Dia yang Serius dengan Perkataannya

7 1 0
                                    

Alesha Kaafiya

Perempuan itu tersenyum setelah melihat tag nama di atas saku seragamnya.

Perempuan itu begitu suka dengan namanya sendiri, sampai menatapnya bermenit-menit sudah menjadi kebiasaannya di setiap mengawali hari.
Padahal sampai saat ini ia tidak tau persis arti dari namanya itu.

Alesha berjalan dengan penuh semangat dengan tas ungu muda di pundaknya.
Perempuan itu menghirup perlahan udara pagi itu saat tiba di depan gerbang sekolah.
Menurutnya, pagi hari adalah saat terbaik untuk memulai segala sesuatu dengan baik.
Alesha yang harus lebih memperdulikan sekitar, harus lebih menyayangi sekelilingnya, juga menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Walau sekolah masih sangat sepi saat sepagi ini, Alesha menyusuri setiap koridor dengan senyuman, sambil sesekali melambaikan tangan ketika ada siswi yang juga baru datang dan menyapanya.

"Pagi, Babeh!"

"Pagi, Mba," jawab petugas kebersihan yang sedang menyapu dedaunan di lapangan itu.

"Babeh udah sarapan???", tanya Alesha kemudian.

"Udah, Mba," jawab Babeh yang diacungi dua jempol oleh Alesha lantas perempuan itu lanjut berjalan.

Tidak heran Alesha di kenal baik oleh hampir semua warga di sekolah ini.
Perempuan itu sangat gemar bertanya hal-hal kecil seperti tadi karena rasa kepeduliannya yang memang sangat tinggi.

Tentang sudah makan atau belum orang-orang di sekitarnya, soal apakah jalanan lancar ketika mereka menuju sekolah, sampai bagaimana perasaan setiap orang dalam melewati hari-harinya.
Mungkin untuk sebagian orang itu perihal yang tidak begitu penting untuk di ketahui orang, tapi bagi Alesha itu bagai keharusan baginya.

Bahkan entah sejak kapan dia telah bersepakat dengan dirinya, bahwa cukup dengan orang-orang di sekitarnya bahagia, dia pasti akan bahagia.

Tanpa ada kebohongan atau kepalsuan, Alesha serius bahagia dengan bahagia nya orang lain.

🍂🦊

Ting!

Mama
Kak km liat knci rmh ga? Di pntuny gaada

Alesha berhenti sebentar ketika melihat notifikasi dari Mamanya.

Seingatnya saat pagi tadi Alesha membuka pintu tanpa memindahkan kuncinya.

Dimana ya?
Apa udah gue taro di cantolan kunci ya?
Ah tapi nggak ah

Alesha terus bergumam sambil berusaha mengingat dimana terakhir ia liat kunci itu lebih tepatnya.

Jari nya sibuk mengetuk-ngetuk ponselnya sampai ia menyadari ada teman kelasnya yang juga baru datang.

Eh?
Jangan-jangan ini si Radhiarsa Radhiarsa itu?

Alesha permisi karena mengganggu jalan laki-laki itu. Teman kelasnya yang dua minggu ini tidak hadir karena Ibunya meninggal.

Alesha berusaha menyapanya dengan senyuman, namun sepertinya... laki-laki itu masih terlalu sedih untuk membalas senyumnya.

Perasaan Alesha tiba-tiba sedih ketika melihat mata sendunya.
Alesha yakin laki-laki itu masih sangat sedih dengan apa yang menimpanya.

Baru saja ingin mengajaknya berkenalan dan bicara, laki-laki itu malah langsung menyamankan posisi untuk tidur di kursinya.

Alesha lalu menaruh tas nya di atas meja dan duduk di kursinya sendiri.
Akhirnya ada yang mengisi kursi depannya.

Alesha terus memandang lelaki di depannya yang sepertinya sudah masuk dunia mimpi.
Pikirannya seputar bagaimana hari-hari yang di lewati lelaki itu setelah ditinggal Ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perihal Jarak (ft. Renjun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang