku sampai lupa kalau kamu ini juga wanita." Dia terkekeh sambil mengacaukan rambutku. Astaga jadi aku dianggap apa? Capung? "Aku ini sangat menghargai waktu Choi Rachel.  Kenapa aku harus susah-susah bertanya ke orang lain kalau kamu ada tepat di sampingku?"

Aku mengepalkan tangan mencoba menahan gejolak yang hampir meledak. "Aku suka yang motif macam."

"WOW CHOI RACHEL~ tidak ku sangka seleramu lumayan juga. Motif macam sepertinya cukup unik, wild, hot, sexy. Kenapa aku tidak kepikiran, terima kasih aku akan menaikkan gaji mu bulan ini." Cukup dermawan, padahal motif macam sangat norak menurutku. Aku cuman sembarang bicara biar urusan ini cepat selesai karena aku juga punya urusan yang lebih mendesak daripada menentukan warna lingerie.

"Kau mau kubelikan satu juga?"

Aku menggeleng cepat. "Tidak usah, ga perlu repot-repot," bisa-bisanya...

Jaehyun menggangguk lalu fokus ke handponenya kembali. "Sampai lupa, kamu mau bilang apa tadi?" Katanya menatapku setelah melempar ponselnya sembarangan. Mau tidak mau aku memungutinya dan menyimpannya di atas meja, orang kaya belagu yang minta untuk ditimpuk.

Aku memijat tangan, ragu untuk mengatakannya, karena terakhir aku meminta seperti ini Jaehyun tidak memberikan izin. "Jadi begini, aku ada kerja kelompok di Myeongdong  nanti malam. Kamu bisa pergi ke studio sendiri? Maksudnya sama staf lain. Setelah siaran aku juga tidak ada kerjaan lagi kan?"

Jaehyun berpikir sejenak lalu mengambil ponselnya lagi, mengabaikanku dengan cuek padahal aku sudah mengumpulkan niat dan keberanian untuk mengucapkan ini.

"Ini benar-benar urgent, aku sudah dua kali tidak ikut kerja kelompok dan teman-temanku sudah menuntut jabatanku sebagai ketua kelompok. Lagian aku tidak pernah lalai bekerja karena urusan kuliah, boleh ya sekali ini? " mintaku penuh harap, walaupun still diacuhkan. Baru kali ini aku ingin merebus ponselnya dan melemparkannya di dinding sampai hancur berkeping-keping.

"Boleh."

Nyawaku yang tadinya terserat habis mendadak full mendengar jawaban Jaehyun. Aku langsung berterima kasih dan secepat kilat merambat tasku di ujung ruangan lalu berlari dengan langkah ringan.

"Besok datang pagi-pagi ke apartemen ku."

Kakiku mendadak kaku lalu berbalik dengan tanda tanya.

"Tapi, besok aku kan libur."

What's Wrong With Manager Choi?¿ | Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang