Pertemuan Sederhana

26 2 0
                                    


Subuh hari ini masih sama seperti subuh kemarin, tak ada ucapan ayoo bangun sholat subuh, tak ada ucapan mau di masakin apa pagi ini, apa lagi berharap ada tangan halus nan lembut yang memegang jemari ini dikala ingin berpamitan bekerja. Aahh... bersabarlah

Mungkin menurutmu itu baik, belum tentu menurut-Nya baik kan? Percayalah, kehadiran nya tidak terlalu lambat dan tidak juga terasa cepat, ia akan hadir di saat kamu sudah benar-benar siap.

***

Sang mentari semakin menunjukan sinarnya, pertanda waktu terus berjalan. Aku harus segera berangkat menuju kantor. Aku menelusuri jalanan ibu kota yang semakin hari semakin padat kendaran lalu-lalang. Dan sampai pada persimpangan jalan, tak sengaja mata ini melihat seseorang yang sepertinya tak asing. Seseorang yang pernah ku lihat di beberapa hari belakangan ini.

Yaa itu kamu...

Kamu dan sepedamu dengan satu tas di keranjang depan.

Aku langsung penasaran, di pagi-pagi seperti ini yang jalanan di persimpangan macet kamu sudah ikut serta bermacet-macetan. Jarang sekali ada perempuan yang ingin bermacet-macetan di bawah sinar mentari yang sedang gagah-gagahnya. Dan yang lebih berkesannya lagi dengan sabar kamu menuntun sepedamu yang sesekali terdengar suara kelakson kendaran yang menandakan bahwa dirimu dan sepedamu di haruskan sedikit menepi.

Yaa, lagi dan lagi kamu bersabar dengan suara semacam itu seakan hatimu sudah kebal. Dan mata ini masih tertuju pada satu titik, melihat kejadian langka di pagi ini.

Entah angin apa yang membuatmu tiba-tiba saja melihatku, melihat dengan tatapan seperti kebingungan. Aku jadi berpikir, apakah perempuan mempunyai kelebihan yang tak di miliki lelaki? Bisa mengetahui bahwa ada sesosok yang memperhatiakn dirinya sedari tadi.

Apakah perempuan mempunyai sifat naluri kepekan yang berlebih di bandingkan lelaki? Dan tak sengaja kita saling bertatap. Hanya sekejapan mata. Tak ada senyuman manis yang terlihat, tak ada ucapan hey yang terlontar, kamu langsung menunduk seperti tak ingin di lihat dan aku langsung memalingkan mata seakan salah lihat.

Yaa, pertemuan kita sangat sederhana. Sesederhana tulisan ini yang kuharap kamu dan juga aku bisa terus menyederhanakan diri, jangan berlebihan. Karena apapun itu, jika berlebihan tidak baik.


Angin kesegaran seakan membuat mata kita saling bertatap-tatapan.

Mentari pagi seakan tersenyum melihat kita yang saling menundukan dan memalingkan pandangan.

Macetnya jalanan seakan menjadi saksi bahwa telah terjadi pertemuan dua insan yang saling diam saat berpapasan.

Dan, sekenario-Nya yang membuat kita di pertemukan.

Radius [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang