Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu menarik aku ke pelukannya. Diciumnya lagi aku, kali ini lebih pelan. Bibirku dilumat perlahan. Tangannya membelai rambutku, pipiku diusap perlahan oleh tangannya yang terasa kasar, karena kerja fisik. Tak mau kalah aku sibuk membelai rambutnya yang gondrong. Bibir saling melumat, lidahnya menyapu, ciumannya semakin hot. Ludahku yang masih berasa air maninya bercampur ludahnya. Pelan-pelan tangannya membuka kancing kemejaku. Tangannya yang kasar masuk ke balik baju meremas2 dadaku. Aku makin horny, ciuman kita makin bernafsu. Tak mau kalah, tanganku menjalar di perutnya, menjelajahi kotak2 otot perutnya, lalu bergeser ke semak bulu kontolnya yang hitam lebat. Aku kocok lagi kontolnya yang masih licin basah supaya makin bengkak dan keras. Kepala kontolnya kelihatan basah mengkilat dan terasa berdenyut kuat.]
Nafas si Gondrong makin menderu, mendesah, ciumannnya makin bernafsu. Setelah bibirku habis dilumatnya, mulailah lidahnya menjilat dan menggigit kupingku. Brewoknya yang belum dicukur terasa kasar menggerus pipi dan tengkuk. Kini giliran leher dan tengkukku yang menjadi sasarannya. Dicium, dijilat dan digigit, sementara tangannya makin kasar menggerayangi dadaku. Putingku ditarik dan dipelintir keras. Auuuw, aku menjerit tertahan. Mataku mendadak jadi kunang2 dan badanku lemas. Karena takut jatuh, tanganku menggelantung erat di lehernya, sementara jilatannya makin liar. Aku makin lemas dan tubuhku makin menggelosor mau jatuh. Dengan sigap dia merengkuh dan menerima tubuhku, diangkatnya lalu direbahkannya tubuhku di dipan.
Aku tergolek lemas di dipan, nafasku tak beraturan, mataku berbayang2. Tak terasa kemejaku dilucutinya, disusul celana jeansku. Kini aku tergolek hanya bercelana dalam putih. Kontolku ngaceng keras, celana dalamku udah nggak muat menampung panjangnya hingga kepala kontolku mengintip di elastik celana dalam. Si Gondrong tidur menindih tubuhku, bibirnya menjalar menciumi leher dan wajahku dengan nafsu, nafasnya panas mendengus, lidahnya menjlati setiap senti wajahku. Sementara kontolnya berdenyut keras, mengganjal keras di pahaku. Rambutnya yang gondrong terurai jatuh menutupi wajahku.
Hawa makin panas, keringat mulai menetes, badannya yang coklat makin mengkilat, membuat kulit kita makin lengket basah menyatu. Tak terasa celana dalamku pun sudah lepas. Aku kini terbaring telanjang bulat tak berdaya di bale-bale. Papan bale terasa kasar menggores kulit punggungku. Tiap senti tubuhku tak lepas dari ciumannya dan kadang kalau tak puas, digigitnya hingga meninggalkan bekas merah di kulit sekujur tubuhku. Ciuman dan lidahnya makin menjalar turun, ke leherku, ke bahuku, diciuminya setiap senti lipatan lenganku. Digigit. Dijilat. Aku menjerit dan mendesah, kesakitan karena perlakuannya, tapi sekaligus berasa nikmat, tak kuasa melawan birahi yang makin membara.
Si Gondrong lalu bangun dan bersimpuh di atas wajahku. Kontol raksasanya dijejalkan ke mulutku. Aku tak kuasa menolak dan pasrah menerima jejalan kontolnya di mulutku. Dia paksa menekan kontolnya keluar masuk mulutku, jauh ke dalam kerongkonganku, membuatku keselek hingga air liurku menetes dan membasahi pipiku. Ludahku makin melumas kontolnya yang kini makin bengkak basah mengkilat dan memperlancar keluar masuk kontolnya. Nafas si Gondrong makin memburu. Terasa air maninya sedikit2 mulai keluar, bercampur dengan ludahku. Kontolnya ngaceng makin keras, lebih gede dari yang tadi di luar. Aku sedot, hisap batang kontolnya sampai dia mendesah-desah keenakan. Dijambaknya rambutku, sambil menekan kepalaku agar menghisap kontolnya makin cepat. Dientotnya mulutku sekali lagi, keras digenjot pantatnya. Sluuurup.... sluuuruuup... pooookk... poookk.... poook.... Tanpa sadar dua tanganku mencengkeram pantat keras si Gondrong, bantu menekan agar genjotan pantatnya makin cepat. "Oooaaah... aaaah... ooohh.... aaah", hanya itu erangan si Gondrong yang kudengar. Lendir maninya yang kental makin berasa di mulutku, tanda bentar lagi dia mencapai klimaks. Namun tepat sebelum klimaks, dicabutnya kontolnya dari mulutku. "Haaaah... haaaah... ntar dulu... ntar dulu... gua blom mau keluar sekarang...", dengus si Gondrong.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY SI GONDRONG
Viễn tưởngKEPUASAN NAPSU SETIAP MANUSIA ITU BEDA, HARGAI DAN HORMATI, #WattpadWrites #WATTYSCONTES