Hari terakhir di Jeju, nanti malam aku sudah di Seoul kalau semuanya lancar. Rasanya baru saja aku mendarat di sini dan sekarang aku sudah berberes saja. Aku membereskan barang-barang Jaehyun yang berserakan, sementara orangnya lagi mandi sambil bernyanyi nyaring. Hmm... lebih tepatnya meraung-raung seperti orang kerasukan.
Cemilan! Aku langsung melompat melihat cemilan kesukaanku yang terhimpit baju-baju kotor Jaehyun. Ternyata, aku salah mengira kalau kasirnya salah memasukkan cemilan, tapi ternyata dicuri kodok gila. Percuma kaya kalau masih suka nyuri cemilan babunya. Aku membuka cemilan dan menyeduh teh untukku sendiri. Sengaja aku tidak buatkan untuk si menyebalkan itu, karena apapun yang aku buatkan bukannya berterima kasih tapi dia hanya akan mengolok-olok rasanya.
"Ambilin kaos dong." Suruh Jaehyun begitu keluar dari kamar mandi, bau sabunnya sampai di indra penciumanku. Dia cuman pakai boxer dan bertelanjang dada dengan ujung rambut yang masih menetes. Aku berjalan malas mengambil baju kaosnya lalu ku lempar ke arahnya. "Barbar banget sih? Bisa ga jadi cewek lemah lembut dikit?" Sewotnya.
"Kalau sama kamu ga bisa."
Jaehyun berdecak memakai kaosnya lalu duduk di depanku. "Keringin rambut ku dong!" Si tukang suruh itu cari ulah lagi, menyodorkan handuk yang tadinya bertengger dibahunya.
Aku mengunyah cemilanku kehilangan selera lalu mengambil handuk kecil itu dan menyelimuti kepalanya. "Kemarin ada orang tukang suruh-suruh padahal punya dua tangan dan kaki yang besar besokannya langsung mati lumpuh."
Jaehyun terkekeh. "Terima kasih, loh, buat hiburannya. Aku memang lagi butuh dihibur—EH, Choi Rachel itu namanya wajah, rambutku saja yang diseka."
Aku rolling eyes lalu menarik handuk menjauhi wajahnya. Setengah hati, aku menahan diri untuk tidak mencekiknya dengan handuk putih yang kupakai untuk menyeka rambutnya yang masih basah. Karena dia sedang duduk dikursi dan aku berdiri di depannya membuat tinggiku hampir menyamainya.
"APA?" Tandasku tidak santai melihat dia senyam-senyum menatapku dari jarak sedekat ini.
"Penasaran aja apa yang kamu rasain kalau aku telanjang kayak tadi?"
"Telanjang apanya, kamu kan pakai celana!" Selaku cepat dengan nada meninggi.
"Memangnya kamu mau liat aku telanjang aja?" ucapnya sok polos yang langsung ku hadiahi pukulan keras di kepalanya.
"Aku ga ngerasain apa-apa! Lagian aku ga nganggap kamu cowok kok, tenang aja," seruku galak, masih terus menyeka rambutnya.
"Wow— terus aku dianggap apa dong?"
"Kodok gila!"
Jaehyun merotasikan bola matanya. "Dasar ga normal. Cewek-cewek lain kalau liat abs ku, tuh, udah pingsan, langsung hamil online. Seharusnya kamu bersyukur bisa ngeliat aku sejelas ini, fans aku harus bayar mahal-mahal buat liat aku," sungut Jaehyun.
Aku mengalunkan handuk di lehernya lalu menatap matanya dalam-dalam. "Aku memang ga normal jadi ga usah ngarep apa-apa!"
Jaehyun melingkarkan tangannya di pinggangku sebelum aku benar-benar menarik tanganku dari bahunya. "Kalau gini masih ga ngerasain apa-apa?" Desisnya mendekatkan wajahnya.
Aku meneguk luda canggung, selama lima detik aku terdiam menatap wajahnya yang tanpa make-up. Oke dia ganteng, tapi akhlaknya minim dan otaknya bodoh. Jelas aku tidak suka, tapi kenapa semakin lama wajahnya semakin dekat?
"M-mau ngapain?" Aku mundur menjauh gelagapan.
"Katanya biasa aja, tapi kok salting?" Godanya sambil menyipitkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Manager Choi?¿ | Jaehyun
FanfictionSebenarnya apa yang terjadi dengan manager Choi? I hate you!! No! You can't. I hate you more when I love you.