10 - Lupa

3.3K 253 13
                                    

Libur tahun baru pun tiba

Seluruh jalanan dipenuhi oleh pemobil dan pemotor yang keluar dari persembunyiannya hanya untuk menikmati waktu libur bersama keluarganya.

Matahari sudah sepenuhnya menghilang dari langit, terlihat orang orang mulai sibuk meramaikan beberapa tempat di pusat ibu kota.

Termasuk Ares yang sibuk sendiri menyiapkan baju untuk piknik tahun baru yang dijanjikan papah nya.

Tok tok tok

"Hm?" Jawab Ares singkat masih fokus memilih bajunya yang sangat banyak.

"Gue masuk ya" terdengar jelas bahwa itu suara Zen.

Belum sempat Ares menjawab, saudara kembarnya itu sudah membuka pintu kamar Ares.

"Buseeet, mau minggat kemana lu kak"

"Gue bingung bawa baju apa buat ke puncak"

"Ya gausah sebanyak ini kali, kan kita cuma dua malem disana. Lagian berangkatnya masih 3 hari lagi"

"Lah, bukannya besok dah"

"3 hari lagi kakkk"

Ares duduk di kasur kesal. Zen gemas melihat Ares yang bertingkah seperti anak kecil.

Zen melihat lihat tas yang sudah terisi banyak baju itu. Ia mengeluarkan satu persatu.

"Haha lo ngapain bawa celana 5, banyak banget njir" ledek Zen sambil mengeluarkan isi tas satu persatu.

Zen terkekeh, sedangkan Ares masih merengut sebal karena ternyata masih 3 hari lagi.

Zen terus mengeluarkan isi nya sambil menghitung celana yang Ares bawa.

"Enam.. tujuh... Delapan... Haha njir celana do-" kekeh Zen terhenti di sela hitungannya.

Isi tas itu habis. Dan semuanya hanya celana. Senyum di wajah Zen menghilang seketika. Ia baru menyadari sesuatu.

Tiba tiba Ares menyentuh lengan Zen untuk menghentikan Zen mengeluarkan isi tasnya.

Zen menengok ke arah Ares. Menatap Ares lekat dan dalam. Ares dapat melihat dengan jelas mata sedih milih adik kembarnya. Zen pasti sudah menyadari ada yang salah dalam kondisi Ares.

Ares tersenyum getir. Wajahnya memang sudah sangat pucat. Rambutnya sangat tipis.

"Gue... Mau ke puncak besok.. lo bisa ga bujuk papah?" Lirih Ares masih dengan senyumnya.

Zen menarik nafas berat. Ia menggeleng.

Ares menurunkan tangannya dari Zen. Terlihat wajahnya kecewa.

Tes

Tes

Cairan merah segar itu mengalir tanpa izin Ares dari hidungnya.

Zen segera mengambil tisu dan mendongakkan kepala Ares supaya mimisannya berhenti.

Tapi tubuh Ares memberat. Zen langsung mendekap tubuh saudaranya yang melemas.

Mata Ares sangat sayu.

"Bi Seraaaa! Tolong Bi!!" Teriak Zen karena melihat Ares semakin menutup matanya.

Bi Sera dengan sigap datang dan tau apa yang harus ia lakukan.

"Gue... Mau kemah..."

Zen mengangguk dengan cepat. Ia mengerti. Iya benar dia sangat mengerti. Jadi tolong bertahanlah.

"Selama gue.. hh.. masih inget.. muka kalian" lirih Ares sangat lemas dan pelan hampir tak terdengar.

Bi Sera sudah menyuntikkan obat kepada Ares. Khawatir Ares akan kembali kejang.

ARZEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang