Dengan paksaan dari Rian, Zen pun membawa Ares pulang.
Zen memarkirkan mobilnya. Ares belum juga bangun.
"Ar bangun Ar..." Goyang Zen mencoba membangunkan. Tapi Ares masih terpejam. Wajahnya lebih pucat dari sebelumnya.
Zen keluar dari mobil untuk mengangkat Ares dari pintu lainnya.
"Pak Rudiiii... Bantuin paaak" teriak Zen memanggil satpam rumah mereka.
Pak Rudi segera berlari ketika mendengar namanya dipanggil.
"Astaghfirullah.. Mas Ares kenapa, mas?" Kaget pak Rudi sambil membantu Zen mengeluarkan Ares dari mobil.
Zen sedikit berjongkok.
"Saya aja yang angkat mas" ucap Pak Rudi yang melihat Zen siap untuk menggendong Ares.
"Yaudah ati ati ya pak"
Zen pun menyusul pak Rudi dari belakang. Seperti biasa rumah besar itu sangat sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara jam yang berdenting.
Pengasuh Zen keluar dari kamarnya karena mendengar suara Zen pulang.
Belum sempat tersenyum menyambut Zen yang ia asuh dari bayi itu, Bi Lona panik melihat Ares digendongan pak Rudi.
"Loh pak, ya ampuun mas Ares?" Khawatir Bi Lona lalu mengambil barang bawaan Ares maupun Zen dari tangan Zen.
"Tolong panggil Bi Sera, Bi" perintah lembut Zen pada pengasuhnya itu.
Bi Sera adalah pengasuh Ares sejak bayi. Dirumah besar itu hanya memiliki 2 asisten rumah tangga, 1 satpam, 1 supir dan 2 pengasuh untuk anak anak.
Kamar mereka semua berbeda bangunan dari rumah keluarga inti. Kecuali pengasuh yang memiliki kamar khusus di sebelah kamar Ares dan Zen.
Zen menceritakan tentang kejadian di sekolah.
Bi Sera hanya diam dan memijat mijat pelipis Ares ketika yang lain khawatir mendengar cerita Zen. Entah khawatir karena beneran mencemaskan Ares atau khawatir majikan mereka memarahi mereka saat tau, anak nya sakit.
Tapi tidak ada lekuk khawatir di wajah Bi Sera, ia masih dengan khidmat memijat pelipis Ares.
Bi Sera memang pendiam, ia tidak suka bergabung dengan ART lainnya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu menemani Ares atau merapihkan semua keperluan Ares. Karena kamar Bi Sera di atas, ia pun lebih sering diatas. Ya sudah bisa ditebak mengapa Ares pun tumbuh menjadi remaja yang pendiam. Bi Sera sudah menikah tapi divonis mandul oleh dokter lalu suaminya pergi meninggalkannya, sejak itu Bi Sera mengabdikan dirinya bekerja untuk keluarga Fero dan Gina, yang tidak lain temannya sendiri dulu waktu sekolah, hanya saja perbedaan status ekonomi mereka yang sangat jauh.
"Emmn.." gumam Ares yang baru saja bangun. Ia melihat sekeliling kamarnya. Tidak ada siapapun. Bahkan hari sudah malam.
Ternyata Ares sudah pingsan selama itu. Padahal hanya terkena bola dan mimisan.
Ares bangun dari posisi tidurnya dan mencari dimana tasnya lalu mengambil hp nya.
Dan benar saja sudah banyak notifikasi masuk dan telpon tak terjawab di hp nya.
Dena : heh, serius lu pingsan? (3)
Rian : tlpn gue kalo lo liat chat ini (1)
Mamah : kakak tadi mimisan di sekolah? (1)Dan berbagai panggilan tak terjawab lainnya.
Ares membuka pesan Rian terlebih dahulu, untuk bertanya apa yang terjadi ketika dia pingsan. Ares pun menelpon Rian.
Tapi tiba tiba hp Ares terjatuh kelantai. Ares diam membeku. Tangannya seketika kaku tak bisa memegang hp nya dengan benar.
Ares membungkuk untuk mengambil hp nya di lantai, tapi hp nya terjatuh lagi. Ares menatap tangannya, lalu mencoba mengepalkan tangannya. Tapi sangat sulit. Tangannya seperti tak ingin mendengarkan perintahnya. Tangannya tidak bisa mengepal dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZEN
RandomAres dan Zen, saudara kembar identik yang tidak memiliki kemiripan selain fisik mereka. Mereka tidak dekat dan saling gengsi. Hingga suatu hari Ares tervonis kanker. #1 Kanker (100422)