Bagian Tiga

4.6K 165 4
                                    




Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami - keringat, ludah dan lendir mani. Perlahan digosoknya daerah selangkangan, di kontolnya terlihat ada sisa lendir peju kental putih kemerahan campur darah. Dia lalu memandang ke arahku dan tersenyum.

Diulurkannya tangannya ke arahku. Kusambut tangannya dan perlahan dengan tertatih2 aku berjalan ke arahnya. Lubang anusku terasa bengkak, longgar dan perih, sisa lendir mani meleleh turun hingga ke paha dalamku. Disambutnya aku dalam pelukannya. Kudekatkan mukaku ke wajahnya yang amat jantan itu. Secepat kilat bibir mungilku yang hangat merekah kembali dikecup dan dikulum nikmat. Kuhayati dan kurasakan sepenuh perasaan kehangatan dan kelembutan bibirnya itu, kugigit lembut, kusedot mesra ... mmmm nikmat. Hidung kami bersentuhan lembut dan mesra. Dengus nafasnya terdengar memburu saat kukecup dan kukulum bibirnya cukup lama, bau harum nafasnya begitu sejuk di pipiku.

Perlahan direngkuhnya aku ke bawah siraman air shower. Dingin... membuatku merinding. Segera disiramnya tubuhku dengan air dari shower, membantu menggosok dan membilas tubuhku. Sentuhan tangan kasarnya di sekujur tubuhku membuatku jadi bergairah lagi, berakibat kontolku kembali ngaceng. Sepertinya dia tahu, hingga saat membilas paha dalamku dari sisa lendir, tangannya yang kasar berbulu menggesek batang kontolku hingga aku ngaceng makin keras. Saat ia membilas pantatku, tangannya meraba belahan pantatku dan menggesekkan jarinya ke dalam lubang anusku. Aku mendesis kesakitan, secara naluri aku segera berontak. Didekapnya aku erat2 sambil berkata "Sssst... sssttt...', katanya menenangkan.
Digosoknya belahan pantatku, dan perlahan jari tengahnya kembali mencoba dimasukkan ke dalam lubang anusku yang bengkak dan sudah longgar. Aku meringis, tapi membiarkan tangannya. Sekali, dua kali, lama2 jarinya makin lancar keluar masuk menyodok anusku yang masih licin karena sisa lendir sperma. Rasa sakitku lama2 berubah menjadi nikmat dan sampai terdengar erangan dan rintihan yang ternyata keluar dari mulutku sendiri. Si Gondrong lama2 birahinya naik juga, terbukti kontol gedenya yang berurat itu kini keras mengganjal pinggulku. Nafasnya mendesah2 panas di tengkukku.

Sampai kemudian dicabutnya jarinya dari anusku. Diangkatnya kedua kakiku pada belakang lutut dengan kedua tangan, Dalam posisi begitu, aku diangkatnya dan seluruh berat badanku bertumpang di pantatku yang dipegangnya, sehingga seperti digendong dan membuat lubang anusku jadi terbuka lebar. Aku menaruh kedua tangan di belakang kepalanya. Kakiku memeluk perut si Gondrong. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan kontol si Gondrong akan masuk semakin dalam. Aku bergantung pada lehernya sementara ia mengarahkan moncong meriamnya ke ujung gua milikku.

Pelahan tapi pasti si Gondrong menurunkan pantatnya, sambil memperingatkan, "Tahan sakitnya ya...", Aku tak menjawab karena menahan nafas dan blesssssssssss............ Matanya terbelalak merasakan batangnya nyusup dengan hangat ke lubangku. Rupanya basahnya sudah sempurna hingga tanpa kesulitan sudah ¾ batangnya masuk ke tubuhku. Akhhhh.......... bukan main perihnya ketika batang kontol si Gondrong yang besar sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi ia tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kontolnya sampai masuk semua. Bblleeeeeeeessssssshhhhhhh... semuanya sisa meriam si Gondrong benamkan pada tusukan kedua... pelan sambil memelukku... dia goyang pelan sekali.... tenang.... terus sampai lama sekali.... aku merasakan kemesraan yang dalam..... hangat.... dadanya... Lalu dia mulai kerja menggoyang pinggang maju mundur... goyang kiri.... goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar-sebentar terbuka lebar. Sisa lendir air mani yang masih tinggal di dalam anusku menimbulkan irama yang teratur..... cik... cik.... cik..... seirama dengan goyangan pantatku. Naik turun .... Digoyang kekiri dan kekanan....... diputar. Entah diapain lagi. Eh... nggak lama badannya terasa bergetar lalu melenguh kaya sapi .. uhhhh .... yang lebih keras dari sebelumnya dan tiba2 memeluk aku erat dan jarinya meremas pantatku. Wah si Gondrong klimaks nih, pikirku. Tapi ternyata tebakanku salah, dia tetap terus beraksi.

THE STORY SI GONDRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang